Jangan Berubah

9.6K 791 42
                                    

TANPA membaca apapun Milea langsung menutup map berisi kontrak yang di sodorkan oleh Sisi kemudian mengembalikannya kepada gadis itu. Meski tau kalau Lego masuk rumah sakit, Sisi masih saja menghampirinya dan memberikan kontrak pekerjaan kepada Milea.

"Aku gak bisa nerima pekerjaan apapun sekarang Si, kamu ngerti gak sih, anak Mbak lagi sakit. Mbak gak bisa ninggalin Lego." Tuturnya memberi penjelasan yang sebenarnya sudah di pahami oleh Sisi.

Asistennya itupun langsung menghela napas berat, "Iya Mbak aku tau, tapi ini bukan tawaran pekerjaan baru. Tapi kontrak pekerjaan lama yang udah Mbak tanda tanganin." Milea pun langsung menaikan sebelah alisnya, dengan cepat wanita itu menarik kembali map di tangan Sisi dan membacanya. Seketika mata Milea pun membulat.

"Hah? lanjutan Film? Ini apasih maksudnya?" Milea menatap Sisi dengan tatapan yang menagih jawaban.

"Jadi Film Mbak tahun kemarin mau di bikin semacam Triloginya gitu loh Mbak. Jadi masih ada 2 film lagi yang harus Mbak kerjain. Dan buat film yang ke 2, syutingnya akhir tahun ini."

Milea langsung memijit kepalanya yang tiba-tiba pening, di turunkan kacamata bacanya dari hidung, mengusap wajahnya berkali-kali sebelum akhirnya menatap Sisi dnegan lekat, "Kalo Mbak mundur gimana Si?" Tanyanya menaruh harapan besar kalau ia benar-benar bisa mundur.

Sisi mendesah lagi sebelum akhirnya menempati bangku kosong di samping Milea, "Di kontraknya udah tertulis Mbak, kalo sampe Wanprestasi, kita kena denda." Lagi-lagi Milea mengusap wajahnya dan juga rambutnya kebelakang.

"Berapa?" Tanyanya akhirnya.

"Seratus lima puluh juta Mbak."

Mata Milea pun langsung membulat sempurna sambil mentap Sisi dengan pandangan tidak percaya, "Gila apa ya?" Kaki Milea bergerak-gerak menandakan kalau dirinya sedang gelisah.

"Perjanjian dari awal udah begitu Mbak. Apalagi Film pertamanya laku keras, Aku gak yakin Mas Bagas mau ngelepas Mbak gitu aja. Belom lagi Media pasti bakalan ngomong macem-macem." Sebenarnya Milea mampu-mampu saja untuk menanggung uang denda itu, namun mengingat anaknya yang sedang sakit, Milea berpikir kalau uang itu akan lebih berguna jika di gunakan untuk pengobatan Lego.

"Tapi kamu udah bilang kalo aku kemungkinan besarnya gak bisa main?"

Sisi pun menganggukan kepalanya, "Udah Mbak, makanya aku di kasih copyan kontraknya lagi. Aku udah di tagih dari kemarin."

"Deadlinenya kapan? Dia minta kepastian dari aku kapan?" Tanya Milea sekali lagi. Tubuhnya sudah lemas, wanita itu menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangnya. Ia tidak bisa berpikir jernih barang memutuskan apapun.

"Secepatnya Mbak. Syutingnya akhir tahun, cuma akhir bulan ini Mas Bagas minta sutradara sama semua pemainnya kumpul." Milea mengangguk, ia sudah paham sekali tabiat produsernya yang selalu mengumpulkan pemain sebelum syuting. Barang untuk mengenal satu sama lain, ataupun untuk Reading naskah.

"Oke," Milea menepuk kedua pahanya dengan tangan secara bersamaan, "Kasih Mbak waktu seminggu untuk mikirin ini. Kalo orang PHnya nanya kamu, sebisa mungkin kamu hindarin aja, atau bilang kalo Mbak lagi mempertimbangkan. Okey?"

Setelah Sisi mengangguk, kedua wanita itupun membahas mengenai pekerjaan lainnya. Tentang tawaran iklan, FTV dan sinetron yang tentunya Milea tolak. Dan ibu satu anak itu juga menyuruh Sisi untuk menolak segala jenis pekerjaan untuk sementara waktu, termasuk wawancara dan talkshow apapun. Yang langsung di setujui oleh Sisi.

Ia paham seklai kalau ada hal yang menyangkut Lego adalah hal krusial yang tidak bisa di ganggu gugat, yang jika di paksakan maka pekerjaan Milea justru tidak akan maksimal dan berantakan. Jadi Sisi pun tak ingin menerima komplain dari PH manapun, dan dengan sadar ia akan menolak segalanya.

M A S C H E R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang