2 tahun kemudian.
Padahal hari ini adalah hari pertamanya menduduki bangku SMA namun guru-guru itu seolah tidak peduli dan memberikan tugas semaunya saja, padahal Lego sudah kegirangan karena hari ini pulang lebih awal. Seharusnya jadwal hari ini hanya perkenalan sekolah, namun Bu Hilda, guru bahasa indonesianya itu langsung memberikan tugas.
Lego mendengus kesal begitu laptopnya kembali mati tiba-tiba dan tugasnya sama sekali belum di simpan. Ini bukan hanya sekali kejadian, namun sudah bekali-kali terjadi. Kadang sangking kesalnya, Lego sampai memukul-mukul sendiri laptopnya. Tidak ada efek apapun, hanya tangannya yang langsung berdenyut sakit.
Anak lelaki berumur 15 tahun itupun langsung beranjak dari kasur dan menuruni tangga menuju dapur rumahnya tempat suara gesekan pisau dengan alasnya beradu. Ia tau betul Bundanya berada di sana. Namun ia sendiri bingung kenapa ada suara seperti itu. Padahal Bundanya tidak bisa masak.
"Bun." Panggilnya setelah anak itu duduk di salah satu bangku meja bar mini persis di belakang Bundanya saat ini.
Yang di panggil pun hanya menggumam tanpa menoleh. "Hhmm?"
"Sejak kapan Bunda bisa masak?" Tiba-tiba saja ibu yang melahirkannya itupun mengangkat pisau tinggi-tinggi dan menggebrak alas pemotongnya dengan sangat kencang hingga Lego bergidik ngeri sendiri. "Kamu bilang apa tadi?" Tanya Bundanya dengan lirikin paling menyeramkan yang Lego tau.
"Bunda cantik banget hari ini." Ucapnya mengganti omongannya agar tidak kena marah.
Wanita yang berusia 33 tahun itupun langsung mengibaskan rambut panjang kecokelatannya kebelakang. Kemudian menoleh dengan begitu dramatis seolah berada dalam iklan shampo. "Kamu baru sadar?" Ucapnya kelewat percaya diri. Kemudian kembali terfokus pada sayuran di depannya. Padahal ia tidak niat memasak. Hanya ingin memotong-motong sayuran yang nanti akan di masak suaminya ketika sampai kerumah.
"Bun tau gak sih. Kecantikan Bunda tuh bertambah kalo servisin laptop aku."
Bundanya itupun langsung meletakan pisaunya kemudian menatap anak sematawayangnya dengan lekat. "Service laptop ya Go? Servis laptop?." Wanita itu manggut-manggut dengan tatapan jauh lebih mengerikan membuat Otak Lego langsung bekerja 2 kali lebih cepat untuk menemukan maksud dari Bundanya itu.
Namun belum juga ia menemukan, Bundanya itu sudah kembali membuka mulut. "Belom ada 5 bulan udah service ya Go. Iya, nanti Bunda service tapi kamu sebulan gak jajan ya."
Lego pun langsung melemas, "Yah Bunda mah pelit."
Tanpa peringatan Bundanya itupun langsung menjewer telinga Lego dengan kencang hingga anak itu meringis, "Coba ngomong lagi Go."
"Bunda cantik! Bunda cantik banget!"
Wanita itupun langsung melepaskan tangannya dari telinga Lego kemudian tersenyum lembut yang justru nampak mengerikan untuk Lego. "Anak pinter." Serunya sambil mengusap-usap puncak kepala Lego.
"Cantik tapi kaya iblis." Lego langsung berlari menuju kamarnya secepat mungkin sebelum Bundanya sempat melotot dan menarik telinga anaknya lagi.
"Legooo!! Liatin aja nanti mulutnya Bunda sambelin!!"
"Legonya gak denger!" Teriak anak itu dari dalam kamar. Membuat Bundanya geleng-geleng kepala. Punya anak satu bikin pusingnya sama seperti punya anak tiga.
Tak berapa lama ponsel Bunda yang tergeletak di atas meja pun berdering. Nama lelaki yang sangat di kenal semasa hidupnya itupun langsung membuat gerakannya untuk mengangkat telpon lebih cepat. Begitu nada deringnya mati, Bunda pun langsung meletakkan telponnya ketelinga
KAMU SEDANG MEMBACA
M A S C H E R A
Teen Fiction•The missing piece of Alea Jacta Est• Selamat datang di pertunjukan paling spektakuler. Anda tak akan pernah tau topeng mana yang asli. Anda tak akan tau siapa yang sedang berpura-pura. Karena nyatanya, hidup ini hanya sebuah panggung. Para pemain m...