Sarah POV

46 5 6
                                    

   Jam di dinding sudah menunjukkan waktu pukul 12.
12 malam. Sampai aku berusaha menghapus air mata ini. Percuma, hidupku hanya tinggal tersisa sedikit  lagi, dan bodohnya, dalam sisa waktu hidupku aku malah mencintai orang yang salah. Masih.

"Kamu gak pernah salah apabila kamu memang mencintai Reyn, sayang. Dia bisa menolong hidup kamu. Siapa tahu saja karena cinta, dia berubah. Kamu sembuh." Ibuku mengatakan hal iru karena dia tahu aku mencintai laki-laki itu sejak aku masih kecil. Dan dia tahu anak gadisnya masih belum bisa melupakan laki-laki itu.

"Dia perebut harta ayah, ibu. Dia membuat keluarga kita miskin, menghancurkan bisnisnya, tapi kenapa? Kenapa ibu begitu mendukungku untuk terus berusaha dengannya? Apakah ibu tahu bahwa aku tidak bisa melupakan dia? Disaat semuanya sia-sia..."

Aku memeluk ibu yang berada di sebelahku. Aku bisa tegar apabila ibuku berkata bahwa aku memang terkena kanker jaringan lunak, mungkin aku sudah menerimanya, karena aku sudah merasa hidupku akan sia-sia.

Tapi mengapa saat ibuku menyuruhku untuk memperjuangkan cinta pada laki-laki yang akhirnya kusadar bahwa itu salah, aku tidak bisa berkata apa-apa? Speechless.

Mulutku kelu, aku terus memandangi ibuku. Selagi dia menatapku dengan yakin dan dari sorpr matanya aku tahu dia sedang memberiku semangat.

"Aku gak bisa. Aku jatuh, dan sudah luka. Aku benar-benar gak bisa!" Untuk pertama kalinya aku marah pada ibuku sendiri. Aku menatapnya dengan tatapan emosi. Kali ini aku marah. Sungguh marah.

Sesungguhnya, sebelum selesai mengatakan kalimat tersebut, emosiku sudah hampir reda, namun tiba-tiba aku mengingat segala yang Reyn lakukan padaku dan dia yang dengan mudahnya sudah menghancurkanku.

"Aku sudah menyerah, bu. Apa yang harus kulakukan di sisa waktu hidupku yang tinggal 12 bulan lagi? Aku sudah...lelah...memperjuangkan cinta..." aku naik ke kamarku dan melihat setetes air mata keluar dari matanya. Tapi aku memejamkan mata. Berharap ibu bisa memaklumkan emosiku karena penyakit ini.

~~~

   Pagi ini hujan tidak bisa berhenti. Sehingga aku harus membawa payung untuk memayungkanku dari rumah menuju bus sekolah. Apalagi Ujian Akhir Semester yang sebentar lagi akan berlangsung.

Dari percakapan kemarin sampai pagi aku berangkat sekolah ini, aku belum bicara dengan ibuku sendiri. Aku masih berusaha bertahan dengan diriku. Penyakit kanker yang semakin lama mulai menggerogoti habis tubuhku,  sampai minggu depan yang rencananya ibu akan membawaku ke Rumah Sakit untuk kemoterapi pertama. Aku benar-benar bingung kenapa aku terkena kanker. Aku tahu ibuku sudah memulai pola hidup sehat dari dulu, tapi kenapa aku malah terkena kanker? Sementara gejalanya belum berat seperti yang pasien kanker biasa keluhkan.

Lamunanku tiba-tiba hilang saat seseorang tengah membicarakan Reyn.

"Kasian banget, kenapa bisa koma?"

"Gatau, gara-gara kemarin bawa mobil, terus kecelakaan.."

"Hah? Iya? Tahu dari mana?"

"Sean. Tadi si Sean kan ngomong di grup LINE  kelas kalau si Reyn koma, gua dengernya kaget gila."

Reyn? Koma?

Sesampainya di kelas, aku menuju ke kelas Gabby karena dia dan Reyn sekelas, dan tidak ada Reyn. Dan aku melihat semua teman dari genk Reyn terlihat habis menangis. Aku tahu berita itu benar.

Perlahan, lututku menyentuh tanah. Segala perasaanku akan Reyn tiba-tiba meluap kembali ke permukaan.

Semoga aku bisa dipanggil Tuhan secepatnya untuk menemaninya...

-----------------------------
Halo!
Gimana kabarnya? Hehehe maaf yah aku update nya agak lama. Tapi gakpapa ya, soalnya hari ini aku terbitin Sarah POV lagi. Semoga kaleeann suka!😂

Dan, yes, aku sudah mendaftarkan ceritaku ke The Clique Award loh! Vote ceritaku yah dalam The People Choice!

Nama wattpadnya adalah TheWritersClique

Hehehh! Silakan di vote ya! Sementara itu i'm decided untuk
Mengupdate cerita Long Coma setiap hari Rabu dan Minggu. Supaya saja aku lebih semangat untuk melanjutkan cerita ini lagi. Next, is Reyn POV! Stay tuned ya!

Jangan lupa vote dan comment! Masukkin juga ke reading list kalian masing-masing...

Muchas Gracias!😍

Long Coma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang