UNTUK beberapa detik Javier terdiam saat memasuki rumahnya. Tidak biasanya rumah bertingkat 2 itu sesepi ini. Biasanya walaupun tak ada Milea, Lego akan berada di ruang televisi dan menonton film. Namun yang di dapatinya kali ini hanya sepi. Padahal Milea sedang berada di rumah.Javier pun melangkah menaiki tangga. Di bukanya pintu kamarnya dan melongok kedalam. Namun tak ada siapapun yang ia temui di sana. Apa Milea pergi? Tak biasanya wanita itu pergi tanpa mengabarinya.
Langkah Javierpun kini beralih, menuju kamar putranya yang berada di arah barat. Javier tidak mengetuk, ia langsung membukanya begitu saja. Dan di dapatinya Milea yang sedang duduk bersandar di atas kasur dan Lego yang berbaring dengan paha Milea sebagai bantal.
Kedua penghuni ruangan serba hitam itupun langsung menoleh kearah pintu. Menghentikan segala tawa yang tadinya mengisi.
"Loh Jav udah pulang?" Tanya Milea.
Javierpun langsung menekuk wajahnya. "Tuh kan, suaminya pulang sampe gak tau." Katanya sambil berjalan mendekat.
"Lego cari pacar gih! Jangan manja-manjaan mulu sama Bunda. Bunda tuh punya Ayah." Serunya langsung membuat Lego malas sendiri. Ayahnya itu memang selalu cemburu ketika Milea lebih menuangkan perhatiannya kepada Lego di bandingkan dengannya. Sudah biasa.
"Apaan sih Javi. Sana ah." Usir Milea begitu saja membuat Lego langsung menyemburkan tawanya.
"Ih berani ya ketawain Ayah. Awas aja—"
"Apa hmm? Awas apa? Berani macem-macem sama Lego, iya Jav?" Ucapan Milea yang kelewat mengeramkan di tambah dengan tatapan mematikan dari matanya itupun membuat Javier langsung ciut.
"Ah tau ah. Kesel." Javier pun langsung berbalik pergi meninggalkan ruangan itu. Menyisakan Milea dan Lego yang masih tertawa menertakawan tingkah Javier.
Tangan Milea pun mengelus rambut putranya dengan lembut, "Bunda ke ayah kamu dulu ya. Nanti dia makin ngambek lagi." Seru Milea yang langsung membuat Lego menegapkan tubuhnya.
Sebelum pergi, Milea sekali lagi meletakan telapak tangannya di kening Lego, memeriksa suhu badan anaknya, "Udah mendingan. Tapi minum obat lagi ya?" Tawar Milea, tanpa menunggu persetujuan. Milea pun membuka nakas di sampingnya dan mengeluarkan obat demam dari sana.
"Minum dulu. 15 menit lagi Bunda balik bawa susu ya." Ucapnya sambil menyerahkan sebutir obat dan segelas air mineral yang sebelumnya sudah ia letakan di atas nakas.
Lego pun mengangguk. Mengambil obat itu dan meminumnya. Kemudian menyerahkan kembali gelas yang sudah kosong kepada Milea.
Wanita itupun memajukan kepalanya, mencium kening Lego kemudian beranjak dari atas tempat tidur dan keluar dari kamar anak itu.
Sepeninggal Milea, Lego pun menyandarkan tubuhnya pada tumpukan bantal. Matanya kembali sayu, sejujurnya ia tak pernah tega untuk membohongi Bundanya. Terlebig Bundanya itu selalu memperlakukannya dengan manis setiap saat Lego jatuh sakit. Tak ada lagi disiplin, tak ada lagi emosi dan jeweran.
Meski menikmatinya, Lego tetap merasa bersalah.
***
Lelaki itu sudah meraih guling kesayangannya dan memeluknya erat saat pintu kamarnya lagi-lagi terbuka. Awalnya Lego mengira itu adalah Bundanya. Namun setengah jam yang lalu Bundanya sudah datang dan memberikan susu kesukaannya.
Kepala Javierpun menyembul di depan pintu, "Ayah boleh masuk?" Tanyanya membuat Lego langsung mengangkat tubuhnya lagi, duduk di atas kasur dan menganggukan kepala.
Javierpun memasuki kamar Lego, menutup pintunya rapat-rapat sebelum akhirnya berjalan mendekat dan duduk di pinggir tempat tidur. Melihat wajah anaknya yang sudah mengantuk, Javier jadi merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
M A S C H E R A
Teen Fiction•The missing piece of Alea Jacta Est• Selamat datang di pertunjukan paling spektakuler. Anda tak akan pernah tau topeng mana yang asli. Anda tak akan tau siapa yang sedang berpura-pura. Karena nyatanya, hidup ini hanya sebuah panggung. Para pemain m...