Reyn POV

117 5 4
                                    

            "REYNNNNNN....BANGUNNNNN" teriakan Momma yang dahsyat ngebangunin gue. Baru jam 7 pagi, Baru aja. Sedangkan sekolah gua jam 7.30 masuknya.

   O iya, ini kan hari pertama aku sekolah. Hari pertama SMA. Jadi aku cepat-cepat bangun. Saat masuk ruang makan, nyokap yang lagi siapin sarapan udah pelototin gue.

   Ya iyalah, gua lagi nginep ke rumah nyokap. Sejak orangtua gue bercerai, gua tinggal di rumah bokap. Lebih tepatnya istana. Sedangkan ke rumah nyokap sekitar sebulan sekali.

"MANDI SANA..." Teriak nyokap. Nyokap gue emang galak tapi keren. Dia cantik. Kayak cewek masih umur 20-an. Nyokap gua itu orang Jepang asli. Dan nyokap gua sama mantan gua rada mirip.  Nama mantan gua itu Keiko Kingsley, mantan gua terbaru yang barusan kemarin malam putus.

"Nih anak bengong lagi...cepet lu mandi. Ya ampun, sana-sana..." kata nyokap mulai judes. "Iya ma, iya... 20 menit lahhh..."

   Entah apa salah gua, nyokap gua natap gua kayak mau cincang gua. "INI SUDAH 7.15 DAN KAMU MASIH MAU MANDI SAMPAI 7.35? SMA TIDAK BOLEH TELAT REYNOLDDDD!!!!!" Ampun.

~~~

   Nyokap nganterin gua pake Mercy-nya. "Hati-hati ya. Nanti chat mami kalau kamu sudah mau pulang. Langsung pulang, kan nanti malam kamu mau dijemput papa kamu." Nyokap nyium pipi gua setelahnya. Aduh malunya. Untung aja gaada temen gua yang melihat.

   Kadang, kalau mengingat lagi perceraian antara bokap dan nyokap membuat gua agak syok. Maksudnya, selama ini perkawinan mereka gua lihat selalu bahagia. Tapi kenapa, 5 tahun yang lalu, nyokap bokap gua manggil gua, tanpa persetujuan gua, mereka bilang mau pisah. Kayak petir nyambar di siang bolong dan itu bikin gua setengah mati marah.

   Saat itu gua pikir,
"Gua tinggal sama siapa nanti?"
"Nanti sekolah gua bagaimana?"
"Nanti apa hubungan gua sama salah satu orangtua gua akan terputuskah?" Pikiran itu memenuhi gua saat itu yang masih berusia 10 tahun.

   Gua lihat papan pengumuman bahwa gua kelas 10.1.
Siapa aja genk gua yang masuk di kelas ini?
O ada Sean. Terus... ya gak ada lagi. Kebanyakan genk gua di 10.3.

   Tunggu, kenapa tiba-tiba ada Sarah? Sarah Wilson? Bukannya dia anak Paman Raphael Wilson ya? Investor yang membantu saham ayahku. Dan... teman masa kecilku.

   Terus terang, sejak gue tahu bahwa ayah gue-lah sumber kehancuran bisnis ayahnya, hati gue sangat sedih. Gue pikir mungkin Sarah akan menjauh. Tetapi tidak. Gue tahu saat itu dia masih polos. Saat itu kami masih berusia 4 tahun.

   Gue enggak sanggup lagi melihat Sarah.

   Ya gue membencinya sekarang. Dia miskin, dia seperti ayahnya. Lemah, dan menjijikan. Gue tidak bisa memaafkannya lagi. Dia dan ayahnya adalah satu-satunya orang yang membuat bokap merasa bersalah. Gara-garanya, perusahaan bokap sempat mengalami kemunduran. Gua gak bisa memaafkannya. Hidup gua hanya pada Jones Company. Seumur hidup.

~~~

   Nah, ini dia kelas 10.1. Gue siap memandanginya seolah gue tidak mengenalnya.

   Benar, saat gue masuk kelas, gue melihat orang yang gue yakini Sarah. Gue memandangnya dengan jijik, hina. Dan seolah gue tidak mengenalinya. Gue tersenyum melihat gue. Sangat lebar. Seolah melupakan segala yang terjadi padanya 11 tahun yang lalu karena perusahaanku. Seolah yang dia ingat hanyalah kenangannya denganku 11 tahun yang lalu. Kenangan masa kecil kami. Gue lalu melihat Gabby mencubitnya. Gue tidak jelas mendengar apa yang Gabby katakan pada Sarah.

   Aku lalu duduk di samping Sean yang sialnya, bersebelahan dengan Gabby, Gabby yang bersebelahan dengan Sarah.

   Sarah sudah berubah. Yang gua lihat sekarang dia sudah menjelma menjadi cewek yang kayaknya kutubuku. Dan, aneh. Dia memakai kacamat hitam berbingkai tebal, ranbut kuncir ekor kuda, dengan roknya yang kepanjangan.

   Belum lama gue masuk kelas, wali kelas baru gue datang.

~~~

   Pulang sekolah, gua langsung pulang setelah melihat mobil nyokap sudah terparkir di tempat parkiran sekolah.

   "Gimana tadi di sekolah?" Aku mengangguk, lemah. "Kamu kalau mama lihat kayak udah enggak niat sekolah." Aku nyengir.
"Beneran deh. Apaan sih. Ceritalah sama mama. Mama selaluuuu bisa kasih solusi."
Aku diam. Lalu aku mencoba mengalihkan pembicaraan. "Gaklah ma. Gapapa kok. Mama ke Jepang lagi kapan?" Tanyaku sukses mengalihkan perhatian mama. "Seminggu lagi." Mama memiliki investasi di Jepang. Jadi sekitar beberapa bulan sekali dia harus ke Jepang, tanah airnya untuk memantau bisnisnya. "O iya, kamu pulang mandi, langsung kemas-kemas ya. Tanyain papa nyampai rumah jam berapa." Aku mengangguk. Aah, aku tak harus memikirkan Sarah lagi.

   ~~~

   Papa sampai rumah nyokap jam 11 malam. Aku langsung pulang. Sesampainya di rumah, aku tidur karena sudah sangat mengantuk.

~~~

 
   Begitu aku melihat jam, sudah jam 8 pagi! Aku langsung cepat-cepat mandi dan sarapan. Aku lihat papa sedang membaca koran di teras. "Papa cepat antar aku ke sekolah!" Kataku setengah teriak. "Sebentar, Reyn." Papa ternyata sudah siap dan swgera memacu Lamborghini Huracan-nya hanya untuk mengantarku sekolah. Percaya padaku, sejak papa mendengar kabar bahwa Raphael Wilson telah meninggal, papa seperti kehilangan semangat hidup. Bahkan perusahaannya hampir nyaris bangkrut. Namun untunglah dia masih bermain aman. Jadi, perusahaan papa dikembangkan lagi olehnya menjadi perusahaan yang semakin besar.

   Nah, akhirnya sampai di sekolah. Aku bersumpah bahwa sekarang SMA sedang istirahat. Aku langsung lari ke Ruang Tata Usaha untuk mengurus keterlambatanku. Di kelas saat istirahat tidak ada siapa-siapa. Baru 5 menit masuk dan mengambil napas, aku melihat Sarah dan Gabby. Aku memeloti Sarah walau aku sadar dia masih saja tersenyum melihatku. Tak lama kemudian, Sarah melepaskan kontak matanya dari padaku.  Lalu dia menatapku dengan tersenyum lebar. Aku tahu dia menyukaiku. Jadi, aku memasang tatapan jual mahal-ku dan pergi keluar kelas.

   Aku keluar kelas hanya untuk menguping apa yang selanjutnya akan dibicarakan oleh Gabby dan Sarah. Dan aku menyimpulkan bahwa Sarah terbukti menginginkanku. Mencintaiku.  Aku mengeluarkan senyuman andalanku sambil berjalan menuju ke kantin. Senyumanku yang kuakui hanya sebuah kamuflase. Dan imitasi.

------------------------------------------------------
Halooooo!!!
Cie yang lagi baca Part of View-nya Reyn. Bagaimana? Kalau aku bilang sih bab ini menonjolkan Reyn yang agak rada munafik. Tapi ga boleh begitu dong. Kalian harus jatuh cinta sama Reyn. Gamau tahu!!!!!

O iya aku cuma mau kasih tahu mulai dari bab: memories(sarah POV), bagian akhir itu kan dimulai dari mereka kelas 10. Sedang bagian awal saat mereka kelas 12 itu cuma buat bab yang akan datang. Sekarang aku mau fokusin mulai dari mereka kelas 10.

Aku juga berubah pikiran. Jadi,  setting tempatnya kayaknya lebih bagus di JAKARTA SAJA. Maksudnya lebih cocok.

Readers tolong tinggalkan jejak ya... aku sangaaaaaat menghargai respon yang kalian kasih ke aku. Aku juga lagi pertimbangin castingnya. Kalau mau usul boleh. Kalau memang aku gak mau atau tidak sesuai keinginanku, aku coba pertimbangkan.

And the last, Makasih ya udah baca LONG COMA✌✌✌✌✌✌
Jangan lupa Vote comment ya...

   

  

Long Coma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang