Sarah POV

50 3 7
                                    

Soundtrack buat bab ini adalah:
1. Quit -Ariana Grande ft. Cashmere Cat.

"I can't quit you..."

(Lagu ini aku dengarkan saat menulis bab ini... semoga feel nya dapet ya.)

2. Cukup Tau - Rizky Febian

"Sungguh percuma saja
Ku mencintai tapi tak dicintai
Gerak tubuhnya seolah berkata
Tak cinta padaku dan tak suka padaku
Aku pun mulai berpikir
Ku sakit hati dan mulai ku merasa.."

(Aku juga lagi suka bangeeet sama lagu ini.. apalagi liriknya yang sudah kuketik diatas🔝)

Oke, selamat membaca ceritaku ini ya... vote dan comment sangat membantu
-----------------------------
Kenapa Reyn harus koma?

Kenapa dia harus mendahuluiku? Maksudku adalah aku harus menghabiskan sisa hidupku lagi-lagi tanpanya.

Bagaimana apabila aku meninggal saat dia sudah sadar? Bagaimana apabila aku tidak akan pernah melihat rupanya lagi?

Aku ingin menyusulnya. Menatap hujan yang kini menyapaku saat perjalanan pulang yang kuputuskan akan berjalan kaki saja. Sudah lama aku tidak berjalan kaki pulang sekolah sejak kejadian Ed waktu itu yang menyatakan perasaannya padaku.

Kemana Ed? Apakah dia baik-baik saja? Semoga iya. Aku berharap tidak terjadi apa-apa padanya. Hingga aku melihat Sean yang terburu-buru. Sepertinya dia akan menjenguk Reyn.

Jiwaku entah tidak bisa tenang. Seolah aku menginginkan melihat wajah Reyn lagi, lebih dari apapun di dunia ini walaupun hanya beberapa detik saja.

Kata mereka, Reyn mengalami koma...

Dan setahuku apabila kau mengalami koma, maka jiwamu akan terpisah dari ragamu, berkelana sesuka hati. Dan aku bersumpah menginginkan melihat Reyn. Walaupun itu untuk terakhir kalinya...

Berjalan beriringan dengan hujan setidaknya berusaha membuatku memikirkan Reyn dengan tenang. Kali ini, dengan hujan yang membasahi tubuhku, aku harap aku bisa tenang, walaupun percuma. Aku begitu menginginkannya. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal padanya, sebelum aku pergi dari dunia ini.

Tiba-tiba pandanganku terasa gelap. Aku merasa pusing, yang paling sakit dalam hidupku. Dan pingsan.

Semoga doaku cepat terkabul untuk melihat Reyn. Walau sekali ini saja...

~~~

Bau steril khas rumah sakit itu langsung menusuk hidungku setelah beberapa saat kemudian aku akhirnya tersadar. Ibuku langsung memelukku, sedang dibelakangnya ada Gabby dan Esme.

Dia bilang aku pingsan saat aku berjalan pulang ke rumah. Betapa bodohnya aku, malah mengabaikan kesehatanku sendiri. Disaat aku sakit, aku malah makin menyakiti diriku sendiri, apalagi memikirkan Reyn yang entah di rumah sakit mana, entah bagaimana keadaannya.

"Syukur aja lu gak kenapa-kenapa, Sar. Jangan pulang sambil hujan-hujanan lagi, dong." Tegur Esme. Aku hanya menyengir biasa. Setelah aku dan ibuku berpelukkan, gantian mereka yang memelukku.

"Maaf, ya, sayang, gue gabisa lama-lama. Sekarang ini satu kelas gua ngumpul tau ga sih, cuma buat doain Reyn di ruangannya biar bisa cepat sadar." Kata Gabby, mulai menjauhiku.

Tunggu, tunggu? Maksudnya Reyn di rumah sakit ini?

"Reyn..disini?" Aku penasaran.
"Iya. Biar Esme sama mami kamu yang menjagamu. Aku duluan, ya, tante.." disahuti anggukan dan ucapan terima kasih dari ibuku.

Long Coma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang