Reyn POV

48 4 0
                                    

   Apakah aku sudah mati?

Semoga sudah.

Untuk apa aku hidup lagi? Aku sudah membuat kedua orangtuaku bersedih, aku juga sudah menghancurkan harapan mereka. Aku sudah membuat kehidupanku sendiri hancur.

Berdiri di sisi unit gawat darurat dalam rumah sakit ini. Memandang diriku dalam perawatan intensif dokter, melihat tubuhku sendiri. Dengan darahku yang entah masih mengucur, sedang aku tak merasa apa-apa. Sedangkan dalam sisi luar rumah sakit, dengan jelas aku bisa melihat momma yang menangis histeris sedangkan dad dan Ed berusaha menenangkannya.

Aku mungkin sudah meninggal...
Atau harusnya sudah.

~~~

Aku menunggu dengan jemu tim dokter itu yang berusaha menyelamatkan hidupku. Biarlah, dad dan momma, biarkan saja. Lepaskan aku saja. Aku sudah menghancurkan hati kalian. Aku sudah membuat kaian sedih, hingga aku sadar aku menangis.

Aku sudah tidak pantas hidup.

Aku sudah dipasang alat bantu pernapasan. Dan aku masih melihat elektrokardiografi yang menunjukkan sinyal detak jantung dalam hidupku sudah terlalu lemah.

Aku mengikuti tim dokter yang menuju ke arah orangtuaku, mendengar diagnosa mereka.

Apakah aku sudah meninggal atau apa?

"Pak James, saya rasa bahwa Reyn akan mengalami koma panjangnya. Dia mengalami trauma otak parah, kerusakan otak ini dapat membuatnya meninggal. Otaknya terbentur cukup keras. Tapi dia hanya mengalami koma, saya rasa koma ini akan panjang, dan kini, masa kritisnya sudah lewat. Tapi kita harus berdoa dan menyandarkan diri sepenuhnya kepada Yang Maha Kuasa, mari, pak.."

Reynold Farrell Benedict Jones begitu terpukul mendengar diagnosa dokter Adam Smith, dokter pribadi keluarganya.

"Apa yang harus kulakukan di dunia yang luas ini? Dalam komaku yang panjang?" Renungnya.

~~~

Author POV

Reyn terus menatapi tubuhnya yang sedang koma dalam ruangannya, kadang dia melihat napasnya yang kadang terlihat berat. Reyn melihat dengan detail bagaimana wajahnya yang kini terkena luka bakar, dan melihat kedua orangtuanya dan Ed yang masih terus menangisinya di samping tubuhnya dibaringkan.

"Reyn anak mama... jangan tinggalkan kami semua..." tangis sang ibu. Reyn hanya bisa menatap pilu sang mama yang terus menangis histeris, mamanya memeluk Reyn yang kini sedang tidak 'bernyawa'.

Reyn melihat 3 orang yang kini dia sayangi itu. Menatap mata ayahnya lekat-lekat, dan ayahnya mengeluarkan air mata. Reyn tidak pernah sekaget ini. Dia kira ayahnya hanya memanfaatkannya sebagai alat pewaris Jones Company, perusahaan keluarganya, tidak lebih.

Dia lalu menatap Ed. Matanya tertuju pada wajah kembarannya. Begitu mirip sekali wajah mereka. Dan Reyn baru sadar, dia melihat keluarganya yang begitu perhatian kepadanya. Yang malah ia sia-siakan. Yang malah ia tak pernah anggap. Yang malah ia benci.

Reyn menangis lagi dalam kesunyiannya. Percuma, sekencang apapun tangisnya, mereka tidak akan pernah mendengarnya. Tidak akan. Reyn menatap wajah fisiknya yang kaku dan pucat, ia berharap keajaiban. Ia berharap cepat pulih dan sesegeranya bersujud di bawah kaki kedua orangtuanya. Meminta maaf apa yang selama ini ia lakukan. Anak durhaka sepertinya.

Koma itu sepi dan sunyi dan gelap.

Percuma, tidak akan ada yang dapat melihat jiwanya sekarang. Dia sudah berbentuk roh. Dia sudah setengah hidup dan mati.

Dia keluar dari ruangannya, menatap semua perawat maupun dokter yang sibuk di rumah sakit. Dia berusaha mencari penghiburan dalam dunianya yang hampa sekarang.

Dan dia melihat Sean, sahabatnya yang kini sedang berjalan ke arah ruangan Reyn, dia lalu mengikutinya.







Long Coma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang