Sarah POV

43 6 1
                                    

   Aku masih tidak bisa memikirkannya. Melihat Christina dan Reyn yang tadi sedang bercumbu. Maksudku, adalah kenapa Reyn tanpa wajah bersalah terus memandangi Christ seolah dia tidak tahu siapa aku. Seolah kami tidak pernah berkenalan. Seolah aku tidak pernah terlihat. Seolah aku sudah mati dalam pikirannya.

   "Udahlah, Sar. Move on ajalah..." kata Esme, sambil mengelus kepalaku. "Iyakali move on ngomongnya gampang. Buat cewek mah bisa butuh waktu bertahun-tahun kali. Apalagi kalau fisrt love biasanya sih susah..." kata Gabby. "Gak, tapi yang gua bingung kan, Christ itu OSIS, wakil ketua lagi. Harusnya kasih contoh kan?" Tanya Gabby. Esme hanya mengangguk. Aku terdiam dan masih sesegukan.

   Aku benar-benar gak bisa melakukan apa-apa kecuali diam dan menangis. Seharusnya aku kini sedang bersama Ed. Setidaknya aku bisa belajar melupakan Reyn sialan itu.

~~~

   Beruntungnya aku, mataku tidak bengkak atau merah sama sekali paginya. Sisa menangis semalam.

   Naik bus sekolah, sendirian lagi. Gabby dan Esme entah kemana. Di kelas untung saja belum ada Reyn.

   "Hey, Sarah?"
Ternyata Christina. Dia memanggilku dari belakang. Mau apa dia?
"Kenapa?" Tanyaku. Christina sepertinya memakai make up. Untuk apa? Mungkin untuk Reyn...

   "Gimana ya, ngomongnya? Begini aja, singkat aja. Kalau kemaren lu mergok gua sama Reyn lagi itu, ya jangan bocor ke siapa-siapa aja. Please ya..." Christina terlihat ceria. Mungkin karena sekarang dia punya Reyn. Dan aku tidak punya siapa-siapa lagi, sekarang.

   Aku mengangguk. Christina lalu tersenyum lagi dengan manis. Lalu pergi.

~~~

   "Coba aja ada plester untuk mengobati luka di hati. Mungkin udah sold out setiap hari kali ya..." kata Gabby saat istirahat saat kami semua makan di kantin.

   Terbukti luka yang Reyn buat padaku sudah membuat hatiku kebal. Tidak membuatku menangis dan bersedih dalam jangka waktu yang lama. Yang aku khawatirkan adalah karena luka-lah nanti yang membuatku makin sulit melepaskannya.

   Bel sudah berbunyi.
Sekarang aku ke kelas Fisika. Sekarang Fisika sedang mempelajari tentang GLB (Gerak Lurus Beraturan)

   "Baik anak-anak. Saya meminta kalian untuk membuat bahan presentasi dengan materi GLB ini. Setiap kelompok terdiri dengan 4 orang. 2 perempuan dan 2 laki-laki. Kelompoknya biar saya yang tentukan.

   ...Firasatku sepertinya tidak enak...

   "Tapi sebelumnya baik laki-laki maupun perempuan buatlah cari pasangan dulu, laki laki dengan laki laki dan perempuan dengan perempuan. Setelah itu akan saya satukan..."  Spontan aku mengajak Gabby.

   "Okey, Kelompok Sarah dan Gabby dengan kelompok Reyn dan Sean lalu kelompok..." aku memandang Reyn dari seberang. Sepertinya memulainya saja aku tak sanggup. Reyn terlihat biasa saja melihatku. Dia lalu tersenyum sinis. Aku muak.

   "Kelompoknya gak enak banget. Tenang aja, Sar. Ada gua ini" Gabby memandangiku. Aku hanya mengangguk pelan dan sepertinya mulai lemas.

   "Kelompok sudah dibuat. Silakan kalian sebagai satu kelompok membahas materi presentasi." Kata Mr. Saint, guru bidang fisika.  Aku diam. Aku duduk dengan Gabby, pastinya dan depanku Reyn.

   Reyn terus memandangku dan tidak melepaskan matanya sedetikpun padaku. Aku ingat artinya dia sedang berpikir, entah apa. Pandangan yang mengintimidasi memang cirinya dari dulu.  Atau mungkin melihat wajahku yang sepertinya mulai merona merah.

   "Udahlah kita bahas aja langsung bahan presentasinya, kerja dimana. O iya, nama lu Sarah kan ya? Maaf yah gua kan gak deket dengan lu." Kata Sean, tersenyum. Aku tersenyum balik  dan mengangguk, pelan.

   "Kerjanya mau dimana?" Tanya Reyn, akhirnya melepaskan pandangannya dariku. Sikap bossy nya sepertinya muncul lagi setelah sekian lama aku tidak melihatnya.

   "Rumah gua, mau? Kita kerjanya hari Sabtu aja." Kata Reyn, lagi. Aku mengangguk. "Eh, nanti kasih alamat rumah lu, aja." Kata Gabby menatap Reyn. "Pada gatau rumah Reyn? Yaudahlah gua anterin nanti Sabtu pagi." Kata Sean. Kami semua mengangguk. Sepertinya aku akan membusuk di rumah Reyn.

  


Long Coma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang