Dad rencananya akan pulang hari ini dari Toronto, Kanada. Sedangkan gue masih di rumah momma.
Hari ini Sabtu. Dan gue bangun jam 1 siang setelah mendengar ada chat masuk dari Miranda. Yah, Miranda.
"Happy anniversary, sayang yang ke 8 bulan 🎉"
Begitu isi chat nya.Memangnya hari ini tanggal berapa? Begitu melihat di layar iPhone kalau hari ini tanggal 11 Desember, berarti tepat 8 bulan pacaran kita. Dan, pacaran terlama dalam hidup gua. Selama ini gua cuma bisa pacaran berminggu-minggu.
"Kenapa, neh? Mau diajak kencan?"
balasku.3 menit kemudian,
"Iyalah. Kan jadi kuliah di Harvard. Congrats, sayang..."
Hah? Gue diterima di Harvard? Beneran?Sampai gue baru inget kalau kemarin itu pengumumannya.
Langsung gua buka website Harvard University dan melihat nomor klarisifikasi gua yang berarti diterima di Harvard.
Yeay!
"Kita kencan hari ini."
Balasku. Singkat.~~~
Aku dengan malas berjalan ke dapur dan mengintip makanan di meja makan.
Lily, asisten di rumah momma sedang sibuk mengepel di rumahku, dan anehnya momma tidak terlihat di sudut rumah manapun.
"Mami kemana?" Tanyaku, padanya.
"Sepertinya dari tadi pagi nyonya pergi. Coba tuan cek mobilnya di garasi. Dia tidak pamit sama saya." Aku mengangguk.
Mobilnya hilang satu. Berarti dia memang pergi. Tapi kemana?
~~~
Author POV (Miya's)
Perempuan itu sudah yakin dari awal kalau dia adalah putra kandungnya. Waktunya sekarang dia ke rumah Daniel untuk menjemputnya.
Tapi Daniel malah membentaknya. Mengatakan bahwa bukti tes DNA itu palsu. Sehingga perempuan itu harus benar-benar menuntutnya ke jalur hukum, atas saran James.
Perempuan itu akhirnya memberitahu hasil tes DNA pada James, suaminya. Dia yang sedang naik penerbangan dari Toronto ke Indonesia untungnya sedang transit di Jepang dan membaca messages-nya bahwa dia menemukan kembaran Reyn. Setelah hilang setelah 17 tahun.
"Kau tidak bercanda?"
Balasnya."Seumur hidupku aku tidak pernah seserius ini. Aku yakin. Tes DNA sudah membuktikannya. Tapi ada kendala."
"Apa, Miya? Katakan saja."
"Daniel, ayahnya tak mau mengakuinya. Apa yang harus kulakukan?"
"Paksa saja. Kalau tidak kita tuntut lewat jalur hukum kalau ini yang terbaik. 5 jam lagi aku akan sampai di Indonesia. Dan kita akan membahasnya dengan Reyn."
"Baiklah."
Perempuan itu mengetiknya. Dan berharap Reyn, putranya, memiliki mental yang siap untuk menerima ini semua.~~~
"Kau tidak bisa seenakmu menganggap putraku adalah anak kandungmu, Mayumiya!" Pria itu terus membentaknya.
"Aku akan menuntutmu ke jalur hukum apabila kau memang terus keras kepala, Daniel. Akuilah bahwa pernikahanmu dengan Marina tidak menghasilkan anak apa-apa. Lagipula, bukti dari tes DNA sudah di tanganku. Kau bukan siapa-siapanya."
"Kau dari dulu memang seperti ini, ya, Miya. Pantas aku pernah begitu mencintaimu." Pria itu menatap Miya sengit. Miya menatap pria itu dengan wajahnya yang campuran sinis dan kemenangan.
"Cukup akuilah saja, Daniel sayang, bahwa Ed itu bukan putramu. Dia putraku, sayang." Perempuan itu menuju ke arah Daniel dan mencium bibirnya.
Dia yakin itu satu-satunya cara agar Daniel dapat melepaskan putranya dengan mudahnya.
"Tetap tidak bisa. Dia putraku. Cintaku padamu sudah kulupakan saat kita masih SMA, Miya..."
Perempuan itu kehilangan kesabaran dan menampar pria itu.
"Cukup!"
Miya dan Daniel saling memalingkan kepala ke arah asal suara itu, yang ternyata adalah Ed.
"Kau bukan ayahku. Aku tidak pernah merasakan kasih sayang darimu. Kau tidak pernah menganggapku anak, ayah. Kau menganggapku pembantu. Hidupku yang percuma hanya kau kurungkan disini. Aku bukan siapa-siapamu!" Anak itu berteriak. Dia seolah mencurahkan segalanya dalam satu kalimat klimaks sebelum berpisah dengan ayahnya.
Lalu dia bergantian memandang Miya. "Benarkah kau...eh, ibuku?" Miya mengangguk.
"Lihatlah tes DNA ini. Aku mendapatnya dari helai rambutmu saat terakhir kali aku ke rumah ini. Sini sayang..." Miya menyerahkan amplop itu dan memandang putranya. Benar, matanya persis seperti dirinya. Coklat.
"Ibu! Kau tahu bagaimana aku begitu menginginkanmu!"
Memandang anaknya untuk pertama kalinya saat anaknya mengucapkan kata ibu.
Bagaikan sebuah telenovela, keluarga yang telah dipisahkan selama 17 tahun itu akhirnya berpelukkan bahagia dengan latar matahari yang sudah tenggelam. Miya dan putra kandungnya, Edward Mapother Immanuel Jones.
~~~
Reyn POV
Sudah jam 7 sore dan where's my momma? Aku bersiap akan pergi untuk kencan dengan Miranda.
Aku yang masih menyaksikan acara televisi akhirnya ke kamar untuk menelepon momma. Panggilan pertama, jaringan sedang sibuk. Hingga panggilan kedua akhirnya diterimanya.
"Momma, where are you? Aku mau kencan dengan Miranda, ma'am..."
"Mama sedang jalan ke rumah, Reynold sayang. Mama dan papa mau bicara sama kamu. Dan please, ini penting banget. Mama dan papa benar-benar butuh Reyn. Jangan pergi. Tunda saja."
Sepertinya penting. Tapi mereka mau ngomong apa?
Telepon ditutup. Yasudahlah, aku akhirnya menunda kencanku dengan Miranda. Untunglah Miranda mengerti."Yaudah, kan bisa kapan-kapan..."
Balasnya. Baguslah. Tapi dad dan momma mau ngomong apa ya? Sepertinya mendesak sekali. Apakah mereka mau rujuk? Atau ada sesuatu?
![](https://img.wattpad.com/cover/76911051-288-k852127.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Coma
Teen FictionBagaimana jika sepasang hati yang harusnya saling mencintai malah menuju ke arah yang berlainan satu dengan yang lain? Yang satunya mencintai, yang satunya membenci. Bukankah perasaan itu tumbuh karena rasa cinta? Tapi bagaimana jika dia adalah yang...