Maaf, kita gak tau siapa orang tua kamu, karena kita nemuin kamu udah ada di depan pintu..
"Jadi sia-sia?" Gadis itu sudah terduduk lemas di salah satu bangku panjang yang berada di alun-alun kidul Jogja, setelah mendengar segala penuturan yang pengurus panti itu jabarkan. Venus tak pernah tau kalau hidupnya semenyedihkan ini. Di buang oleh orang tuanya sendiri, seolah tak pernah di inginkan di dunia ini.
Air matanya yang sedari tadi terus mengalir, akhirnya tandas juga setelah makan malam di angkringan. Setidaknya ia lebih tenang sekarang. Mungkin karena mereka sedang berada di Alkid yang terletak di dekat keraton Jogja. Yang konon katanya dapat memuat hati menjadi lebih tenang.
Lego mengangkat bahunya serempak, meski turut merasakan kepedihan yang Venus alami, namun lelaki itu menolak untuk mengungkapkannya. Ia tak ingin Venus bertambah sedih. Jadi yang harus di lakukannya adalah bersikap tenang. "Gak ada yang sia-sia."
Lelaki itu langsung berdiri dari tempatnya menghampiri seorang bapak-bapak berusia paruh baya yang biasa menyewakan penutup mata. Kemudian kembali ke tempat Venus berada dengan membawa sebuah slayer di tanggannya.
Lego langsung menjulurkan tangannya ke hadapan Venus, "Ayo." Ajaknya yang tak di gubris oleh Venus. Gadis itu masih terdiam kebingungan. "Mau ngapain?" Tanyanya.
"Masangin."
"Ah? apanya yang di pasangin?"
Lego langsung berdecak, menarik tangan gadis itu hingga ia berdiri dari tempat duduknya, "Namanya ritual Laku Masangin. bukan pasangin. Banyak yang bilang kalo bisa jalan lurus ngelewatin tengah-tengah pohon kembar itu," Lego menggerakan tangannya menunjuk kedua pohon beringin kembar yang tak jauh dari tempatnya berdiri, "Hatinya bakalan bersih dan permohonannya bakalan terkabul."
"Gue gak percaya Mitos." Sergah Venus menahan tubuhnya agar Lego tak bisa menariknya.
"Ya gue juga. Cuma apa salahnya sih buat nyoba, buat seru-seruan? Mungkin permohonan kita gak akan terkabul, tapi yang namanya berharap itu gak dosa kan? Jadi apa salahnya?"
Lego pun langsung menggenggam tangan Venus dan menariknya mendekati pohon itu. Lego langsung memakaikan penutup mata itu kepada Venus, "Kalo gue nabrak gimana?" Ocehnya menurunkan kembali slayer yang sudan di ikat oleh Lego.
"Kan ada gue. Gue bakalan jagain lo." Lelaki itu langsung menaikan kembali slayer tersebut hingga menutupi mata Venus dengan sempurna.
"Siap ya?" Setelah mendapatkan anggukan kepala dari Venus. Lego pun langsung memutar pelan tubuh Venus sebanyak tiga kali, kemudian melepaskan tangannya dari bahu gadis itu. Membiarkan Venus mulai berjalan, namun pengawasannya tidak terlepas sama sekali.
Padahal tadinya posisi Venus sudah lurus, namun entah bagaimana gadis itu malah semakin berbelok ke kanan. Lego mati-matian menahan tawanya saat melihat Venus berjalan menjauhi cela yang seharusnya ia lewati, yang artinya gadis itu gagal melewatinya. Memang kata bapak-apak yang menyewakan penutup mata itu, tidak banyak orang berhasil melewatinya.
Meski terlihat cukup mudah, namun sebenarnya, Masangin sangat sulit di lakukan. Entah karena apa. Atau mitos itu ada benarnya, sehingga hanya beberapa orang saja yang bisa? Entahlah, Lego tak terlalu mempercayai mitos semacam itu.
"Udah ya?" Tanya Venus, membuat Lego langsung menyemburkan tawanya. "Eh udah belom? Kok lo ketawa sih? Gagal ya gue?"
"Ya liat aja sendiri." Mendengar jawaban dari Lego, Venuspun akhirnya membuka penutup matanya. Ia langsung menoleh ke sekitar, hingga akhirnya tawa itu terukir di bibirnya saat melihat dirinya yang ternyata sangat jauh dari cela yang seharusnya ia lewati. "Sumpah Failed abis."
Mereka berdua pun kembali berjalan menuju tempat bapak penyewa penutup mata. Lego memberikan selembar uang 5 ribuan dan juga mengembalikan penutup mata itu kepada bapak di hadapannya.
Mereka masih asik bercerita tentang bagaimana Lego melihat Venus yang terus berjalan miring, namun langkahnya terlihat terlalu yakin, sambil berjalan-jalan di sekitaran Alkid. Sesekali mereka berhenti untuk membeli jajanan yang berjajar di sana. Seolah lupa dengan masalah mereka masing-masing
"Ngomong-ngomong, apa harapan lo tadi?" Lego mencomot gulali yang berada di tangan Venus, lalu memakannya santai.
"Harapan gak boleh di umbar-umbar." Jawab venus.
"Lah, tadi kan udah gagal. Masa gak boleh di kasih tau?"
Gadis itu langsung menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Ritualnya emang gagal. Tapi harapannya kan belom tentu gagal? Siapa tau tuhan mau ngabulin." Gadis itu mengangkat kedua bahunya sekilas.
Lego pun langsung menjulurkan tangannya dan mengacak-acak rambut Venus sambil tersenyum. Satuhal yang lelaki itu tidak tau, kalau yang Venus harapkan adalah Kebahagiaan untuk Lego.
***
01:57 am.
Sebenarnya tubuh Lego sudah kebas, terlebih kemarin hampir seharian hanya duduk di Bus, namun lelaki itu tidak bisa tertidur. Ia lupa untuk membeli susu terlebih dahulu sebelum menyewa motel kecil itu. Sebenarnya tidak jauh dari tempatnya terdapat Alfamart, namun Lego agak malas untuk keluar lagi.
Dan berbicara soal Motel. Mungkin karena harganya cukup murah, dan mungkin paling murah, alhasil Motel itu penuh dan hanya tersisa 1 kamar tidur saja yang masih kosong. Karena melihat Venus yang sudah kelelahan dan dirinya juga sudah malas untuk berkeliling mencari motel lain, alhasil Lego menyewa 1 kamar tidur itu dengan tambahan ekstra bed untuknya.
Meski awalnya berkeberatan, namun Venus akhirnya menerima saja. Lagi pula ia sudah sangat lelah. Dan baru saja membaringkan tubuhnya, gadis itu sudah tertidur pulas. Benar-benar berkebalikan dengan Lego.
Lelaki itu kini duduk di kursi kayu yang berada di pojok kamar, kedua kakinya di angkat naik sambil memandangi Venus yang sudah ia selubungi dengan Selimut putih itu. Wajah Venus terlihat begitu lelah dan tenang. Tanpa Lego sadari, air matanya mengalir begitu saja.
Setiap kali ia melihat Venus, ia selalu teringat akan Rachel. Dan rasa bersalahnya semakin membeludak, seolah tak mau pergi dan membiarkan Lego tenang. Dadanya mulai nyeri lagi. Lego langsung berlari menuju kamar mandi begitu ia terbatuk-batuk.
Sekarang ia bisa melihat refleksi wajah pucatnya di cermin kamar mandi dan juga bercak darah di bibirnya. Ini pasti efek karena ia kelelahan. Lego pun menyalakan keran air itu, di usap bibirnya dengan air sambil sesekali berkumur. Setiap ia menyemburkan air dari mulutnya, air tersebut langsung berubah kemerahan.
Tubuh lemasnya langsung terjatuh, terduduk di lantai kamar mandi saat tak kuat lagi untuk berdiri. Lego memijit keningnya yang mendadak pening. Dadanya naik turun berusaha menghirup oksigen. Sesak. Benar-benar sesak seperti ada yang mencekiknya.
Mendadak ia rindu rumah. Ia rindu Milea yang akan memeluknya saat kondisinya seperti ini. Membuatnya teringat akan puluhan misscall di ponselnya, sms, bahkan pesan suara dari kedua orang tuanya. Lego bisa mendengar suara Milea yang menangis ketika membuka kotak suara ponselnya itu.
Ia jadi merasa bersalah karena sudah pergi diam-diam. Karena kalau tidak dengan cara seperti ini, pasti orang tuanya tak akan mengizinkan.
"Go.." Tiba-tiba suara Venus terdengar. Lelaki itu langsung berusaha bangkit dari lantai agar Venus tak tau bagaimana kondisinya sekarang, namun nihil, mendadak seluruh kekuatannya hilang entah kemana.
"Yaampun Lego!" Venuspun langsung berlari masuk kedalam kamar mandi dan memeluk tubuh Lego yang seperti orang tercekik dengan erat.
***
Buat yang bingung. Iya gue repost cerita ini. Gak di edit bahkan author notenya masih sama.
Alasannya? Ada hubungannya sama Quenzino, jadi gue rasa harus repost ini.
Kalo semisal endingnya mau gue ubah, menurut kalian gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
M A S C H E R A
Teen Fiction•The missing piece of Alea Jacta Est• Selamat datang di pertunjukan paling spektakuler. Anda tak akan pernah tau topeng mana yang asli. Anda tak akan tau siapa yang sedang berpura-pura. Karena nyatanya, hidup ini hanya sebuah panggung. Para pemain m...