Aku dan Gaby satu kelas di 10.1. Sedang Esme di kelas 10.3.
"Kalo gue lihat sih di kelas 10.1 ini orang-orang pinternya yah, rumayan. Medium lah.."kata Gaby. Kami melihat papan pengumuman. Papan pembagian kelas.
"Kalau kelas Esme itu beuhhh pintar-pintarnya parah banget. Yah, jujur Esme lebih pintar daripada gua..." kata Gaby sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum biasa. Jujur, aku tidak bisa gampang akrab dengan orang baru. Tapi Gaby membawa kehangatan. Gaby sepertinya baik. Dan aku harus berusaha berteman dengannya kalau tidak...
Aku tidak akan punya teman.~~~
Bel berbunyi.
Saatnya aku masuk kelas. Aku sebangku dengan Gaby. Bayangkan, aku tidak mengenal siapapun disini. Semuanya memandangku seolah aku anak yang pantas dipermalukan. Namun dunia tiba-tiba berubah.
Aku melihat pria seperti Reynold Jones. Dia. Cinta pertamaku. Itukah dia?
"Lu liet Reyn mah biasa aja kali. Emang sih ganteng, bodynya atletis. Tapi, beuhhh...songongnya minta ampun. Mentang-mentang kaya, orangnya gak banget. Beneran dah" bisik Gabby. Memang benar Reyn. Tapi mengapa Reyn seperti tidak sudi melihatku. Dia memandangku dengan hina. Seolah-olah aku bukan Sarah Wilson, TEMAN MASA KECILNYA. "Woyyy...wali kelas kita, Miss Kathryn udah dateng. Gak usah bengong deh..."kata Gabby. Aku sadar Reyn telah melupakanku.~~~
Aku benar-benar sekelas dengan Reyn. Reyn duduk tepat di seberang Gabby. Alias 2 tempat dariku. Sebelahnya ada laki-laki yang yah rumayan, kata Gabby namanya Sean. Sahabat Reyn dari lama. "Dia masuk Reyn Squad..." bisik Gabby. Aku mengangguk saja. Aku tahu kalau kamu kaya, kamu ganteng atau cantik, kamu akan terkenal. Itu sudah pasti.
~~~
Setiap kali aku melihatmu, aku tahu
Kau bukan milikku lagi
Kau bukan punyaku lagi
Kau tidak mengenaliku lagi
Kau tidak mengetahui aku lagiWalau aku tahu
Masih terbayang seberkas wajahku dalam ingatanmu
Aku percaya kau pernah mengingatku
aku percaya kau pernah berusaha menyusun memorimu tentangkuAah, andai waktu dapat kuulang
Aku rela mati untukmu
untuk bertemu denganmu
Asal di keabadian nanti engkau menjadi milikku
Walau harus kubayar mahal dalam segala-galanya...~~~
Selesai menulis puisi singkatku ini, aku membubuhkan tanda tanganku pada puisiku ini. Puisiku masih karya penulis puisi amatir. Selama ini aku menulis puisi ini hanya karena aku diterpa rasa bosan atau memang aku sedang niat dan mengisi waktuku belajar. Kebetulan buku pelajaranku sudah kudapatkan. Ooh tidak, aku baru ingat bahwa aku menulis puisiku dalam buku cetak bahasaku. Maksudku pelajaran bahasa Indonesia. Kata Gabby gurunya terkenal killer. Maksudku, aku menulis puisi ini memakai pulpen. Tapi, sudahlah aku ngantuk. Aku sudah tidak peduli. Lalu kutarik selimut dan tidur menemani mama yang sudah tidur terlebih dulu.
~~~
Jujur aku masih ngantuk hari ini. Tapi pikiran bahwa aku menulis puisi di buku bahasa Indonesia tiba-tiba memenuhiku. Aku hanya takut. Katanya gurunya kan rada galak. Bus sekolah menjemputku dari rumahku. Aku memilih duduk dengan Gabby dan Esme karena tempat duduk di bus ada sampai 3 orang.
"Hai.. selamat pagi..."kata Gabby ceria.
"Hai juga." Sahutku. Sedang Esme sedang tertidur. Aku tidak melihat Reyn. "Kenapa? Cari Reyn ya? Aduh orang sekaya dia lagi mau di bus sekolah ini. Yang ada mah bapaknya yang nganterin kali."
"Gak, gua gak cari dia. Siapa bilang gua suka sama dia!?" kataku. Dia sudah bukan milikku lagi. Sudah bukan.
"Ooh, maap maap deh kalau begitu. Kan gue gatau..." aku tersenyum.~~~
Aku dan Gabby dan Esme sudah sampai di sekolah dari jam 7.15. Sedangkan sekolah mulai dari jam 7.30 sampai 15.30. Aku dan Gabby masih satu bangku. Esme langsung ke kelas kami. Kami ngobrol sampai bel pelajaran muali kira-kira jam 7.30. Tapi meja Reyn kosong. Masih kosong. Ini dia, guru bahasa Indonesiaku datang. Namanya Kelly dan nerupakan orang Indonesia. Kalau menurut aku sih orangnya ramah dan gak galak. Daridulu orang akan menciptakan first image yang baik.
~~~
"Gua bilang sih orangnya gak galak...baik kok.." kataku pada Gabby dan Esme saat istirahat I. "Iya sih emang kayaknya begitu. Tapi gua kan dibilang ama kakak kita, Daya. Dia kan alumni sekolah ini. Dan sekarang dia udah kuliah semester 3." Gabby asik ngemut coklat hihihi... "Aduh ke perpustakaan yuk...bosen nih..." ajak Esme."Yaelah ngapain sih ke perpus? Waktu istirahat tinggal 10 menit lagi..." kata Gabby. Jadi aku dan Gabby memutuskan balik ke kelas sedangkan Esme memilih ke peepustakaan. Lalu aku melihat Reyn. Matanya tertuju padaku. Membuatku salah tingkah. Berusaha, aku menatap matanya lagi. DIA TIDAK MELEPASKAN TATAPAN MATANYA DARIKU!!! Hingga aku merasa mataku panas dan mengabaikan tatapannya. Hal terakhir yang kulihat adalah tatapan matanya yang tetap tajam. Entah apa maksudnya. "Lu pelototin siapa? Hooohhh... Reyn. Pantes."
"Kalau lu suka sama dia bilang aja. Hey, gua suka sama lu. Selesai. Setidaknya lu udah mengungkapkan perasaan sama dia. Walau kemungkinan diterimanya...ya kecil" aku mengangguk pelan tanpa kusadari. Reyn pergi keluar kelas. Saat itu juga aku menceritakan segalanya pada Gabby. Gabby dan aku memang sudah bersahabat selama 2 hari. Tapi aku rasa aku bisa memercayainya. "Dia gak suka ama lo. Beneran. Move on deh... Di sekolah ini banyak cowok ganteng kok..."
"Tapi gua gak bisa, Gab. Gua gak bisa berpaling dari dia. Gua harus memiliki dia. Harus." Kataku mengatakannya disertai penekanan vokal. Memang aku harus bersama dia. Dan aku harus mengingatkan dia padaku bahwa akulah Sarah Wilson, teman masa kecilnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/76911051-288-k852127.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Coma
Fiksi RemajaBagaimana jika sepasang hati yang harusnya saling mencintai malah menuju ke arah yang berlainan satu dengan yang lain? Yang satunya mencintai, yang satunya membenci. Bukankah perasaan itu tumbuh karena rasa cinta? Tapi bagaimana jika dia adalah yang...