Jam 9 malam, dad dan momma sudah dirumahku. Kami duduk di ruang keluarga. Tapi aku benar-benar deg-deg an mereka mau bicara apa.
"Ya, kenapa sih mom?" Tanyaku.
Aku melihat wajah mom. Dia lalu berjalan menjauhi aku dan ayahku. Entah untuk apa.
"Jadi, Reyn. Ayah benar-benar sulit untuk mengatakan ini, tapi..." Ayahku berbicara dengan benar-benar gugup, membuatku semakin penasaran.
"Apa, dad? Please, deh, jangan buat aku penasaran."
"Kalau kita kembaran."
Tiba-tiba suara itu membuat telingaku sakit. Sampai aku hampir yakin kalau bisa saja jantungku hampir berhenti berdetak. Aku tahu asal suara itu. Dia tidak asing. Tapi, siapa?
Aku berusaha menatap asal suara itu perlahan-lahan. Dan benar, aku mengenal orang ini. Dia adalah Ed. Teman sekelasku. Aku pernah membencinya kelas 11 karena mendekati Sarah yang saat itu sedang kusukai.
Aku benar-benar sesak. Sungguh. Dia kembaranku? Maksudnya apa? Seolah segalanya itu aneh.
"Lu ga bercanda kan," aku bangkit dan berdiri. Tiba-tiba aku kehilangan kendali. Aku hampir meninjunya. Aku benar-benar sudah lepas kontrol hari ini.
"Reyn, cukup!" Mom melihatku sambil menangis. "Tolong terima dia sebagai kembaranmu. Duduklah. Mom benar-benar akan menceritakannya. Segalanya. Kali ini tidak ada kebohongan apa-apa."
Aku meneriaki momma. Aku bilang kalau dia bohong. Aku tidak akan berbagi harta dengan Ed. Aku tidak mau memiliki kembaran dengan seseorang yang kubenci. Sampai ayahku turun tangan dan akhirnya dengan nada bicaranya dia menyuruhku duduk yang langsung kutaati.
~~~
Suasana hatiku mulai tenang. Tapi kilatan emosi dalam hatiku masih ada. Mom mulai berbicara di depanku. Dan dad duduk di sebelahku untuk mengapitku dan Ed.
"Pertama-tama mom harus jujur padamu, Reyn. Karena mom tidak pernah menceritakan kalau dari kamu di kandungan kamu punya saudara kembar. Mom mau minta maaf." Aku masih diam. Bahkan melihat wajahnya aku tidak sanggup. Aku masih marah.
"Dulu, saat mom hamil kalian berdua, kehidupan ekonomi keluarga kita anjlok. Dan saat itu, usaha dad sedang turun. Tapi mom diberitahu dokter kalau mom hamil anak kembar laki-laki. Mom benar-benar bahagia, sayang. Mom bersumpah saat itu akan menjaga kalian berdua. Tapi saat kelahiran kalian, mantan kekasih mom datang. Namanya Daniel."
"Daniel menyuruh mom untuk memberikan satu putranya pada mom karena Marina, istrinya terkena kanker dan sudah stadium 4. Marina ingin memiliki anak laki-laki. Mom benar-benar tidak mau. Hingga malah Ed hilang dari kamar bayi rumah sakit. Mom sudah menamakanmu Arnold, Ed. Tapi kamu hilang." Mom menangis. Kali ini dia benar-benar menangis, hampir histeris.
"Mom sudah, hiks..hiks, berjanji saat itu, maka mom ke rumah Daniel dan tidak ada jejak Ed. Mom sedih. Setelah Reyn berusia 5 tahun, perusahaan ayah kalian semakin besar. Mom sudah disibukkan dengan segalanya. Bisnis di luar negeri. Maafkan mom sayang, mom sudah melupakanmu, Ed. Walaupun sampai detik ini mom masih mengingat wajah Ed saat masih bayi..." mom melap air matanya. Dia mulai tersenyum, dan membuatku iba.
"Tapi sebulan yang lalu, mom nekat ke rumah Daniel. Mom mengintai rumahnya dan mendapati seorang laki-laki yang mirip Reyn. Mom yakin dia adalah kembaran Reyn. Mom sangat yakin. Mom akhirnya ke rumah Daniel, dan nekad mencabuti beberapa helai rambut Ed untuk tes DNA lalu menyelipkan sebuah surat di tasnya yang isinya adalah aku adalah ibu kandungnya. Aku sudah menceritakan ini semua lewat surat kepada Ed. Dan bilang bahwa aku masih menunggu tes DNA dari helaian rambutnya."
Kali ini aku menatap momma. Aku iba. "Momma bisa bilang dari dulu biar aku mengerti. Dan sekarang, benar, kan, aku mengerti. Aku selalu mengerti," Momma memelukku. Aku akhirnya merasakan kelegaan yang amat sangat. Walaupun aku masih enggan pada Ed.
Aku lalu menceritakan pada mom dan dad bahwa aku berhasil kuliah di Harvard. Dan bilang kalau aku berencana memboyong Miranda. Baguslah, mungkin aku sekarang bisa menyerahkan takhta perusahaan pada Ed.
Dengan memberanikan diri aku berusaha untuk mengatakan kepada ayahku bahwa aku akan melepaskan Jones Company ke tangan Ed.
"Tidak bisa! Kau harus kuliah yang benar, Reyn. Ayah menyiapkanmu menjadi pewaris Jones Company." Nada suaranya tinggi.
"Dan tidak untuk menikah muda. Kau harus bekerja dan mapan sebelum menikah." Amarahku akhirnya naik lagi. Bagaimana tidak? Aku menerima banyak pil pahit yang bertubi-tubi hari ini. Bahkan melihat wajah Ed saja aku masih enggan. Walaupun aku bahagia bahwa aku bisa menyerahkan Jones Company padanya. Berarti 'bebas' sudah menjadi kata pertama kamus hidupku.
"Reyn... dengarkan apa yang ayah katakan!"
"Tidak. Jones Company bukan untuk orang yang memimpikan hidup berkeluarga sepertiku."
"Reyn," nada suara dad makin meninggi. Tapi aku harus ngotot untuk mempertahankan pilihanku.
"Tidak, dad. Sampai kapan dad mengatur hidupku. Kali ini biarkan aku menentukan masa depanku. AKU TIDAK INGIN MENJADI SEPERTIMU. AKU INGIN PUNYA KELUARGA, DAD. BIARKAN AKU MELAKUKANNYA SESUKAKU." Aku setengah berteriak di 3 kalimat terakhir. Aku melihat tatapan mom yang takut. Dia duduk samping Ed. Aku menakutinya.
PLAAK!
Dad kehilangan kendali lagi. Dia menamparku. Aku menyambar jaketku dan meraih kunci mobil Ferrari-ku.
"KAU HANYA MEMENTINGKAN PERUSAHAAN KETIMBANG KEBAHAGIAAN PUTRAMU..." Aku berteriak di depan pintu rumahku. Dan berusaha pergi dengan Ferrari-ku entah kemana. Aku siap pergi dan hilang entah kemana. Kali ini amarah benar-benar menguasai jiwa ragaku. Mungkin aku perlu mengasingkan diri.
~~~
Sudah 15 menit aku berada di mobilku. Aku sudah berkeliling entah kemana. Peduli setan dengan ayahku yang hanya mementingkan perusahaan. Tahu apa dia tentang putra semata wayangnya-- eh putra pertamanya? Setelah ada Ed. Aku benci Ed. Aku benci punya saudara. Aku benci semuanya. Keluargaku.
Kecuali ibuku.
Memikirkannya sekarang tiba-tiba membuatku menangis.Maafkan aku, momma....
Aku harus pergi. Biarkan aku pergi, ya mom
Aku sayang padamu, momma...Di depanku, sebuah mobil menuju ke arahku seperti kehilangan kendali. Aku banting setir ke kanan dan tiba-tiba malah menabrak truk. Mobilku terkena tabrakan beruntun. Mobilku terbakar. Aku melihat darah yang masih mengalir dari kepalaku saat aku sadar kepalaku terbentur dashboard mobil. Lalu aku menutup mata.
...Apakah aku sudah mati?
----------------------------------------------
Maaf kalau Reyn koma di bab yang cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Coma
Fiksi RemajaBagaimana jika sepasang hati yang harusnya saling mencintai malah menuju ke arah yang berlainan satu dengan yang lain? Yang satunya mencintai, yang satunya membenci. Bukankah perasaan itu tumbuh karena rasa cinta? Tapi bagaimana jika dia adalah yang...