Reyn POV

56 3 1
                                    

Percuma saja.

Sudah kulakukan berbagai cara untuk membuat diriku sendiri saar dari koma panjang ini. Koma ini berjalan tiga bulan.

Usaha apalagi yang harus kulakukan untuk menyadarkanku kembali? Memangnya tidak ada pengobatan apapun dari dokter untuk menyadarkanku dari koma ini?

Aku sudah cukup hidup lama dalam koma ini. Waktu berjalan begitu lambat disini.

Memandang satu persatu anggota keluargaku yang datang, Ed, momma, daddy, aunt Camille, dan teman-temanku.

Namun, ada yang kurang.
Ya, Sarah.

Perlahan, aku begitu ingin ia disini. Ingin sekali melihatnya. Sudah hampir 4 bulan tidak bertemu dengannya, dan rasanya kosong. Gelap.

Aku menyesal, menyesali segalanya. Segala perbuatanku padanya Sarah.

Awalnya aku memang yakin, kalau cintanya padaku tak akan bertahan sampai sekarang ini, tapi kenapa karena ketulusannya, ya, ketulusan cintanya padaku selama bertahun-tahun membuatku yang sekarang ingin memilikinya.

Aku ingin meminta maaf padanya, aku bersungguh-sungguh, sebelum aku tidak sempat ubtuk sadar dan mengucapkan satu kata itu. Maaf.

Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Aku harus meminta maaf pada perempuan yang kusukai.

Entah apakah rasa ini sementara saja atau tidak. Mengingat seorang Miranda Marcy, yang begiru mudahnya melupakanku.

Dengan wajah tanpa dosa, datang ke ruanganku sambil menggandeng tangan seorang laki-laki, berujar maaf dan pulang.

Hatiku hancur, memang. Seolah, inilah balasan yang kudapat. Sering menyakiti hati wanita dan langsung melepaskannya.

Andai saja aku cepat mengetahui ini semua. Memperkirakannya, lalu meminta maaf pada Sarah. Aku tahu hatinya penuh dengan maaf, aku tahu, maafku akan diterima dengan lebar olehnya. Tapi, bodohnya aku yang tidak bisa melepaskan gengsi.

Sebuah gengsi yang membuatku menderita seumur hidup.

Dengan bodohnya aku malah meminta izin kepada ayahku untuk membawa Miranda ke Amerika. Sedangkan, aku terlanjur koma dalam keadaan tidak tenang.

Rasa sakit melihat Miranda, aku yang belum meminta maaf kepada ayahku sendiri karena perbuatan bodohku karena akulah yang telah mengedepankan emosiku, hingga Sarah yang entah belum beroleh penjelasan dariku.

Rasa suka dan cinta itu kini tumbuh lagi. Dan kali ini, aku ingin menjadikannya sebagai kekasih dalam hidupku.

~~~

Hidupku gelap. Ruang gerakku hanya ruanganku inilah. Ranjang tempat membaringkan ragaku beserta peralatannya, meja kecil tempat menaruh air mineral, televisi yang biasa ditonton momma ketika menjagaku semalaman, dan jendela beserta sebuah sofa di depannya. Aku seringkali melihat jendela ini. Memandang dari bawah jalanan, lalu lintas kota Jakarta yang semrawut.

Aku selalu sadar apabila bayangan diriku tidak bisa terpantul oleh kaca jendela. Percuma. Kalau kau ingin menyentuh kacapun, tanganmu akan menembus di baliknya. Koma itu penuh dengan kesunyian. Seolah hidupku begitu sepi. Hampir mau empat bulan koma, dan rasanya begitu membosankan.

'Oh, disini? Iya-iya, aku tahu, aku dengerin kok,'

Dheg!

Suara itu bukannya suara....
Sarah dan Ed?

-----------------------------
Bagaimana neh? Kurang greget ya? Iya sih, aku ngaku rasanya feel nya gak dapet gitu, kan?Soalnya aku juga ngerasa...

Khusus berikutnya adalah bukan pakai sudut pandang Sarah ataupun Reyn POV lagi, tapi pakai sudut pandang orang ketiga alias Author POV✌

Cerita dikit ya, sebenarnya aku dari lama pengeeeeen banget pake author POV tapi aku mikirnya kalo readers akan sedikit ngerasa kalau pake sudut pandang orang pertama. Dan akhirnya, akan kuwujudkan di bab next dari ini, ya.

Oke deh! See you ya semuanya!

Tetep pantangin LC DI HARI RABU DAN MINGGU, OKEY? Karena itu jadwal terbitnya..(maap sempet telat update ya..)

Jangan lupa VOTE DAN KOMENTAR!

Aku selalu menunggu👯






Long Coma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang