LEGO mengintip dari balkon kamarnya saat terdengar deru mesin mobil yang perlahan mati. Ia belum pernah melihat mobil mewah itu sama sekali. Anak itu pun langsung melemparkan tatapan pada jam dinding yang berada di arah selatan kamarnya. Sudah jam 9 malam. Tak biasa-biasanya rumahnya itu kedatangan tamu.
Lego baru menutup pintu balkon dan berniat untuk keluar dari kamarnya ketika tiba-tiba terdengar bunyi jendelanya yang seperti sedang di lempari benda keras. Lagi-lagi Lego mengintip dan melihat Oriza sudah berada di atas pohon dekat kamar Lego. Lelaki itu mengerutkan keningnya dan segera membuka pintu.
Dengan lihainya Oriza melompat dari dahan pohon menuju balkon kamar Lego, "Lo ngapain?"
"Mau ketemu lo." Ucap anak itu sambil mengusir beberapa semut yang berjalan di jaket yang ia kenakan. Pasti kena dari pohon, gumamnya dalam hati.
"DI dalem aja, gue gak boleh kena angin malem kata Bunda." Lego pun langsung melangkah masuk di ikuti Oriza di belakangnya.
Sahabatnya itu langsung duduk di atas tempat tidur Lego ketika anak itu mengunci pintu balkonnya. Lego langsung memandangi Oriza ketika ia sudah duduk di atas tempat tidur dan memakai kembali masker oksigennya, yang ia lepas karena penasaran dengan bunyi mobil di depan rumahnya.
"Lo masih sakit?" Tanya Oriza, ia duduk sangat jauh dari Lego. Lego yang berada di kasur dan bersandar pada dinding, Oriza berada di ujung kasur, hanya memutar tubuhnya saat berbicara.
"Gue kanker, bukan flu yang minum obat langsung sembuh. Jelas gue masih sakit." Sebenarnya Lego tak ingin memakai nada ketus, terlebih setelah di ceramahi oleh Ayahnya tadi sore, ia benar-benar merasa bersalah dengan Oriza. Namun pertanyaan lelaki itu membuatnya tersinggung.
Oriza sendiri langsung merutuki dirinya sendiri, menggigit bibir bawahnya, menyesal dengan apa yang sudah ia ucapkan. "Maksud gue bukan gitu. Kan tadi di UKS Lo—"
"Iya gue paham." Sergahnya cepat, tak ingin lagi membahas tentang kejadian tadi siang.
"Sorry."
"Sorry juga."
Terjadi keheningan yang cukup lama setelah mereka sama-sama meminta maaf. Ini terasa aneh. Lego memang tak pernah bertengkar dengan siapapun, terlebih lagi laki-laki. Rasanya aneh sekali saat meminta maaf seperti ini. Seperti perempuan saja, menurutnya. Masing-masing dari mereka pun tak mau berpandangan, merempar pandangan kemana saja, atau kalau tidak ya menundukan kepala.
Keheningan itu akhirnya membuat Lego menjadi risih sendiri, di bukanya masker oksigen yang berada di mulutnya kemudian berucap, "Gue geli Ri."
"Sama Go." Oriza mulai tersenyum memandang kearah Lego yang juga sudah menyengir jijik sendiri.
"Apalagi pas lo kabur gitu aja dari UKS, asli, kaya cewek lagi PMS terus di putusin pacar." Canda Lego langsung membuat Oriza langsung menarik bantal dan melemparnya kearah Lego.
"Lah gak ngaca! Lo marah-marah macem cewek abis di selingkuhin bege."
Mereka berdua pun langsung tertawa, merasa jijik sendiri mengingat kejadian tadi siang. Entah apa yang terjadi sehingga kedua laki-laki itu bisa drama sekali, seperti perempuan saja. Mereka berdua merasa harga dirinya turun beberapa derajat, terlebih mengingat kalau ada Venus di sana.
"Jangan gitu lagi ya Ri, malu gue jadi temen lo."
"Lah, ngaca dulu dong bosku."
***
Wanita itu langsung buru-buru mengetuk pintu ruang kerja suaminya ketika diintipnya dari jendela kamar, Dior yang berjalan masuk menuju rumahnya. Milea benar-benar tidak tau apa yang lelaki itu lakukan dan bagaimana ia bisa tau rumah Milea, padahal data-data tentang dirinya sangatlah di jaga ketat, baik dengannya atau dengan seluruh manajemennya.
"Sumpah.. Sumpah.. ada DIor." Ucap Milea panik sambil menunjuk-nunjuk kearah belakangnya saat Javier membuka pintu.
"Dior siapa sih?" Lelaki itu sedang mumet dengan pekerjaannya di kantor sehingga pikirannya sudah kemana-mana.
"Ih masa lupa! Itu, lawan main gue. Yang suka di gosipin pacaran sama gue."
Mata Javierpun langsung membulat, beriringan dengan suara bel tanda ada tamu di depan rumahnya. "Kok bisa?" Javier langsung berjalan mendekati pintu depan dengan Milea di belakangnya. "Gue gak tau."
Baru juga sampai di ruang tengah tiba-tiba lelaki itu menghentikan langkahnya dan memutar tubunya menghadap kearah Milea, "Yaudah, Lo ke kamar aja. Kalo dia nyariin lo, nanti gue bilang aja dia salah rumah."
Milea pun langsung menganggukan kepalanya patuh, "Okey." Wanita itu langsung berlari menaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya. Sementara Javier kembali melangkah.
Di bukanya pintu jati di hadapannya hingga akhirnya ia bisa melihat lelaki berwajah oriental dengan kulit putih dan bertubuh tinggi itu sedang mengulaskan senyumannya. Lelaki yang sama seperti yang ada di gosip pagi, yang katanya adalah kekasih dari istrinya. Cih, mendadak Javier jadi kesal sendiri bertemu dengan lelaki ini secara langsung.
"Cari siapa ya?" Tanya Javier.
"Mileanya ada?"
Javier langsung menggunakan kemampuan actingnya yang standar, berpura-pura bingung dan tidak tau. "Milea siapa ya? Kayanya anda salah rumah, di sini gak ada yang namanya Milea."
Bukannya pergi, atau sekedar minta maaf karena sudah salah rumah, yang di lakukan lelaki itu malah semakin melebarkan senyumannya, "Nama lo Javier Alexandria kan?" Tanyanya tanpa basa-basi dan langsung menggunakan 'gue-lo' seolah mereka sudah kenal lama.
Dan tentu saja pertanyaan itu langsung membuat Javier terkejut bukan main. Apakah lelaki itu sudah tau semuanya? tentang Milea yang merupakan istrinya. Sebisa mungkin Javier meredam raut wajahnya. Dan akhirnya memilih berbohong, "Maaf ya, Nama saya Leonadh Galuh. Mungkin anda sudah salah rumah."
"Masih mau ngeboong ternyata."
Rahang Javier langsung mengeras, diam-diam lelaki itu langsung mengepalkan tangannya, siap kapan saja untuk di layangkan. Namun ia harus meredam emosinya sendiri, agar lelaki itu tidak curiga. Jadi sebisa mungkin Javier smencoba mengulas senyuman ramah.
"Sorry ya, Anda salah orang. Dan ini sudah malam. Anda sudah menganggu saya, jadi sebaiknya Anda pergi."
Lelaki itu kembali tersenyum mendengar ucapan dari Javier seolah ia tak peduli sama sekali dengan apapun yang Javier ucapkan. Javier tidak heran jika lelaki ini banyak menerima penghargaan sebagai aktor terbaik tahun ini. "Oke kalo begitu, tuan Alexandria. Saya permisi." Lelaki itu memberi penekanan saat mengucapkan kata 'Alexandria'.
Javier langsung menutup pintunya tanpa mengatakan apapun lagi. Ia langsung berlari menuju ruang tengah, memandangi lelaki itu yang ternyata benar-benar pergi dan akhirnya menghilang bersama mobil mewahnya. Membuat Javier langsung menghela napas lega.
***
Makasih untuk 2k nya❤️
#234 in teen fiction
Tanggal 22/03
Lucu ya angkanya hehe.
Gue ngepost sekarang karena kemungkinan sabtu minggu kartu ade gue bakalan koit alias masa tenggangnya abis😂 jadi dari pada gue bingung entar gimana ngepostnya, jadi sekarang aja dah.(Suka geli sendiri baca A.n yang dulu. Tapi gak mau di apus wkwk😂)
KAMU SEDANG MEMBACA
M A S C H E R A
Teen Fiction•The missing piece of Alea Jacta Est• Selamat datang di pertunjukan paling spektakuler. Anda tak akan pernah tau topeng mana yang asli. Anda tak akan tau siapa yang sedang berpura-pura. Karena nyatanya, hidup ini hanya sebuah panggung. Para pemain m...