Sarah POV

46 6 1
                                    

   Presentasi fisika hari ini. Untunglah kemarin aku sudah baca-baca tentang materi pelajaran GLB. Anehnya teman satu kelompokku malah mengandalkanku untuk tanya-jawab materi GLB.

   "Eh.." kata Sean, saat kami semua sedang duduk dalam kelompok, saat mau presentasi.
"Laptop gua gak kebawa, cuy..." Sean membuat aku, Gabby, dan Reyn heboh.
"Aah? Seriusan lu?" Raut Gabby bercampur antara bingung, sedikit kesal, dan kaget. Gak bisa ditebak.
"Seriusan lu, Sean? Terus kita presentasinya gimana dong? Gimana sih lu, masa gak bawa?" Tanya Reyn, mulai sedikit emosi disini.
"Aduh, gimana dong, lu sih kalo tahu mah gua bawa aja. Di LINE kemaren lu bilang udah masukin tas, cari aja lagi lu," Gabby benar-benar mulai sudah menunjukkan esksistensinya, sedangkan Reyn memasang raut muka seperti kelihatan stres sekali.

   Entah mereka yang menggerutunya terlalu keras atau apa, hingga sedikit menganggu kelompok yang kebetulan sedang maju presentasi.

   "Kelompok Reyn minus 1 karena berisik dan menganggu kelompok lain yang sedang presentasi..." kata Mr. Saint, guru bidang fisika dengan suara nyaring dan tiba-tiba. Oke bagus, kelompokku tidak membawa laptop dan terparah minus 1 dari guru. Aku sudah dicap jelek disini. Dan pasti akan selamanya.

   "Kelompok Reyn silakan maju setelah istirahat."

   Kebetulan kelompokku presentasi setelah istirahat sehingga saat istirahatnya kami meminjam laptop ke kelas lain. Benar benar melegakan...

  
~~~

   "Demikianlah hasil dari presentasi kami semua tentang materi Gerak Lurus Beraturan ini, terima kasih sudah memperhatikan penjelasan kami..." kataku, menutup presentasi. Sedangkan aku yang paling dominan selama presentasi di kelompok ini.  Semuanya hanya mengiyakan.

   "Sukses nih presentasinya karena Sarah...hehehe, emang Sean laptop aja lupa bawa." Kata Gabby sambil menepuk pundakku. Sedangkan Reyn menatap Sean yah, hanya memasang ekspresi kesal.

   "Lu tuh ya, emang troublemaker sejati..." Reyn hanya tertawa sambil mengatakannya kepada Sean. "Jah, sorry guys, manusia itu lupa wajar." Sean mulai deh sok bijaknya.
"Gaada kayak lu yang lupanya keterlaluan deh kayaknya," Reyn hanya mengikik.
"Yaelah, Gab. Kita tuh pasti punya lupa atau salah. Kalau ada salah mah gua minta maaf atuh. Jangan penuhi hatimu dengan dendam, lah..."
"Gua engga tuh. Cuma bingung aja kenapa lu pelupanya sebegitunya gitu, bilangnya sih udah bawa, ini malah lupa."
"Udahlah, entar gua balikkin nih laptop deh sama Christina, and gua traktir ice cream mau ga? Di fast food CFK?"
"Mau banget, kebetulan sebentar  lagi kan dah mau pulang, udah cuacanya terang gini dan panas banget," Kata Gabby sambil mengelus perutnya, mungkin karena dietnya akan segera gagal.

~~~

   "Lu pesen yang rasa blackberry aja, Sar. Kebetulan katanya sih rasa blackberry paling enak di restoran sini." Kata Sarah sambil melihat buku menu, sedangkan aku hanya mengangguk, mengiyakan saja.

   "Eh, es krim doang ye, jangan yang laen... gua tahu gua lagi tanggal muda tapi please jangan pada tega morot-morotin uang gua..." Reyn di sebelah Sean, persis di depanku.

   Entah kenapa sekarang aku rasa dia sudah mulai welcome me. Meskipun kata Gabby dia masih pacaran dengan Christina, meskipun dia masih cuek, dan walaupun gak secuek dulu, taoi setiap kali Reyn senyum, senyumnya tuh manis banget, dan aku suka. Seolah senyumnya udah gaada beban kayak dulu lagi. Seolah senyumannya itu udah bikin aku memaafkan dia walaupun dia belum meminta...

~~~

    "Aduh kenyang banget, gua. Makasih ya, Sean, dah ntraktir gua, ihateyousomuch." Kata Reyn.
"Yap, oke, doain semoga gua gak teledor kayak gini lagi. Tar lagi duit gua udah mau abis..." es krimku pun sudah habis taoi tiba-tiba Reyn melihatku, matanya tak lepas dari mulutku. Seolah ingin menelanku hidup-hidup atau menciumku?

   "Sarah, entah gua harus jujur, tapi..." aku melihat Reyn menatapku dan itu membuat pipiku merah, sudah kutebak, dan anehnya Sean seperti menahan tawa, mukanya langsung berubah merah, Gabby menatap keduanya lalu keheranan dan menatapku lalu langsung tertawa, oke feelingku tak enak.

   "Mulut lu belepotan, hahaha..." kata Reyn sambil tertawa ngakak sampai jatuh dari kursi dengan Sean, "Ke wastafel sono," sedangkan Gabby ikut dengan mereka untuk menertawakanku.

   Dasar Gabby dan mereka semua, tapi rasanya lucu juga membayangkan Reyn yang aku harap akan bersikap hangat padaku, seperti sekarang...

  

  

  

  

  

  

  

Long Coma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang