Everythings okay

9.5K 620 50
                                    

"Dimana sih?!" Gerutunya kesal, pada ponsel yang berada di telinganya di tahan oleh tangan kanan, sementara tangan kirinya sibuk menarik-narik tali yang berada berasal dari hoodie Lego yang saat ini ia kenakan. Hoodie itu seperti sudah berpindah hak milik karena benda berwarna merah marun itu sudah berada di tangannya sejak satu tahun yang lalu dan menjadi hoodie yang paling sering di pakainya ke sekolah.

"Sabar, masih di kelas." Jawab lelaki pemilik hoodie dari seberang telpon.

"Lo piket apa renovasi sekolah deh? Lama banget. Keburu pada lulus, gue masih di sini nungguin lo."

"Jangan lebay." Venus memindahkan ponselnya kesebelah kiri, tangan kanannya langsung mengangkat tas hitam dan menggantungkannya di bahu sebelum ia berdiri dari bangku kayu itu. "Yaudah gue kesana."

"Tadi katanya gak mau?" Memang, tadinya Lego sudah meminta gadis itu untuk datang ke kelasnya saja, karena Lego harus piket kelas. Sebenarnya bukan tipikal Lego sekali yang rajin untuk piket, namun karena ketua kelasnya yang baru itu mulutnya lebih lancar dari jalan tol, maka Lego akhirnya menjadi rajin piket, kalau tidak mau di adukan pada wali kelas mereka.

Dan Venus tidak mau ke kelas Lego karena kelas lelaki itu berada di lantai 3, gedung arah utara. Gadis itu terlalu malas naik tangga karena kelasnya berada di lantai dasar, lebih tepatnya lagi, dekat dengan pintu keluar sekolah.

"Terpaksa." Sahutnya asal, ia hanya tidak ingin menunggu sendirian di dekat gerbang, karena sekolah itu mulai sepi. Dan Venus merasa iseng jika hanya sendirian.

"Yaudah ati-ati." Venus langsung memutar bola matanya. Meski tau Lego hanya bercanda, tapi ucapannya itu terdengar receh sekali di telinganya. Gadis itu langsung memutuskan sambungan telponnya dan memasukan benda berwarna putih berlapis case bergambar unicorn itu kedalam kantung roknya.

Hingga tiba-tiba seseorang keluar dari ruang kelas di samping kiri Venus. Untung saja gadis itu sempat mengerem, sebelum tubuhnya menubruk lelaki itu. Dan sama seperti Venus, lelaki itu terlihat terkejut dengan kehadiran Venus dan langsung berhenti melangkah. Kini mereka saling berpandangan.

Salah satu hal yang paling Venus hindari, selain hewan bernama kucing, yaitu lelaki yang sempat mendekatinya saat SMP dulu. Kakak kelasnya yang hampir menjadi kekasihnya, dan seseorang yang ia patahkan hatinya juga di dalam mimpi itu. Roka.

"Ave? Belom pulang?" Entah dari mana panggilan itu, namun Roka adalah satu-satunya orang yang memanggilnya begitu.

"Belom nih. Lo sendiri?"

"Lagi gladi bersih." Roka menggerakan dagunya menunjuk kearah kelasnya yang ternyata masih berisi beberapa orang di dalamnya, memang menjelang acara perpisahan, anak kelas 12 jadi super sibuk. Padahal pengumuman UN belum keluar, namun mereka sudah sibuk menyiapkan perpisahan. "Kok belom pulang?"

"Nungguin Lego."

"Ngapain emang dia? Gladi bersih juga?" Memang, dari kelas sebelas dan kelas sepuluh di beri tugas, perwakilan angkatan untuk mengisi acara di perpisahan nanti, sebagai bentuk pelepasan anak kelas dua belas. Namun bukan itu yang Lego kerjakan. Anak itu terlalu pemalas untuk hal-hal seperti itu. Ekstrakulikuler pun tak ada yang ia ambil.

Venus pun menggelengkan kepalanya, "Enggak, lagi piket dia."

Roka langsung melirik jam tangan hitam yang melingkar di tangannya, "Sampe jam segini?" Kalau di hitung dari bel pulang sekolah hingga detik ini, memang sudah hampir satu setengah jam Lego membersihkan kelasnya itu, terlalu lama untuk ukuran membersihkan ruangan yang tak terlalu lebar itu.

Gadis itupun mengangkat bahunya serempak, "Tau tuh, sekalian renovasi sekolah gue rasa."

Roka langsung tertawa pelan, membuat Venus ikut tertawa. "Yaudah, gue samperin dia dulu deh."

M A S C H E R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang