Kenapa gue mendadak jadi orang baik ya?
Ternyata rasanya jadi beda sekarang setelah cewek itu pergi. Entah kenapa, rasanya gue jadi merasa aneh. Enggak ada lagi orang yang nungguin gue di depan gerbang sekolah. Enggak ada lagi suara nyaring menyebalkan yang selalu teriak-teriak kesel sama gue. Enggak ada lagi orang yang bisa gue suruh-suruh.
Enggak ada lagi senyuman itu..
Enggak ada lagi orang yang nyemangatin gue..
EH! Apaan sih? Ini kok malah jadi ngelantur ke arah situ pembicarannya!
"WOY!"
Gue melonjak kaget mendengar Alan berteriak nyaring ditelinga gue.
"Sialan lo! Ini telinga manusia! Lo pikir gue boneka?!" keluh gue kesal.
"Salah lo sendiri, gue ngomong gak didengerin. Lo tuh jadi hobi ngelamun hari ini. Napa sih?"
Gue cuma diem. Emang iya gue jadi hobi ngelamun? Perasaan yang dari tadi di pikiran gue itu....Nayla.
"Ah...kayaknya gue tahu nih.."
Gue melirik, menatap Alan yang menatap gue curiga.
"Apaan?"
"Lo mikirin cewek itu, kan???"
Gue berkerut. "Cewek yang mana?"
Sebenarnya gue tahu yang dimaksud Alan itu siapa. Tapi biar kelihatan gue cuek, gue pura-pura enggak tahu aja.
"Halah, sok enggak tahu deh lo. Si siapa tuh? Nayla? Iya gue inget, Nayla namanya."
"Mending sok enggak tahu daripada lo sok tahu! Ngapain juga mikirin dia."
"Masa sih? Yaudah buat gue aja ya."
Alan berdiri. Refleks, gue menarik tangannya.
"Lo mau ke mana?"
"Ke kelasnya Nayla. Lumayan loh, Bro. Kalau lo enggak mau yaudah buat gue aja."
"Enak aja! Gak boleh!"
Alan diam. Gue ikut diam. Suasana hening antara kami berdua. Gue salah ngomong ya?
Alan tersenyum jahil. "Itu namanya lo suka, Nyet!"
Gue diam. Gue suka? Hahahah..enggak mungkin! Gue enggak mungkin suka. Apalagi suka sama cewek kayak dia. Enggak, enggak, gue enggak suka.
***
Enggak tahu ada apa, gue rasanya hari ini males banget. Bener-bener enggak ada semangat. Siang ini gue baru aja ngumpulin rangkuman fisika gara-gara gue tadi enggak fokus waktu pelajaran Fisika. Huh, ada apa sih sama gue hari ini?!
Waktu gue baru turun dari lantai tiga, gue enggak sengaja melihat sesuatu pemandangan menyebalkan. Gue ngelihat Nayla berdiri di koridor berbincang dengan seseorang. Masalahnya, orang yang lagi ngomong sama Nayla itu di Radit! Playboy cap tuna! Lebih parah dari Alan. Gue bergidik geli mengingat tingkah-tingkah menyebalkan Radit kalau di tempat latihan. Masih mending Alan yang cuma nyapa cewek lewat. Kalau si tampang ngesok itu dia sudah macarin berapa cewek dalam satu waktu sekaligus. Gue ngomong ini bukan karena gue iri sama dia. Tapi faktanya gue lihat sendiri gimana dia sukanya main cewek. Mukanya aja sok alim, sok baik, tapi sebenarnya nilainya nol gede.
Apa-apaan cowok itu?! Kenapa dia tiba-tiba menggenggam tangan Nayla. Gue baru inget kalau tuh cewek juga sudah kena jampi-jampinya si Radit. Nayla kelihatan seneng banget sekarang diajak bicara sama Radit. Coba aja kalau si Nayla tahu gimana sifat aslinya Radit, nangis semalaman mungkin dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Payment
Teen FictionKalau jadi upik abu besoknya jadi cinderella, aku sih enggak masalah. Tapi kalau jadi upik abu cucu pemilik sekolah yang dinginnya melebihi kutub utara...MANA TAHAN! Aku tanpa sengaja merusakkan ponsel milik cucu pemilik sekolah dan aku harus mem...