ENTAH sudah berapa jam ia berada di tempat ini seorang diri sejak Dior meninggalkanya dan mengunci pintu tua itu. Bahkan Lego tidak tau kalau pintu itu masih ada besi penguncinya, ia kira pintu itu sebentar lagi akan rapuh.
Lelaki itu mendongakan kepala, menatap langit dari lubang kecil yang berada tepat di atas kepalanya, meski lubang itu tak begitu besar, namun Lego dapat melihat bintang yang bergelantungan di atas kepalanya. Lelaki itu ingin tersenyum, meski sebenarnya tidak bisa karena mulutnya tersumpal.
Sudah sekitar 5 jam yang lalu anak itu menahan dirinya agar tidak jatuh pingsan. Berkali-kali ia mencoba menarik dan hembuskan napas meski terasa begitu berat. Ia tak ingin pingsan, setidaknya ia hanya tak ingin ketika ia memejamkan matanya, ia malah tak akan bisa membukanya lagi.
Lego mendesah, jika matanya adalah lampu, ia pastikan matanya hanya tinggal beberapa watt lagi sebelum akhirnya padam. Berkali-kali matanya hampir tertutup, namun Lego memaksakan untuk membuka kelopaknya lagi. Dadanya dari yang tadinya sakit sampai akhirnya sekarang mati rasa. Tubuhnya sudah kebas, seperti sedang melayang. Kalau saja tubuhnya tak di ikat dengan tali, Lego pastikan kalau tubuhnya sudah ambruk menghantan tanah.
Bagaimana nasib Ayah dan Bundanya? Apa mereka akan bertengkar lagi? Apa mereka akan begitu kalut menyadari kalau Lego hilang? Apa mereka akan berhasil menemukan Lego sebelum anak itu benar-benar kehilangan kesadarannya.
Lelaki itu kembali menundukan kepalanya, di dengarnya napasnya sendiri yang bunyinya sudah tidak karuan seolah ia sedang tercekik ataupun terhimpit.
Lego masih berusaha membuka matanya, namun entah bagaimana semakin lama semakin sulit. Seolah ada berton-ton baja yang menempel di bulu matanya dan membuat matanya terus ingin menutup.
Hingga lelaki itu mendengar samar suara orang berkelahi dan erangan sakit, entah siapa yang mengerang, entah siapa yang berkelahi. Namun begitu pintu tua itu terbuka paksa hingga menimbulkan bunyi yang keras.
Lego tau, ia tersenyum.
***
Padahal mobil itu belum benar-benar berhenti namun dengan kesetanan Javier langsung keluar dari dalam mobil begitu saja ketika di lihatnya sebuah mobil BMW terparkir jelas di depan gedung tau itu. Membuat Javier semakin yakin kalau anaknya berada di sana.
Onad pun langsung mematikan mesin mobilnya tanpa peduli kalau posisi mobil itu tidak terparkir seperti semestinya. Lagi pula jarang yang melewati jalan buntu itu di malam hari, rumah-rumah warga pun terletak cukup jauh dari gedung itu. Onad langsung menghubungi Milea yang ternyata sudah berjalan menuju tempat itu. Wanita itu sepemikiran dengan Javier. Dan ketika sambungan telpon itu terputus, Onad pun langsung berlari masuk kedalam gedung menyusul Javier.
Ketika lelaki itu berada di dalam, ia langsung di hadapkan dengan Javier yang mengamuk memukul Dior tanpa ampun seolah ia ingin memusnahkan lelaki itu dari muka bumi.
"Mana anak gue, anjing!" Javier menendang ulu hati Dior hingga lelaki itu memuntahkan darah dari mulutnya. Namun seperti sudah kehilangan kewarasannya, Dior bukannya menjawab malah tersenyum bahagia. Membuat emosi Javier semakin meledak-ledak.
Dari pada mengurusi kedua lelaki itu, Onad pun langsung berkeliling mencari keberadaan Lego. Tidak terlalu sulit karena memang sebagian ruangannya sudah hancur dan tak memiliki pintu, jadi Onad cukup melongok saja untuk memeriksa. Hingga matanya melihat satu-satunya pintu yang tertutup rapat yang berada di pojok gedung.
Onadpun langsung menendang pintu itu tanpa kesulitan, karena memang pintunya sudah tua dan rapuh. Seketika Onad pun langsung melihat Lego yang terikat di bangku yang berada di tengah ruangan. "Jav!! Lego disini." Teriaknya namun Javier seolah masih sibuk dengan urusan pukul memukulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
M A S C H E R A
Teen Fiction•The missing piece of Alea Jacta Est• Selamat datang di pertunjukan paling spektakuler. Anda tak akan pernah tau topeng mana yang asli. Anda tak akan tau siapa yang sedang berpura-pura. Karena nyatanya, hidup ini hanya sebuah panggung. Para pemain m...