Kamu, Aku, dan Dia

52 2 7
                                        

Batuknya memang sudah berhenti dari kira-kira dua puluh menit yang lalu, tapi pikiran tentang Ed-lah yang tidak bisa dia alihkan dari tadi.

'Lu tetep someone buat gua..."

Maksudnya apa ya? Entah kenapa, Sarah merasa pipinya mulai merona merah, lalu pikirannya langsung kembali ke masa-masa lama tempat mereka berdua yang bersahabat selama masa SMP.

Jantungnya terus berdegup.

Dia takut jatuh cinta pada pria yang salah. Sarah masih mencintai Reyn. Sarah tidak mau kehilangan Reyn, tapi kenapa setiap kali mengingat Ed, pipinya bersemu merah?

'Gak, gua gak boleh jatuh cinta sama Ed...' batinnya.

~~~

Tidur di ruang UKS ternyata  mampu me-refresh pikirannya. Tapi Sarah luar biasa kaget melihat Ed yang sudah berada di sampingnya ia berbaring sambil membawa tas Polo ungu milik Sarah.

"Ed? Kok disini, sih?" Sarah terkejut, pastinya.

"Eh, iya, Sar. Ini, aku bawa tas kamu. Jam pulang sekolah buat anak kelas dua belas kan udah dari sejam yang lalu," Ed tersenyum, lagi.

"Oh, yaampun. Baik banget, Makasih ya..."

"Iya, iya. Terus catatan pak Jody selama kamu di UKS udah ada di tas kamu. Itu punya aku, dijaga ya," Sarah mengangguk.

"Kamu mau pulang, kan? Aku anterin aja gimana?" Ed menawarkan diri.

"Boleh, oh, iya, si Esme dan Gabby mana?"

''Aku suruh pulang. Tapi tadi mereka kesini kok. Tidur kamu pulassss banget. Mereka gak tega banguninnya, jadi aku yang ngejaga kamu, deh," Sarah tertegun. Dia selalu mengira bahwa pria disampingnya itu tidak akan peduli lagi padanya, karena ia sudah menolak laki-laki yang tepat di sampingnya berkali-kali.

Mereka berdua akhirnya berjalan menuju tempat parkiran motor, tempat Ed memarkir motornya. Mereka berdua tetap dalam diam.

"Ini helm-nya. Bisa pakainya, kan?" Ed menatap Sarah. Sarah masih diam, mematung. Membeku.

"Eh, kok bengong, sih? Nge-fans ya sama aku? Hahaha,"

Sarah diam. Tapi seulas senyum malah tersungging di bibirnya sekarang!

"Eh, ah, ergh, gaklah, ngapain? Udah, aku bisa pake sendiri kok!" Sarah malah jutek kan sekarang.

"Iya, aduh. Juteknya emang gak ngilang-ngilang sama aku,"

Ya, semasa SMP, Sarah sering banget jutekin Ed. Dan sekarang kambuh lagi.

Tapi di pikiran Sarah sekarang, bukan rumahnya yang ingin ia tuju, tapi Rumah Sakit tempat Reyn dirawat. Sarah terdiam cukup lama, sebelum akhirnya berani mengungkapkannya pada Ed yang kini sedang bersiap menjalankan motornya.

"Ed? Aku pengin lihat Reyn sekarang,"

Ed tentu saja bingung. Tak menyangka, selama koma panjang Reyn, perempuan pujaannya ini, masih mencintai saudara kembarnya sendiri.

"Tapi, kan--"

"Please! Sekarang!"

Sarah membentak kali ini. Ed akhirnya tahu, ya, dia tidak akan pernah mendapatkan Sarah.

Long Coma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang