Reyn POV

50 6 11
                                    

Libur Semester 1 sudah selesai. Selama liburan, aku hanya ke di rumah, menginap di rumah Sean.

Setelah meminta Christina menjadi pacarku, jujur, karena aku yang belum terlalu mengenalnya seperti biasa agak canggung. Aku sempat miskomunikasi dengannya selama 2 hari. Lalu untunglah kami tidak putus.

Aku tidak terlalu menikmati segalanya selama berpacaran dengan Christina.

~~~

Liburan sekolah di semester 1 sudah selesai. Hari ini aku memulai kegiatan di sekolah selama 3 minggu libur.

"Hey bro. Liburan kemana aja lu? Bokap lu gimana tuh? Udah pulang ke Indo?" Tanya Sean menemuiku.

"Bosen. Seriusan. Gua sama Christina gak terlalu enak sih. Hehehe..tapi gak putus kok. Bokap gua belom pulang, bro. Palingan kayaknya sih sebulan lagi." Sean hanya mengangguk. "Oh, oke deh bro. Longlast ya." Kata Sean menatapku dengan heran.

~~~

Aku mendatangi ruang OSIS untuk menemui Christina. Sebenarnya sih Christina itu cantik. "Mau apa, Reyn? Gua mau rapat OSIS dulu, ya." Katanya, agak ketus. Aku mengangguk. Aku ke ruang kelasku sambil mengecek hp.

Tadi di kelas aku melihat Sarah lagi. Dia menatapku dengan tenang. Aku ragu apakah dia masih suka denganku atau tidak. Semoga sih iya. Setidaknya, harus salah satu yang masih punya perasaan mencintai.

Kalau cinta harusnya rasa benci itu harus berubah. Harus hilang. Dan dengan mudahnya jika kamu bertemu dengan orang yang kausuka harusnya rasa benci itu bisa menghilang. Tapi kenapa dengan Sarah rasanya tidak bisa? Kenapa mulutku selalu tertutup rapat setiap kali melihatnya?

~~~

Pintu kelasku terbuka. Aku hanya sendirian disini. Siapa orang disitu?

Ternyata Sarah yang memasuki kelasku. Ya, kini hanya ada aku dan Sarah. Sarah menatapku dengan diam. Awalnya dia tampak tak acuh. Lalu dia menatapku dan tiba-tiba mengeluarkan air mata.

"Reyn...
Sampai kapan lu mau ngediemin gua? Gua selalu menunggu lu dan hanya air mata yang keluar. Mau sampai kapan mulut lu itu tertutup rapat?" Hening. Sarah terus menatapku sambil menangis. Aku menatapnya. Kali ini aku lembek. Aku terus diam. Seperti baru saja dijinakkan.

"Lu gatau betapa sakitnya gua? Seharusnya gua gabisa memaafkan elu. Tapi gua gabisa gak maafin elu. Tolong, Reyn. Jangan arogan." Air mata Sarah terus mengalir deras. Aku tidak tega. Meskipun rasa benci itu perlahan seperti terkikis.

Sarah terus mengeluarkan air mata. Dia lalu mendekatiku dengan mata merah bengkaknya habis menangis. "Gua gabakal maafin elu." Katanya, dengan tatapan tajam.

~~~

Aku terbangun.
Mimpiku sepertinya memang akan terjadi suatu hari nanti. Aku hanya perlu menunggu.

Aku langsung menelepon supir dan segera pulang ke rumah setelah melihat arloji yang sudah menunjukkan pukul 6 sore.

~~~

Lama-lama hubunganku semakin baik dengan Christina. Bukan maksudnya selama beberapa hari yang lalu hubunganku terlalu tegang dengan Christina. Ternyata Christina sangat dewasa dan membuatku sedikit menyukainya.

   Selama melihat Sarah sebenarnya perasaanku masih tetap. Masih membencinya. Aku ingin sekali agar Sarah membenciku. Tapi rasanya sulit baginya.

   Pulang sekolah, aku bersama Christina hanya berduaan di kelas. Aku bilang bahwa aku mencintainya. Dan dua bilang bahwa dia mencintaiku juga.

   Dia menyentuh bibirku dan menciumnya. Aku menyukainya. Jadi aku menciumnya dengan sepenuh hatiku. Bukan ciuman pertamaku. Karena selama aku berpacaran, aku sudah mencium mereka semuanya😏

   Tiba-tiba aku melihat Sarah, Gabby dan Esme sedang di depanku, langsung aku menghentikannya. Aku yakin Christina terlihat terganggu. Sarah langsung menyambar kotak makannya yang ketinggalan. Dan membanting pintu kelas dengan keras.

   "Menganggu saja. Bagaimana ciumanku?" Tanya Christina, menggoda. Kami melanjutkannya dengan sebuah ciuman lagi...

Long Coma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang