LAJU mobil hitam itu konstan. Tidak cepat, tidak juga lambat. Setelah segala surat-surat pengadopsian Nagisha selesai di urus. Javier langsung membondong satu keluarganya untuk berlibur. Bukan hanya mereka sekeluarga, namun berhubung teman-teman Javier sedang berada di indonesia, alhasil mereka semua ikut berlibur, bersama membawa keluarga mereka masing-masing. Ia meminjam supir pribadi ayahnya karena kaki Javier belum sembuh total.
Lego jadi lebih manja kepada Milea beberapa hari belakangan ini. Membuat Milea sendiri jadi tidak tega memarahinya karena beberapa waktu lalu anak itu pergi diam-diam bersama Ori. Kini Milea dan Lego duduk di kursi paling belakang sementara Javier dan Nagisha duduk di kursi ke dua.
Anak lelaki itu memeluk tubuh Milea, kedua kakinya yang berbalut kaus kaki berwarna biru keatas kursi. Milea sendiri tidak berkeberatan karena ia sudah terbiasa dengan sikap Lego yang berubah manja seperti ini. Mungkin hal ini karena kehadiran Nagisha, Lego jadi suka curi-curi perhatian dengan bundanya. Tak mau kasih sayangnya terenggut.
Tak berapa lama kemudian mobil itupun berhenti di sebuah Villa besar yang terasa asing oleh Lego. Satu kawasan Villaitu terdapat 2 rumah yang jaraknya saling berdekatan. Namun Villa yang akan mereka tempati adalah yang berada di sisi barat. Di halaman depannya sudah terdapat beberapa mobil yang berjejer, menandakan kalau teman-teman Javier sudah sampai terlebih dahulu.
Villa berukuran sedang dengan dua lantai itu terlihat bernuansa jadul, namun asri karena di kelilingi oleh berbagai pot bunga dan juga pohon yang menjulang, menambah rindang lingkungan yang terkenal sejuk itu. Pilar-pilarnya menjulang dengan kokoh, memambah kesan mewah pada villa itu.
Lego turun dari mobil sambil menyeret tabung oksigennya. Sementara Javier dan supir mereka menurunkan barang-barang dari bagasi mobil. Nagisha langsung menarik tangan kiri Lego yang bebas, minta di gandeng untuk berjalan masuk. Pintu cokelat itu langsung terbuka lebar. Nampak Fabian yang sedang menggendong anak bungsunya di bahu, membuat Milea terkejut.
"Loh, bukannya anak lo gak di bawa Fab?" Tanyanya susah berdiri di samping Fabian sambil mencubiti pipi anak lelaki berkulit putih yang berada di atas Fabian.
"Iya nih, baru di paketin sama Omanya tadi pagi." Milea pun langsung memutar matanya. Matanya teralih pada Lego yang berdiri di depan pintu bersama dengan Nagisha. "Ayo masuk Go." Milea merentangkan tangannya menyuruh anak itu untuk masuk.
"Ayo-ayo. Om kenalin nanti Nagisha sama Kai." Serunya dengan antusias.
"Kai siapa Om?" Tanyanya polos, tangan kanannya masih menggenggam erat tangan Lego seolah tak ingin melepaskannya. "Anak Om yang ke 2. Namanya Kaisar. Seumuran loh sama kamu."
Nagisha hanya manggut-manggut dan teeus berjalan bersama Lego di sampingnya. "Ini Vila siapa Bun?" Tanya Lego ketika duduk di ruang tamu berukuran besar itu.
"Punya temen Bunda." Mata Milea langsung beralih pada Nagisha yang sudah duduk tenang di samping Lego, "Nagisha tunggu sini dulu ya sama Kak Lego. Bunda mau nurunin barang dulu. Jagain Kak Legonya ya."
Tangan Nagisha langsung terangkat membentuk sebuah hormat di keningnya, "Siap Bunda!"
"Yang ada aku yang jagain dia Bun." Tandas Lego sambil mengacak-acak puncak kepala Gadis kecil di sampingnya, sampai ia mendumal kesal.
Tak berapa lama setelah kepergian Milea. Bianca pun turun dari tangga sambil menggandeng anak berusia lima tahun di tangannya. Ia menuruni tangga dengan hati-hati. Sesekali bercanda dan menyuruh anaknya melompat. Dan ketika anak itu melompat, Bianca langsung berucap, 'hap'. Membuat anaknya tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
M A S C H E R A
Teen Fiction•The missing piece of Alea Jacta Est• Selamat datang di pertunjukan paling spektakuler. Anda tak akan pernah tau topeng mana yang asli. Anda tak akan tau siapa yang sedang berpura-pura. Karena nyatanya, hidup ini hanya sebuah panggung. Para pemain m...