[37] Nayla

7.6K 720 15
                                    

Apa yang baru aja terjadi?

Badanku terasa sakit semua. Kepalaku pusing. Mataku terasa berat. Perlahan aku membuka mata. Cahaya putih menerpa pandanganku. Aku mengedipkan mata, berusaha menyesuaikan pencahayaan ruangan.
Aku di mana?

Bau khas UKS langsung tercium. Ah, aku baru ingat. Aku ingat terkahir kali, aku baru aja datang ke sekolah dan tiba-tiba pikiranku langsung kosong. Aku pingsan.

"Udah sadar?"

Aku menoleh. Aku kaget ketika aku menyadari ada Nolan juga di sini. Laki-laki itu sedang duduk dengan sebuah buku di tangannya, menatapku datar.

"Kamu di sini?"

"Yaiyalah, Bego! Lo lihat gue di sini sekarang pake tanya segala!"

Aku diam. Duh! Baru aja bangun udah disemprot sama tuan dingin satu ini. Kalau enggak ikhlas enggak usah nolongin aja kalau gitu.

"Minum,"

Nolan mengulurkan segelas air putih padaku.

"Eh, nanti aja, ak..."

"Sekarang!"

Aku buru-buru mengambil gelas itu dan meminumnya. Mood Nolan kayaknya lagi buruk. Aku meletakkan gelas yang hampir kosong di atas nakas. Aku melirik jam.

Jam 9?!

Pantesan aja Nolan bad mood.

"Kamu nungguin aku dari tadi?"

"Emang kenapa?"

"Enngg, kalo iya, maaf ya..."

Mungkin aku terlalu ke-PD-an mengira Nolan bakal nungguin sampai jam sembilan. Lagi pula aku pingsan kok bisa lama banget ya? Mungkin ini efek stress + lelah + lapar.

Nolan menghela napas.

"Yang waktu itu lo ke restoran, lo ngelamar kerja?"

Aku terdiam. Hhhh, pada akhirnya dia membahas ini juga. Aku mengangguk pelan.

"Kenapa lo kerja?"

"Enggak apa-apa."

Aku enggak ngerti gimana ekspresi Nolan, aku enggak ingin melihatnya. Aku hanya menduduk, menatap kakiku yang ditutup selimut.

"Kalo gitu lo keluar aja."

Sontak aku langsung menatapnya. "Hah?!"

"Kalo lo enggak punya urusan apa-apa, mending lo keluar aja. Lo jadi kayak gini gara-gara kerja di tempat itu, kan?"

Aku menyipitkan mata. "Aku enggak perlu persetujuan kamu buat tetap di situ atau enggak. Jadi aku enggak akan mengikuti saranmu."

Nolan menatapku datar. "Itu bukan saran, itu perintah. Lo inget lo masih jadi pesuruh gue, kan?"

Aku menggeram. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi emosi.

"Ini urusan pribadiku! Kamu enggak perlu ikut campur!"

Aku menatapnya tajam.

"Aku tahu aku lemah, tapi aku juga mau ngebantu mama. Aku enggak mau terus-terusan minta uang dengan keadaan hidupku sekarang yang kayak gini."

"Lagi pula aku juga merasa untung di sana! Daripada jadi pesuruh yang selalu kamu siksa! Dan asal kamu tahu ya, aku jadi lemah kayak gini sejak aku mengikuti pikiran gilamu itu!"

Nafasku menderu. Tanganku menggepal. Nolan menatapku datar.

"Gitu?" Nolan beritanya datar.

"Berhenti jadi orang menyebalkan!"

Broken PaymentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang