Sarah POV (4)

71 6 0
                                    

   "Bagaimana sekolah kamu kemarin?" Tanya mamaku saat aku bersiap menunggu mobil jemputan sekolah. "Biasa ma, kayaknya sih enak sekolahnya, ma..." dan akhirnya mobil jemputan sekolah datang juga, aku lalu mencium pipi mama dan naik ke bus sekolah.

   Kemana ya Gabby dan Esme? Mungkin mereka ada urusan atau apa, pikirku. Sesampainya di sekolah aku melihat Reyn. Ya, Reyn. Tapi, dia sedang menggandeng cewek. Pastinya lebih cantik daripadaku.

   Reyn menatapku dengan sombongnya. Nuansa arogan dari matanya tetap menghiasi pandangan matanya saat mata kami bertemu. Sedangkan perempuan itu, entah siapa namanya yang digandeng Reyn terus tersenyum ceria pada semua orang.

   O iya, dia satu kelas denganku dan...Reyn. Namanya, tunggu...
Oh, Renata Jocelyn.

   Pasti mereka sekarang sedang pacaran...

      Tak heran bagiku jika Reyn menggandeng perempuan lain. Kata Gabby dia sudah terkenal di sini sejak dia mulai masuk sekolah.

   Oh itu Gabby dan Esme.
Mereka melihatku dan menyuruhku berjalan ke arah mereka.

   "Kenapa, o iya tadi kalian kok gaada di bus jemputan?" Tanyaku. "Iya, tadi waktu busnya sudah melewati rumah kita, kita baru bangun...aduh ngantuk banget, jadi dianter sama bokap deh....aduh mau tidur!!!" Kata Gabby dengan manja. Bel pelajaran berbunyi, oke pelajaran pertama itu biologi.

~~~

      Pelajaran tentang embriologi dan anatomi di kelas Biologi hari ini sepertinya gak bisa nempel di kepalaku. Rasanya ada yang mengganjal saja sejak melihat Reyn menggandeng perempuan lain. Gakpapalah, nanti juga biasa.

   Istirahat ini, aku diajak makan dengan Gabby dan Esme ke kantin sekolah. Aku memesan bakso, Gabby dan Esme cuma memesan frappe.

   "Diet ya kalian? Kompakkan mulu mesen menu yang sama..." kataku sesudah pesanan kami diantar ke meja kami. "Bukan diet. Menu hari ini bakso sih, kita lagi suka bakso..." aku tersenyum, dingin.

   Tapi anehnya aku tidak nafsu makan. Jujur, aku ingin menangis melihat Reyn dengan Renata. "Murung? Bad mood? Kenapa?" Tanya Gabby. Sebenarnya aku sudah berusaha menahan air mata. But shit, aku gak bisa menahan air mataku keluar. Aku tahu aku harus nangis biar bisa lega. Eh tapi, tiba-tiba Reyn datang ke kantin sambil menggandeng Renata. Oh, bagus... Air mataku mengalir dengan mudahnya. "Kenapa, Sar? Why you don't tell us what happen with you?" Tanya Esme, tetap tenang. Sedangkan yang kutahu, Gabby sibuk nyari tissue di kantin. Aku memberi Esme kode dengan cara melihat Reyn. "Reyn? Gini deh, karena ada orangnya disini, cerita-cerita juga gak enak gimana kalo gua sama Gabby ke rumah lu nanti sore? Nanti tulis alamat rumah lu aja..." aku mengangguk. Sepertinya aku lega... Gabby lalu menyerahkan beberapa lembar tissue kepadaku. "Lu nangis kenapa, beib..." dia ketinggalan banyak sepertinya. Esme menatap tajam Gabby sedangkan aku lalu beranjak ke toliet. Menghapus jejak air mata ini...

                             ~~~

   Memang benar melihat orang yang kusukai dengan orang lain sesakit ini...

Dulu aku tidak pernah merasa aku akan terluka sedalam ini...
Terlambat...
Kini aku sudah jatuh...
Tidak!...Tetesan-tetesan air mata itu keluar lagi...
Tapi aku ingin merebutmu darinya...
Aku akan berusaha...
Aku ingin menjadi malaikat terakhirmu...

~~~

Long Coma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang