[42] Nayla

8K 707 11
                                    


Sabtu! Hari yang paling ditunggu oleh sebagian pelajar--atau mungkin semua--supaya bisa bersenang-senang. Hal pertama yang bisa kulakukan untuk bersenang-senang di hari ini adalah bangun siang. Setelah lima hari aku harus bangun pagi (khusus minggu ini empat hari) akhirnya aku bisa beristirahat sejenak. Tapi kebahagianku harus terhenti saat seseorang mengetuk pintuku secara brutal.

Aku langsung bangun.

"Siapa?"

Enggak ada jawaban. Aku berkerut. Mama? Tapi biasanya mama mengijinkanku bangun siang hari Sabtu. Aku melirik jam di dinding di atas pintu. Masih pukul enam. Lagi pula mama juga enggak sejahat itu menggedor-gedor pintuku.

"Siapa?!" tanyaku lagi.

Enggak ada jawaban. Duh! Siapa sih yang menganggu hari Sabtuku?

Dengan berat hati aku turun dari kasur dan membuka pintu. Tapi enggak ada satu pun orang di luar. Aku berkerut. Aku enggak salah dengar, kan? Jelas-jelas tadi aku mendengar ada orang yang mengetuk pintu keras-keras. Kok sekarang....

Aku bergidik ngeri. Jangan-jangan tadi bukan orang. Kok jadi horror begini sih.

"Mama?"

Aku memanggil mama. Tapi tidak ada sahutan. Ketika aku melangkah, aku merasakan ada sesuatu yang berbeda di kakiku. Aku menoleh ke bawah. Setangkai bunga daisy putih tergeletak di sana. Aku mengambilnya. Aku berkerut. Bunga dari mana ini?

Aku merasa ada sesuatu yang janggal. Aku berjalan lagi, dan ketika aku berbelok, aku menemukan bunga yang sama. Aku memungutnya. Tanpa kusadari, aku mengikuti langkah di mana aku selalu menemukan bunga daisy putih yang sama.

Sampai akhirnya langkahku terhenti di depan pintu menuju halaman belakang. Digenggamanku, sudah ada banyak tangkai bunga daisy putih yang enggak tahu ada berapa jumlahnya. Tapi dibanding jumlah bunga ini, aku lebih terkejut dengan penampakan halaman belakang. Enggak banyak yang berubah, tapi ada sesuatu yang berbeda. Delapan balon yang berjajar dua dua membentuk sebuah jalan tepat di bagian tengah halaman. Dan di antara balon-balon itu ada setangkai bunga daisy putih lagi. Aku berjalan ke sana dan mengambil bunga itu. Sepertinya ini bunga yang terakhir. Aku menatap bingung tangkai-tangkai bunga daisy yang berada di genggamanku. Aku menghitungnya. Ada 17. Aku berkerut.

"Ini kerjaan siapa sih?"

"HAPPY BIRTHDAY, NAYLA!"

Aku menoleh. Dua orang perempuan yang paling kusayangi, Mama dan Icha muncul dari dalam rumah. Mama membawa kue tart coklat dengan lilin angka 17 diatasnya. Sedangkan Icha membawa sekotak besar yang terbungkus tapi dengan kertas kado.

Sekarang....ULANG TAHUNKU?!

Aku tersenyum haru. Mataku berkaca-kaca. Aku lupa kalau hari ini ulang tahunku. Aku lupa kalau hari ini tepat umurku yang ke-17. Semua yang terjadi padaku sekarang membuatku lupa hari bahagia yang paling kutunggu. Tapi mama dan Icha enggak pernah melupakannya. Aku menangis ketika mereka berdua semakin mendekat padaku sambil menyanyikan lagu happy birthday to you.

Semakin dekat mereka denganku, semakin aku menyadari aku masih memiliki orang-orang yang menyayangiku dengan setulus hati. Dulu, selalu ada papa di sini. Tapi kali ini, aku menyadari siapa yang paling tulus menyayangiku.

"Tiup lilinnya! Tiup lilinnya! Tiup lilinnya sekarang juga! Sekarang....juga! Sekarang.... juga," Icha bernyanyi dengan penuh semangat.

Aku tertawa. Aku menatap mama. Mama tersenyum dan mengangguk. Aku memejamkan mata. Mengucapkan harapanku. Harapanku di tahun yang ke-17 ini menjadi tahun yang lebih lagi. Aku enggak mengharapkan semua terjadi seperti sedia kala, sebelum aku merasakan pahit hidup ini. Tapi aku berharap semoga Tuhan selalu memberikan yang terbaik untukku.

Broken PaymentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang