BENAR saja yang Lego kira, liburannya kali ini tidak sama sekali menjadi refreshing untuknya. Bukan hanya karena kehadiran Venus, namun juga karena tubuhnya yang semakin hari semakin ringkih.
Tubuhnya mudah sekali lemas, sekiranya sudah 3 hari mereka di kawasan Bandung itu, dan sudah 3 hari juga yang dilakukannya hanya berbaring atau bermanja-manjaan dengan Milea di atas tempat tidur karena terkadang untuk bangun saja Lego tidak kuat.
Namun kali ini ia memaksakan dirinya untuk ikut acara bakar-bakar yang sudah 2 kali di buat. Lego duduk di sofa panjang yang di keluarkan oleh Deva dan Fabian, di rangkul oleh Milea di sampingnya. Dan di samping kanan Milea, Venus sudah duduk dengan nyaman, sesekali melirik ke arah Lego.
Meski sudah mengenakan jaket tebal, namun Milea masih memyelimuti putranya dengan selimut lagi, ia hanya takut Lego kedinginan. Meski tak jauh dari tempatnya terdapat panggangan yang sedang membakar sosis dan jagung. Tugas bakar membakar itu dilakukan oleh Onad dan istrinya, sementara Fabian dan Deva yang membeli minuman dan snack di minimarket terdekat. Sedangkan sisanya, sibuk dengan anak masing-masing. Kecuali Galaxy yang sedang ada keperluan mendadak, akhirnya terpaksa meninggalkan Villa bersama istrinya.
Tak berapa lama Fabian dan Deva datang. Fabian langsung meminta Bianca untuk membantunya namun Bianca sedang kerepotan dengan anak bungsunya, Deer, yang mendadak jadi rewel. Akhirnya Milea pun berinisiatif. "Bunda bantuin mereka dulu ya." Izinnya pada Lego yang langsung di jawab dengan anggukan kepala.
Setelah kepeegian Milea, Lego baru menyadaei kalau tak ada lagi pembatas antara dirinya dengan Venus. Saat Milea bangkit pun gadis itu langsung menoleh kearah Lego, bersamaan dengan Lego yang menoleh kearahnya. Tubrukan mata itu tak bisa si hindari barang beberapa detik sebelum akhirnya masing-masing dari mereka saling membuang muka.
Lego berdecak pelan, begitu di lihatnya Oriza yang berjalan menuju kearah mereka, pastilah anak itu akan mengompor-ngompori Venus dan Lego. Namun baru saja Oriza mengambil tempat di antara mereka berdua, Venus sudah buru-buru pergi menjauh. Membuat Oriza langsung mendesah, "Yailah kan kabur."
"Takut kali dia liat lo." Celetuk Lego.
"Dia takutnya sama lo Go."
"Enggak kok, tadi gak kabur. Pas lo dateng baru dia kabur."
Orizapun mengusap-usap kepala belakangnya dengan tangan kanan, "Audah, masih marah kali ya dia gara-gara jatoh waktu itu."
Lego mengangkat kedua bahunya bersamaan, "Lagian emang lo ngapain sih sampe jatoh begitu?"
"Gue suruh ngobrol sama lo, tapi dia gak mau." Jawabnya kelewat jujur membuat Lego terdiam. Ia langsung mengubah pandangannya memperhatikan Onad yang sedang bercanda-canda dengan Istrinya. "Makanya jangan di suruh. Kalo dia mau juga dateng sendiri."
"Tapi abis itu lo usir lagi. Gimana coba dia gak males?" Jujur saja, ini bukanlah topik yang ingin Lego bahas. Karena untuk beberapa minggu belakangan ini, semenjak Venus menjauh, harus Lego akui kalau dirinya merasa kosong tanpa Venus. Dan ia mulai menyesali keputusannya sendiri. Ternyata benar, hormon remaja memang labil.
Legopun langsung bangkit dari tempatnya, tidak ingin lagi membahas hal itu, jadi jalan satu-satunya yang ia tau hanya dengan melarikan diri. "Mau kemana? Nanti di cariin tante Milea lo."
"Ini gue mau nyari Bunda. Lo liat gak?"
"Di dapur."
Tanpa menjawab apapun lagi, Lego pun langsung melangkah masuk kedalam Villa menyeret oksigen di tangannya. Namun begitu sampai di dapur, ia tak melihat seorangpun di sana. Padahal Lego ingin meminta susu karena ia ingin tidur saja. Setelah di pikir-pikir, ia jadi malas berada di sana, terlebih lagi karena ada Venus.
KAMU SEDANG MEMBACA
M A S C H E R A
Teen Fiction•The missing piece of Alea Jacta Est• Selamat datang di pertunjukan paling spektakuler. Anda tak akan pernah tau topeng mana yang asli. Anda tak akan tau siapa yang sedang berpura-pura. Karena nyatanya, hidup ini hanya sebuah panggung. Para pemain m...