Sabtu siang aku dijemput dari rumah ke rumah Reyn barengan dengan Gabby dan Sean.
"Hayyy..." sapa Gabby, ceria. "Simple banget fashion nya." Aku hanya mengenakan kaos putih polos, celana legging dan sneakers. Aku tersenyum. "Jauh gak rumah si Reyn?" Tanya Gabby. Aku dan Gabby duduk di jok belakang di mobil Sean.
"Kalau dari sini sih kayaknya jauh ya. Rumayan lahh. O iya, yang siapin materi kalian berdua kan? Gua sama Reyn mungkin yang ngetik dan beli buku aja sih."
"Iya, gua udah siapin materinya sama Sarah. Tapi lu juga kerja dikit lah. Kita masih minim sumber sih. Kan katanya sumbernya harus dari internet dan buku apa aja." Gabby nyerocos.
"Iya iya udah... tenang aja. Reyn katanya udah beli buku tentang GLB atau apalah itu." Sean says.
"Kalau mau tahu lagi mah, nih ada si ranking 1 tanyain aja..." kata Gabby sambil melihat kearahku. Aku masih diam."Emang iya lu ranking 1, Sar? Congrats ya, walaupun udah telat sih.." Sean terus menyetir.
"Iya. Makasih ya." Akhirnya aku ngobrol sedikit."Sean," Gabby bersuara kali ini.
"Yeah?" Balas Sean.
"Reyn itu orangnya emang begitu ya ?" Gabby sepertinya memberanikan diri bertanya pada Sean tentang Reyn.
"Dia emang sombong gitu sih. Tapi dia sahabat terbaik gua. Dari SD sih malahan. Gua udah kebal sama tuh anak."
"Dia...playboy?
"Ehm... Christina pacar ke 22 nya. Emang tuh anak gak pernah setia. Susah dia mah tetap sama perempuan lain."
"Mungkin ada trauma kali ya, di masa lalunya?" Tanya Gabby, melirik ke arahku.
"Kalau trauma gitu-gitu sih sebenernya dia pernah nyinggung dikit. Tapi waktu itu dia bilang gua gaboleh bocor. Dan waktu itu gua iyain aja deh."Apakah Reyn pernah menyinggung namaku?
"Eh rumah nih anak masih agak jauh lu. Mau ke minimarket sebentar gak? Atau ke kedai makanan gitu. Gua laper"
"Mau aja kalo lu bayarin. Tapi gak deh. Lagi diet.."
"Ya udahlah entar gua minta makanan di rumah Reyn mumpung bokapnya lagi di Hong Kong." Aku lega. Ayahnya sedang ke luar negeri ternyata.
"Sarah, mau makan?" Tanya Sean.
"Enggak, hehehe..." kataku, berusaha tertawa lepas."Sarah, kok kayaknya lu diem aja ya. Gua pernah liet sih kalo lu sama Gabby dan Esme rame banget orangnya."
"Dia rame kok orangnya, tapi sama orang tertentu aja." Kata Gabby.
"Iya, Gabby benerr"~~~
Kira-kira setengah jam kemudian, kami sampai di kompleks rumah Reyn yang berada di Serpong.
"Gua gatau lagi dah Reyn masih tidur atau kagak. Tadi sih chat gua sama dia gak dibales. Semoga sih enggak ya." Sean menekan bel rumah Reyn.
Rumah Reyn seperti istana. Dia sudah pindah ke rumah yang baru.
Sean terus menekan bel rumah Reyn. Semenit kemudian, Reyn membukakan pintu. "Yeh gua lagi tidur, diganggu aja. Udahlah, yok, masuk."
Dari dalam rumahnya sangat besar dan luas. Baru masuk saja sudah terlihat kolam renang.
"Material dari internet siapa yang rangkum?" Tanya Reyn.
"Sarah sama gue" Gabby sepertinya memberikan pandangan risih ke Reyn. Reyn terlihat dengan pandangan oh bodo amat."Eh, bukunya mana coeg. Lu bilang lu udah beli kan?" Sean menatap Reyn yang kelihatannya benar-benar ngantuk.
"Belom beli" Mata Reyn hampir tertutup sepertinya benar-benar ingin tidur.
"HAH? LU BELOM BELI?" Sean dan Gabby tampak kompak meneriaki Reyn. Kacau sekali, Reyn.~~~
Setelah 2 jam menghabiskan waktu dengan membeli buku di toko buku di mall yang cukup dekat dengan rumah Reyn, kami makan di restoran di mall tersebut. Lalu pulang ke rumah Reyn untuk menyelesaikan tugas kelompok fisika.
~~~
"Flash disknya ini ya. Jangan sampe hilang ini punya gua. Gua sama Sarah kemaren udah bikin 9 slide. Entar kalo mau nanya atau apa gitu, tanya sama si Sarah ini aja..." kata Gabby.
Sean lalu memasukkan flash disk tersebut ke komputer di kamar Reyn.
Kamar Reyn sangat besar. Nuansa warna campuran hitam dan putih alias monochrome nya bagus. Reyn yang sekarang sedang mengerjakan tugas kelompok dan Sean sepertinya akan gantian dengan Reyn. Sedangkan aku dan Gabby duduk di tempat duduk di belakang komputer. Hanya melihat saja karena kami berdua suah membuat 9 slide di rumahku kemaren.
"Pada mau makan lagi, gak?" Setelah Reyn selesai mengetik kerja kelompok bagiannya. "Entar gua suruh nanny Kenny masak. Masakannya enak, loh.." Sepertinya mood Reyn sedang baik atau apa. Tapi dia tidak melihatku sama sekali. Seolah menganggapku tiada. "Gak. Tadi kan abis makan..." sahut Gabby.
"Sarah, mau?" Reyn tiba-tiba menengok kearahku, kurasakan nada canggung terlihat kental dalam suaranya. Bertanya mengapa dia canggung bertanya padaku.
"Enggak, Reyn.." kataku. Oke, sebentar lagi pipiku akan merona merah...
![](https://img.wattpad.com/cover/76911051-288-k852127.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Coma
Teen FictionBagaimana jika sepasang hati yang harusnya saling mencintai malah menuju ke arah yang berlainan satu dengan yang lain? Yang satunya mencintai, yang satunya membenci. Bukankah perasaan itu tumbuh karena rasa cinta? Tapi bagaimana jika dia adalah yang...