Apa-apaan sih Nolan! Menghancurkan kebahagiaan orang aja! Bilang aja dia sebenarnya cemburu karena Kak Radit lebih baik dibanding dia. Hmm...tapi kalau dipikir-pikir kenapa dia cemburu ya? Dia bukan tipikal orang yang suka membandingkan dirinya dengan orang lain.
Jangan-jangan...
Aku menggelengkan kepala berulang kali. Enggak! Ngaco! Enggak mungkin pikiran yang ada di otakku ini benar. Dasar aku ke-PD-an!
Satu bulan setelah kejadian itu, semuanya berjalan lancar-lancar saja. Nolan sudah benar-benar menjauh dari hidupku. Dan kami sudah seperti awal, seperti orang asing yang belum kenal. Kadang, aku merasa aneh kalau aku bertemu dengannya dan kami hanya saling tatap atau saling melewati tanpa mengatakan apa pun. Tapi kalau mengingat kejadian Nolan yang merebut tiket Kak Radit dariku, aku jadi merasa bersyukur dia sudah menjauh dariku. Yah, walaupun selanjutnya nanti kalau setelah konser aku enggak jadian sama Kak Radit, aku harus menuruti perintahnya lagi. Aneh, terus kenapa dia dulu suruh aku berhenti ya.
Malam ini, adalah waktu kosernya. Aku sudah janjian sama Kak Radit di depan gedung konser jam enam. Sekarang sudah jam empat sore, OH TIDAK! Aku harus buru-buru!
"Icha, menurutmu aku pake baju yang apa ya?" tanyaku pada Icha sambil menunjukkan dua dress yang berbeda. Yang pertama dress tanpa lengan selutu bewarna coklat dengan kerah hitam, yang kedua dress berlengan panjang selutut yang bagian badannya bewarna biru gelap sedangkan lengan dan kerahnya bewarna putih dengan motif bunga-bunga.
Icha diam saja. Dia menatapku lamat-lamat.
"Icha??" panggilku pelan.
"Kamu serius mau pergi?" tanya Icha tiba-tiba.
Aku mengangkat alis.
"Yaiyalah, Cha! Ini kesempatan emas! Kak Radit yang ngajak oi! Masa aku enggak pergi," balasku bingung.
Aku sudah cerita ini ke Icha, dan waktu itu dia mendukungku. Tapi kenapa dia jadi tanya kayak gitu?
"Aku mulai berpikir, kayaknya aku mendukung Nolan deh," kata Icha dengan suara sangat pelan nyaris tak terdengar.
Spontan aku mendelik ke arahnya. "HAH?!"
Icha menatapku takut-takut. "Enggak, enggak. Aku pilih dress yang kedua," kata Icha buru-buru.
Aku menatapnya heran. Perkataannya tadi cukup jelas ditelingaku dan aku tahu maksudnya. Apa-apaan sih? Kok Icha jadi bela Nolan. Ah sudahlah! Lagi pula Icha sudah memberikan masukan untuk dress-nya, aku enggak perlu memikirkan yang itu.
"Oke, aku juga suka dress yang ini," kataku sambil mengangkat dress yang pilihan Icha.
Aku segera berganti. Setelah itu aku merias diri di depan cermin. Icha dari tadi diam saja, duduk di atas kasurku dan hanya memandangiku berias. Sikapnya hari ini memang aneh. Dia jadi lebih pendiam. Biasanya dia nyerocos ke mana-mana. Mengomeli penampilanku yang biasanya enggak matching atau berantakan.
"Nay, kamu yakin Kak Radit ngajak jadian?" tanya Icha.
Aku tersenyum.
"Enggak sih, Cha. Itu cuma harapanku aja. Tapi, Kak Radit bilang kenapa dia ngajak aku ke konser karena aku satu-satunya cewek yang paling dikenal baik sama Kak Radit. Aku bisa berharapkan karena itu?"
Icha menganggukkan kepalanya samar.
"Tapi waktu itu..."
Icha menghentikan perkataannya. Aku mengangkat alis. "Waktu itu kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Payment
Teen FictionKalau jadi upik abu besoknya jadi cinderella, aku sih enggak masalah. Tapi kalau jadi upik abu cucu pemilik sekolah yang dinginnya melebihi kutub utara...MANA TAHAN! Aku tanpa sengaja merusakkan ponsel milik cucu pemilik sekolah dan aku harus mem...