[8] Nayla

10.8K 876 4
                                    

KYAAA!!! COWOK KEJAM!

Aku terpaksa merogoh uang saku cukup banyak gara-gara pulang naik taksi. Mana lagi tadi pak taksinya salah jalan. Menyebalkan sekali!

Aku sampai di rumah jam setengah 9. Belum ada yang pulang. Aku menghela nafas lega. Aku menatap gambaranku di kertas hvs yang tadi kubuat saat Nolan belajar. Jaga-jaga kalau mama atau papa sudah pulang, dan mereka bertanya padaku, aku bilang ikut klub menggambar sampai malam. Tapi baguslah kalau mama dan papa belum pulang. Setidaknya dosaku enggak semakin menggunung.

Aku masuk ke kamar dan langsung merebahkan diri di atas kasur empuk berspreikan karakter Barbie Princess Charm School. Gini-gini aku penggemar film barbie loh. Filmnya, bukan bonekanya.

Aku meregangkan otot-otoku yang terasa kaku. Kenapa rasanya capek sekali ya? Mungkin karena aku ditekan fisik dan batin oleh si monster itu, makanya aku jadi merasa teralu lelah hari ini.Soal Nolan, aku jadi penasaran dia cowok yang seperti apa. Kelihatannya dia bukan cowok kejam dan dingin. Kentara sekali kalau dia sayang sekali dengan kedua orangtuanya.

Wajahnya yang dingin itu, gimana ya kalau tersenyum?

Aku mengingat foto kecil Nolan bersama ayahnya yang kutemukan tadi. Aku yakin sekali fansnya makin bertambah kalau Nolan jadi cowok yang ramah. Mungkin aku juga.

Aku menatap langit malam dari jendela kamarku. Bintang gemerlap bertaburan di luar sana. Bulan sabit berpendar di langit gelap. Aku menghela nafas panjang.

Semoga besok menjadi hari yang lebih baik.

***

Pagi-pagi sekali aku sudah siap di depan gerbang sekolah, menunggu kedatangan sang pangeran dingin. Dari balkon aku bisa melihat Icha melambaikan tangan. Tingkahnya seperti memberikanku semangat. Tapi wajahnya menahan tawa. Aku meliriknya sebal. Sepertinya dia bahagia sekali melihatku menderita.

Aku menatap mobil hitam yang tampak familier melintasi gerbang sekolah dan menuju parkiran. Aku diam saja. Si Dingin itu kan memintaku nunggu di depan gerbang sekolah. Bukan di parkiran.

Tapi hal selanjutnya, aku tahu apa yang akan terjadi.

Si Dingin itu berjalan dari parkiran sambil membawa setumpuk buku. Aku menatapnya tanpa bersalah. Dia berhenti di depanku dan aku tersenyum.

"Pagi, Tuan Dingin!" sapaku dengan nada ramah yang terkesan di buat-buat.

Jauh di sana, aku yakin Icha sedang tertawa puas. Aku bisa merasakannya dari sini! Awas aja Icha!

Nolan menatapku sejenak. Tentu dengan mata gelapnya yang dingin."Lo harusnya ngejemput gue di sana."

Aku semakin tersenyum. Senyum yang dipaksakan pastinya. "Kan kamu bilang di depan gerbang ya ini di depan gerbang..."

"Tapi kalau gue...eh! Eh!"

Aku membungkam omelannya dengan langsung mengambil tumpukan buku yang ada di tangannya. Aku menarik tas punggung hitamnya yang hanya menggelantung di satu bahu sehingga sekarang berada di bahuku.

Aku membatin. Ini tasnya enteng banget tapi kenapa dia bawa banyak buku di tangan? Aaah!! Aku menyipitkan mata.

"Kamu sengaja ngeluarin buku-bukumu ya?" selidikku.

Nolan hanya mengangkat bahu dan langsung berjalan masuk ke halaman sekolah. Aku mendengus kesal. Emangnya aku semenyebalkan itu? Dasar cowok dingin plus kejam! Kok pada tahan sih fans-fansnya sama dia?

Dengan berat hati, aku mengikuti langkahnya dari belakang. Berpuluh-puluh pasang mata menatapku heran. Namun lebih banyak pasang mata yang menatapku nanar. Aku mengabaikan mereka. Aku tidak peduli di dalam hati mereka berkata apa tentangku. Entah kasian atau benci melihatku dekat-dekat dengan Nolan. Yang jelas aku ingin segera Nolan berhenti di kelasnya, mengambil barangnya dariku, jadi aku bisa kembali ke kelas. Menikmati bangkuku yang sedari tadi menunggu kehadiranku.
Nolan berhenti di depan kelas 11 IPA 4. Oh jadi ini kelasnya? Kenapa aku baru tahu ya? Padahal kelasku 11 IPA 3. Kelas tetangga dong?

Broken PaymentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang