Apakah aku akan menunggu di depan gerbang sekolah?
Tentu jawabannya TIDAK!
Pagi ini aku sudah santai duduk di bangkuku di kelas. Memandangi gerumbulan seragam putih abu-abu dari jendela kelas. Beruntung sekali jendela kelasku bisa melihat gerbang sekolah. Biar aku bisa lihat wajah Si Manja saat lihat aku enggak ada.
"Nayla! Nayla!"
Seruan seseorang mengangetkanku. Icha dengan terengah-engah berlari ke bangkuku. Rambut ikalnya ikut bergoyang mengiringi gerakan tubuhnya.
"Habis ngapain kamu? Kayak dikejar maling aja," kataku heran.
Icha mengguncang-guncangkan tubuhku.
"Ini penting, Nay! Penting banget!" seru Icha.
Aku menatap Icha bingung. Ya kalo penting kenapa dia enggak ngomong sekarang juga aja?
"Ikut aku sebentar!"
Icha dengan seenaknya menarik tanganku. Aku yang ditarik tiba-tiba, tidak bisa menolak. Lagipula Icha lebih kuat dariku. Tubuhku lebih mungil. Sangat menyedihkan.
Icha melepaskan tanganku saat sampai di lorong sebelum masuk kamar mandi. Aku mendesah malas.
"Ngapain sih, Cha?! Emang serahasia ini ya?!" tanyaku kesal.
"Kamu enggak denger?" tanya Icha balik menggabaikan pertanyaanku.
"Denger apa?"
"Kamu enggak tahu?"
"Tahu apa sih?!"
"Seriusan???"
Aku berdecak kesal. Nih orang malah buat aku jadi mangkel aja.
"IYA, ICHA! MAKSUDMU APA SIH?!" tanyaku berteriak.
Icha membekap mulutku. Aku menepisnya.
"Oke, oke, aku beri tahu.."
Icha menatapku curiga.
"Tapi beneran nih kamu enggak tahu?"
Aku menatap Icha tajam. "Cha, kamu tahu enggak sih rasanya di pukul pake sepatu?" tanyaku gemas.
Icha meringis. Dia mengatur nafasnya sejenak.
"Ini soal Nolan," katanya pelan.
Aku memutar bola mata. Nolan?
"Kamu pikir aku peduli tentang dia?" tanyaku malas.
"Kamu harus peduli, Nay! Ini soal ponsel Nolan yang kamu rusakin!"
Aku mengerutkan kening. Soal ponsel hitam yang berkahir tragis itu?
"Hah?!"
"Kamu mau tahu enggak sih kenapa Nolan marah besar waktu ponselnya rusak? Karena itu ponsel dari ayahnya!!" seru Icha.
Aku mengangkat alis. "Trus kenapa?"
Aku rasa itu bukan sesuatu hal yang perlu dibicarakan sambil bersembunyi di lorong kamar mandi. Ponselku juga dikasih papa.
Icha mendekatkan wajahnya.
"Ayahnya sudah meninggal, Nay!" bisiknya dengan gemas.
Aku terperangah. Aku tidak pernah mendengar soal itu. Ayahnya Nolan sudah....almarhum?
"Satu-satunya kenangan dari ayahnya ya ponsel hitam itu. Di situ juga banyak foto-foto ayahnya. Karena itu dia marah besar waktu kamu enggak sengaja nendang ponselnya," cerita Icha panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Payment
Teen FictionKalau jadi upik abu besoknya jadi cinderella, aku sih enggak masalah. Tapi kalau jadi upik abu cucu pemilik sekolah yang dinginnya melebihi kutub utara...MANA TAHAN! Aku tanpa sengaja merusakkan ponsel milik cucu pemilik sekolah dan aku harus mem...