Sarah POV (5)

68 6 3
                                    

    Tingtong

    Bunyi bel rumahku. Pasti Gabby dan Esme sudah berada di depan rumahku. Aku langsung cepat keluar dari kamarku dan membukakan pintu, O iya pasti mama belum sampai rumah.

   "Hey, silakan masuk..." aku mempersilakan mereka masuk ke rumahku, "Disini ceritanya gak enak kayaknya, di kamar gua aja? Gimana?"  Mereka mengangguk. Mungkin heran aku seolah-seolah melupakan segala yang terjadi di kantin...

~~~

    "Ohhh, jadi ceritanya lu itu dulu pernah deket gitu sama Reyn...pantesan..." kata Esme sesudah aku menceritakan segalanya, mulai dari kenanganku bersama Reyn dan cerita saat ayahku meninggal karena perusahaannya bangkrut, karena Jones Company sampai kearoganan ayahnya dan Reyn.

   "Gini ya, sampai Company ayah Reyn itu buat perusahaan ayah lu bangkrut itu sih gua bilang lu harus lapor polisi! It's not fair for you, Sar. Kita kira elu memang suka sama Reyn sejak lu pertama kali masuk sekolah ini. Tapi ternyata anggapan kita salah. Lu udah ada keterikatan sama dia, once..." kata Gabby, menatapku yang sendu ini.

   "Jadi gara-gara itu doang lu nangis tadi atau gara-gara dia ngegandeng Renata?" Tanya Esme.

   "Honestly, semuanya sih. Tapi agak dongkol aja ngelihat mereka berdua bergandengan gitu." Air mataku sudah hampir di ujung pelupuk, dan kali ini Gabby bereaksi cepat mengambilkanku tissue, lagi.

   "Sarah, gua gak paham sama lu. Mungkin aneh ya, lu malah cinta mati sama orang yang sombong dan berlaku jahat sama lu. Tapi, kalau memang lu tetap menginginkan dia, si cowok berengsek itu sepenuh hati lu, kejar dia! Inget, kalau segala sesuatu bisa berubah 180°. Asal lu tetap berusaha." Kata Esme.

   "Bisa jadi sih dia lupa loh, sama lu..." kata Gabby.

   "Makasih Esme. Gabby, bisa saja sih memang dia lupa sama gua. Tapi gua akan berusaha seumur hidup gua tetap dekat dengan dia..."

   Mereka tersenyum padaku. Senyuman dari mereka membuatku semangat. Mungkin, aku akan tetap menjaga bara cintaku padanya tetap terbakar. Memang sekarang bukan waktuku, karena dia sudah memiliki Renata. Tapi, setidaknya aku akan terus menyimpan memoriku tentangnya dalam hatiku.

   "Inget aja, kalo lu ada apa-apa, lu bisa minta tolong kita... kita akan selalu ada buat lu, sebagai sahabat!!!cheers!" Kata Gabby.

   Sahabat? Ya, mereka sahabat sejatiku sekarang. Aku tidak butuh siapa-siapa untuk menjadi temanku, yang penting ada Esme dan Gabby saja cukup. Mereka, yang selalu ada buatku. Mereka yang mengertiku.

    Kalau boleh jujur, pertama kali aku masuk sekolah ini aku berpikir aku tidak akan memiliki teman, sebelum aku bertemu Gabby dan Esme. 2 sahabat baruku, yang membuatku yakin bahwa aku tidak perlu sendirian.

   Sahabat yang selalu ada buatmu, mengertimu, dan rela meluangkan waktu denganmu. Aku tak sabar meluangkan waktuku untuk bersama dengan Gabby dan Esme dalam tahun-tahun mendatang, bersama-sama melakukan hal gila? Ide yang bagus sepertinya.

   Hal itu lebih baik dibandingkan saat aku masih Sekolah Dasar dan SMP. Aku akui di sekolah lamaku aku sering dibully. Dulu aku terlalu payah. Anggapanku adalah bahwa sekolah hanyalah tempat belajar lalu pulang. Hingga aku bertemu Edward...

   Ya, Edward...

____________________________________

Tingtong~~~
Siapa itu Edward?
Spoiler dikit ya, di bab mendatang, aku akan mengupas tentang hubungan Edward dan Sarah waktu mereka mulai SD. Palingan cuma 1-2 bab doang. Hanya sekelumit yang ada di memori Sarah.  Tapi sebelumnya, akan ada Reyn POV dulu, biar kalian gak bosen mulu sama Part Of View-nya Sarah.

O iya, bab ini aku dedikasikan untuk...

stuffedpanda

&

BrigittaVey

Thanks for u are both!!!
Makazeh ya udah mau aku recokin hari libur kalian...
ceritanya jangan stuck lagi dong...
Kita semua juga pengen ngebaca cerita kalian...
Maafkan aku yang belum sempat membaca cerita kalian berdua.
Nanti ya, kapan kapan😚

Aku juga berterimakasih kepada pembaca semuanya. Makasih ya udah mau membaca ceritaku!!!
❤❤❤

Long Coma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang