[23] Nayla

8K 709 2
                                    

Aku berdiri di depan kelas Nolan seperti biasanya. Sejak tadi aku memikirkan perkataannya tadi pagi. Cerita karangan? Kok dia bisa tahu kalau aku mengarang cerita? Aneh.

Nolan muncul dari dalam kelas dan menoleh padaku. Aku tersenyum dan menyapanya.

"Hai!" sapaku.

"Lo pulang aja," katanya datar.

Hah?!

Aku mengerutkan kening. "Kamu enggak latihan?"

"Latihan. Tapi lo pulang aja, gue bisa sendirian."

Aku semakin berkerut. Ada apa sih sama anak ini? Sejak tadi pagi kelakukannya sudah aneh.

"Emangnya kenapa? Aku habis ngelakuin kesalahan?" tanyaku bingung.

Nolan menghela nafas panjang.

"Enggak, lo enggak salah apa-apa. Gue enggak mau aja lo dimarahin sama ayah lo kayak tadi malam."

Dia bilang apa?! Jadi tadi malam dia lihat kejadian itu semua?!

Aku mendelik kaget. "Kamu lihat?" tanyaku panik.

Nolan hanya menatapku datar. Aku berusah menenangkan diri. Oke, oke. Aku yakin dia tidak akan menganggap urusan ini adalah penting. Mungkin sekarang dia hanya kasih saja padaku. Aku tahu sebenarnya dia enggak peduli dengan kejadian tadi malam. Aku yakin.

"Eh, enggak apa kok. Kemarin cuma salah paham aja. Aku sudah minta izin hari ini," kataku bohong.

Iya jelas semua itu adalah kebohongan. Aku enggak baik-baik saja, kemarin bukan salah paham, dan aku enggak enggak minta izin ke papa. Tadi malam semuanya semakin kacau. Aku enggak mengerti ada apa antara mama dan papa sampai bertengkah heboh seperti itu. Aku pikir itu hanya masalah pekerjaan. Tapi aku rasa bukan hanya itu saja. Masalahnya, satu-satunya tempat aku bisa merilekskan otakku adalah tempat latihan Nolan. Aku bisa mendengarkan permainannya dan itu membuat aku lebih tenang. Justru aku enggak mau pulang ke rumah, karena aku takut kalau keadaannya malah semakin parah.

"Pliss! Seriusan! Aku bisa kok!" kataku meyakinkan lagi.

Nolan menatapku sejenak. Dia kembali menghela nafas.

"Serah lo deh!"

Dia langsung berjalan meninggalkanku. Aku bersorak senang. Yes!

***

Permainan Nolan semakin bagus. Aku yakin dia pasti bisa menyaingi lawan-lawannya. Dia sudah lama berlatih, dan saatnya sekarang dia harus keluar dari zona nyamannya.

"Kakekmu tahu?" tanyaku mengingat bahwa si pemilik sekolahku itu menginginkan Nolan untuk menjadi pengusaha. Sekarang Nolan lagi istirahat sejenak, dan Mr. San pergi ke kamar mandi, menyisakan ruangan besar ini hanya aku dan Nolan saja.

Nolan menggeleng.

"Enggaklah! Gila aja gue ngasih tahu."

"Kalau kamu nanti beneran jadi juara, kamu harus bisa jelasin ke kakemu," kataku.

Nolan terdiam sejenak.

"Yah, gue harap semoga beliau nantinya bisa nerima."

Aku mengangguk. Aku senang dia akhirnya sudah mau berjuang untuk sampai di titik ini.

"Kakekmu berarti enggak tahu kalau kamu sering latihan di tempat ini?"

Nolan menggeleng.

"Dulu ayah bilang, kalau gue ini les pelajaran, bukan les musik. Dan beruntungnya sih kakek gue juga enggak peduli gue les apa, jadi beliau enggak akan ke sini juga."

Sejujurnya aku enggak tahu kakek Nolan seperti itu apa. Aku enggak pernah melihat pemilik sekolah berkeliaran di gedung sekolah.

"Oya," Nolan menoleh padaku.

"Tadi malam itu, gue enggak sengaja denger pertengkaran lo sama ayah lo."

Aku yang tadinya bersandar di sofa langsung menegakkan tubuh. Tubuhku tegang. Kenapa Nolan tiba-tiba membahas ini?

"Gue denger mama lo...."

"ADUH!"

Aku berseru memegang perut.

"Aduh, Nolan. Bentar deh ya, aku mau ke kamar mandi dulu."

Tanpa menunggu balasan Nolan, aku langsung keluar ke kamar mandi. Astaga! Dia bahkan bertanya tentang mamaku. Aku ingat tadi malam memang papa memarahiku sambil menghina mama. Aku enggak mengerti kenapa, tapi aku jauh lebih enggak mengerti kenapa Nolan harus berada di sana dan mendengarkan itu semua. Aku pikir dia sudah pergi. Lain kali aku harus benar-benar memastikan dia pergi terlebih dulu.

Pintu tempat Nolan dibuka. Aku menoleh. Nolan memandangku dengan tatapan datar. Aku menelan ludah.

"Katanya lo mau ke kamar mandi."

"Eh, iya! Ke sini ya kamar mandinya. Heheh..." kataku gugup.

Aku buru-buru pergi sebelum Nolan bertanya macam-macam. Cowok itu sepertinya punya indra keenam.

_____

Jangan lupa vote dan komennya :))

Broken PaymentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang