[14] Nayla

9.3K 852 14
                                    

Aku baru saja dari kamar mandi saat tiba-tiba aku melihat Nolan dengan berjalan sempoyongan berjalan di koridor. Awalnya aku pikir aku hanya berilusi aja. Tapi kalau kuperhatikan lamat-lamat, cowok itu memang Nolan. Dia berjalan tertatih-tatih sambil memegang perutnya. Wajahnya terlihat kesakitan.

Dia kenapa?!

Aku berniat menghampirnya, tapi aku ragu. Jangan-jangan nanti dia pura-pura enggak mengenalku? Atau dia malah marah padaku? Tapi kalau melihatnya kesakitan kayak gitu, apa dia masih bisa jahat?

BRAK!

"Nolan!"

Aku berteriak spontan ketika tiba-tiba melihat Nolan langsung ambruk di lantai. Aku berlari menghampirinya. Dia berkeringat dingin. Apa yang harus kulakukan? Aku enggak bisa kalau harus mengangkat tubuhnya yang besar ini ke UKS. Tapi koridor sepi. Sekarang masih waktunya pembelajaran di kelas. Ah! Mau gimana lagi, terpaksa aku harus membawa Nolan sendirian ke UKS. Dengan susah payah, aku melingkarkan tangannya di leherku dan berjalan payah ke UKS. Duh! Nolan berat banget. Ototnya berapa kilo sih. Baru sekitar lima langkah, aku berhenti. Mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal. Huhuhu... UKS-nya di ujung koridor. Bisa-bisa aku langsung kurus nih, padahal udah kurus kayak lidi.

"Nolan? Nayla?"

Aku mengangkat kepala. Aku melihat Alan sedang menatap kami berdua heran. Ini bantuan!

"Alan!" seruku.

Alan mendekat. Dia kaget melihat Nolan yang sudah tidak sadarkan diri.

"Astaga! Gue baru aja disuruh nyari nih anak satu. Kok bisa jadi gini?" tanya Alan kaget.

"Enggak tau. Aku juga barusan dari kamar mandi terus ketemu dia. Alan, ini beraat!"

Alan buru-buru mengambil alih Nolan dariku. "Lo bisa balik ke kelas, Nay. Makasih ya," kata Alan.

Aku diam. Aku menatap Alan yang sudah duluan berjalan membawa Nolan ke UKS.

"Alan," panggilku.

Alan berhenti dan menoleh.

"Aku ikut."

Alan diam sejenak. Kemudian tersenyum kecil. "Yaudah ayo."

***

Baru kali ini aku berani meninggalkan kelas enggak pakai ijin dulu. Bisa dibilang anak yang patuh aturan. Tapi hari ini entah kenapa aku mau berada di sini. Aku memilih kabur dari kelas dan nungguin Nolan di UKS. Aku sampai sudah bilang pada Icha supaya dia bisa mengarang alasan aku keluar. Duh! Sebenarnya aku ini kenapa sih?!

Aku menatap tubuh Nolan yang berkeringat dingin di atas kasur UKS. Meskipun tidak sadarkan diri, wajahnya masih terlihat kesakitan. Seragam bagian perutnya lusuh. AKu tidak tahu orang sekeren Nolan itu juga punya kelemahan.

"Lo heran ya kenapa Nolan jadi kayak gini?" tanya Alan.

Aku melirik Alan. Dia duduk di sala satu kursi dan menatapku. Aku bergumam, mengiyakan.

"Sebenarnya dia punya penyakit ulkus lambung."

Hah? Apa? Ul...kus? Ulkus lambung?

"Ulkus lambung? Penyakit apa itu? Aku kok baru denger?" tanyaku heran.

Seriusan, aku baru denger ada penyakit namanya ulkus lambung.

"Pokoknya lambungnya Nolan bermasalah. Lo bisa cari di internet buat lebih jelasnya,"

Alan menghela nafas.

"Semenjak ayahnya meninggal, Nolan jadi stress berat. Makannya kacau. Dan kemudian akhirnya Nolan sakit. Dokter bilang Nolan kena Ulkus lambung. Perutnya sering kesakitan. Apalagi kalau malam hari. Gue penah sekali nginep rumah Nolan. Gue sampe ngeri lihat dia kesakitan malam itu."

Broken PaymentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang