Reyn POV

25 3 0
                                    

    Tadi malam gua baru saja memutuskan Jesselyn.

   Kadang gua merasa kalo gua terlalu suka memainkan cewek. Sampai mengingat cewek itu bukan boneka seperti yang mami bilang.

   Jesselyn kali ini benar-benar orang yang gak pernah connect dengan gua. Jadi,akhirnya gua putusin aja. Sedangkan gua pun gaada nyali sama sekali untuk nembak Sarah.

  Kadang gua bingung setelah kelas 11 ini hampir berakhir kenapa Sarah masih dingin saja. Seolah di kelas yang dia ajak ngomong itu cuma Gabby. Ataupun Esme.

   Apa gue harus bersikap dingin? Memulai lagi dari awal hingga akhirnya gua ngajak pacaran Miranda.

   Jujur, Miranda itu cewek pertama yang udah gua incer dari kelas 10. Dia cakep, pinter, rambut ombre-nya yang keren. Penampilan dia sehari-hari juga bikin gua tambah suka.

Maafin aku Sarah.
Kali ini aku mau serius dengan Miranda.
Gapapa ya kalau gua mulai dingin lagi.

   Ya, mari kita mulai lagi hubungan kita dari awal. Dimana saat itu gue masih bersikap dingin. 😏

~~~

    Sekolah ini aku seolah berusaha mengabaikannya. Aku memang melihat tatapan heran dari matanya tapi aku tetap menggandeng Miranda. Berharap segera dia segera melupakanku selamanya.

   Kini rasa benci itu terjadi lagi. Aku merasa muak setiap kali melihatnya. Aku membencinya. Lagi.

   Apalagi sejak kelas 12 ini aku sudah tidak bisa meneruskan persahabatan ini. Apalagi kami yang sudah beda kelas.  Setelah rasa benci ini mulai meluap kembali ke permukaan, menghancurkan segala perasaan yang ada.

~~~

    Apakah aku mengidap penyakit trauma? Atau penyakit psikologis lainnya? Aku merasa bahwa aku senang dan puas melihat Sarah sedih. Akal sehatku bilang itu aneh, apalagi saat aku pernah mencintainya. Padahal akulah yang menjatuhkannya ke lubang kemiskinan.

   Apakah aku gila? Mengkhianati sahabat kecilku hanya untuk mendapat kisah cinta yang hanya sesaat? Seolah aku membencinya karena berada di dekatnya aku bida mendapat malu untuk perusahaan Jones Company, perusahaanku nanti.

   Aku berusaha untuk mencintainya lagi. Tapi itu sulit. Apakah aku takut dia terluka apabila dia bersamaku? Aku menyukai tawanya, sungguh. Kalau boleh jujur, aku juga menyukainya sebagai gadis polos. Aku suka sebagian dari kebiasaannya. Aku juga suka memperhatikannya. Tapi KENAPA aku tidak bisa jatuh cinta dengannya? Memang benar jatuh cinta itu tidak bisa dipaksakan. Mungkin apabila kita terlahir kembali, aku akan berusaha mencintainya kembali. Kututup buku diary ini. Lalu aku mencoba tidur.

  

  

Long Coma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang