ORIZA ikut tersentak saat Venus meletakan bekalnya penuh penekanan di atas meja. Sementara Lego yang sudah tau penyebabnya, tentu saja karena semalam Venus langsung menghampirinya dengan wajah kusut penuh air mata dan menceritakan seluruh kejadiaannya—Kecuali alasan Venus memutuskan Roka tentunya.
Lego hanya memperhatikan Venus yang perlahan-lahan duduk, meskin matanya masih terfokus pada lelaki di pinggir lapangan sedang berbicara dengan seorang gadis yang bahkan Venus tak tau siapa itu.
Venus membuka penutup kotak makannya dengan begitu kesulitan seolah kedua sisi yang membuat penutup dengan tempatnya itu merapat di beri lem sumper sehingga tidak mau terbuka. Padahal masalahnya adalah karena gadis itu tidak terfokus sepenuhnya kepada kotak makan itu.
Hingga akhirnya gadis itu menyerah dan menghentakan kembali kotak bekalnya di atas meja kemudian mengelus wajahnya dengan kedua tangan. "Lo kerasukan ya?" Celetuk Oriza heran, melihat kelakuan aneh teman sekelasnya itu.
Lego pun langsung menjulurkan tangannya dan dengan mudah membuka penutup kotak makan milik Venus. "Kalo panas kenapa di putusin?" Pertanyaan itu sukses membuat Venus bertambah kesal.
"Siapa yang panas sih?! Gue gak peduli! mau dia cubit-cubitan sama cewek lain kek. Elus-elusan kek. Bodo amat gue gak peduli!!" Lego langsung menghela napas, ia memilih kembali melanjutkan makan siangnya dari pada Venus lama-lama akan mengamuk kepadanya.
Mendengar percakapan kedua temannya, Oriza pun langsung menoleh ke belakangnya, tempat dimana Roka berada. Pas sekali saat Roka sedang menyuapi gadis di hadapannya sepotong roti. "Yakin gak panas?"
Venus langsung menatapnya dengan sengit, "Lo gak liat kalo gue oke-oke aja, hah?" Dari mana okenya?
"Lagi ngapain sih pake putus segala? udah sukur Roka mau sama lo."
Lagi-lagi Venus menatap Oriza dengan pandangan membunuhnya, gadis itu menggerak-gerakan garpunya di hadapan Oriza, membuat lelaki itu mundur teratur. "Coba ngomong lagi Ri?"
Oriza pun langsung mengangkat kedua tangannya tanda menyerah, "Eh iya-iya, enggak deh enggak." Baru juga Venus menurunkan garpunya ketika Oriza lagi-lagi membuka mulut, "tapi itu bukan karena yang kita omongin waktu itu kan?"
"Kalian ngomongin apa? Kok gue gak tau?" Tanya Lego, matanya menatap kearah Venus dan Oriza.
"Itu, intinya mah beda agama. LDR terjauh dia bilang. Makanya gue suruh pacaran sama lo aj—Aduh Ve!" Oriza langsung mengelus lengannya yang nyeri karena cubitan dari Venus yang tiba-tiba itu.
Lego pun langsung tersenyum penuh arti, Venus bisa melihat segaris kekecewaan dari wajahnya. "Itu gak akan mungkin Ri, gak akan." Mata Lego yang fokus pada segelas jus di hadapannya, membuat lelaki itu tak menyadari, kalau mata Venus sudah berkaca-kaca.
Lelaki itu tak pernah tau, kalau gadis di sampingnya telah hancur berkali-kali, hanya untuk dirinya.
***
Oriza berlari menyusuri koridor sekolah ketika ia teringat kalau saat jam pelajaran olahraga tadi, ia menitipkan ponselnya di tas Lego. Dan sekarang sudah jam pulang sekolah, terlebih lagi Lego sudah keluar kelas lebih dahulu di bandingkan dirinya dan sepertinya lelaki itu juga lupa kalau di tas hitamnya terdapat ponsel Oriza di sana.
Lelaki itu berhenti begitu sampai di gerbang depan, ia menoleh kekanan dan kirinya mencari mobil Javier yang tak ia temukan dimana pun, namun ketika matanya menyipit, ia melihat Lego sedang berjalan menuju sebuah mobil yang terlihat sangat mewah di depan tempat fotocopy.
"Lego!" Panggilnya langsung berlari menuju tempat Lego berada.
Semakin ia mendekat, Oriza baru menyadari kalau ada seorang laki-laki yang sedang bersama Lego, memakai topi hitam yang benar-benar turun sehingga wajahnya hanya terlihat setengah. Kaos putih berbalut dengan jaket hitam, celana berwarna senada dan sepatu putih. Kalau di lihat sekilas, lelaki itu terlihat berpakaian begitu tertutup, dan Oriza tau, dia bukan Javier atau orang-orang yang di kenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
M A S C H E R A
Teen Fiction•The missing piece of Alea Jacta Est• Selamat datang di pertunjukan paling spektakuler. Anda tak akan pernah tau topeng mana yang asli. Anda tak akan tau siapa yang sedang berpura-pura. Karena nyatanya, hidup ini hanya sebuah panggung. Para pemain m...