Sebuah Perubahan Derastis

6.3K 634 100
                                    

"KARENA sejak hari itu, gue cuma memandang lo sebagai temen Ve

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"KARENA sejak hari itu, gue cuma memandang lo sebagai temen Ve. Gak lebih."

Bukan seperti yang di perkirakan Lego, Venus memang terlihat begitu hancur, namun gadis itu malah mengembangkan kembali senyumannya. Itu bukan tipe senyum yang di paksakan, Lego tau benar akan hal itu. Namun senyuman yang berasal dari dalam hatinya.

"Gue gak peduli gimana lo nganggep gue Go. Yang gue tau, gue cinta sama lo." Gadis itu merenggangkan kedua tanggannya, ia berjalan menjauh memberikan sedikit jarak sambil menyengir lebar. "Hhhmm lega banget gue ngomongnya."

Lego tersenyum memandangi gadis di hadapannya. Benar-benar seorang Venus yang jalan pikirannya tak bisa Lego tebak. Kedua matik mata biru Lego masih memandangi Venus yang sedang menghapus air matanya sendiri, kemudian menarik napas dalam dan tersenyum. Sebuah senyuman yang masuk sedalam daftar senyum yang Lego sukai.

"That's my girl." Lego menyenggol tubuh Venus dengan lengannya pelan.

***

Kamar rawat berukuran sedang itu tadinya sunyi senyap. 3 orang yang berada di sana tertidur pulas di tempatnya masing-masing. Milea yang tertidur di samping Javier. Lego yang juga tertidur pulas di ranjang satunya. Tadinya begitulah yang terjadi. Setelah tiba-tiba rasa sakit menjalar di sekujur tubuh anak itu secara tiba-tiba. Tidur nyamannya pun terusik.

"Aarggh! Bun-da!" Anak itu berteriak, mengerang sambil meremas dadanya kuat. Milea dan Javier pun langsung tersentak dan terbangun.

Milea buru-buru menghampiri putranya, sedangkan Javier langsung menekan tombol untuk memanggil suster di ranjangnya, karena ia kesulitan untuk berdiri.

"Kamu kenapa sayang?" Air mata Milea sudah mengalir melihat putranya mengerang kesakitan. Terlebih saat Lego memukul-mukuli dadanya sendiri, dengan sigap Milea langsung menahan tangan anaknya. "Sa-kit bun.. Sakit banget."

Hati Milea bertambah pedih melihat butiran air menyerupai kristal yang mengalir dari kelopak mata putranya. Ia terlihat begitu tersiksa. Lego tak henti-hentinya mengerang dan memberontak seolah ia ingin lepas dari tubuhnya sendiri.

Javier memaksakan dirinya bangun dengan bantuan tongkat, ia ingin membantu Milea terlebih saat sesekali tangan Lego menghantam wajah Milea atau juga mencakar tangan Milea. Hingga para suster itupun datang.

Salah satunya membantu Milea menenangkan Lego dan satunya lagi langsung berlari keluar untuk mengambil suntikan penenang. "Go.. Tahan ya sayang."

"Sakit... Lego mau mati aja Bunda.."

"Sstt.. Lego kan kuat, gak boleh ngomong gitu ya sayang." Suster yang tadi pergi pun akhirnya kembali, di suntikan obat penenang itu melalui selang infusnya. Dan secara berangsur-angsur tubuh anak itupun melemas. Namun tangisnya malah semakin deras.

M A S C H E R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang