Rasa Benci pada Diri Sendiri

6.7K 625 89
                                    

LEGO menarik napasnya begitu turun dari mobil dan berjalan melewati koridor kelas. Aroma khas sekolahnya yang sudah lama tak ia cium itupun membuatnya rindu. Kurang lebih sudah 2 minggu ia tak masuk sekolah dan selama itu juga Lego benar-benar tak sabar untuk masuk sekolah lagi.

Di edarkan pandangannya melihat kesekitar. Pada anak-anak basket yang sedang bermain di lapangan. Pada beberapa siswi yang sedang mengobrol di lorong kelas. Atau pada beberapa anak laki-laki yang sedang berlarian entah karena apa. Ia rindu suasana itu.

"Lego!!" Venus langsung berteriak nyaring membuat Roka yang berada di sampingnya langsung menutup telinga.

Gadis itu langsung berlari dan memeluk tubuh Lego, tekanan dan gerakan tiba-tiba dari gadis itu hampir saja membuat mereka berdua terjatuh ke lantai kalau saja Lego tak menahannya. Meski tubuhnya lemah dan jauh lebih kurus dari sebelumnya, namun tenganya masih ada dan masih bisa untuk menahan tubuh Venus.

"Kangen gue sama lo asli." Venus menjauhkan tubuhnya dari Lego kemudian kembali memeluknya lagi. Hal itu berangsung berkali-kali seolah ia masih tidak percaya kalau Lego akhirnya kembali masuk ke sekolah.

Mata Venus langsung teralih pada beanie di kepala Lego saat gadis itu akhirnya melepaskan tubuh Lego. "Kok pake itu?" Tanyanya penasaran. Tidak biasa-biasanya Lego mengenakan hal-hal seperti itu. Kalau hanya jaket berwarna abu-abu yang saat ini sedang di kenakan lelaki itu, Venus bisa mewajarkannya.

"Rontok rambut gue." Tentunya karena pengaruh kemo.

"Oh iya, sorry ya."

Lego langsung meninju pelan lengan Venus, "Yaelah, lebay kan. Gak suka gue."

"Iyaiya deh. Yaudah yuk ke kelas." Dengan bersemangatnya Venus melingkarkan tangannya di lengan Lego dan menuntuh lelaki itu menuju kelas. Lupa kalau ada orang lain yang menatap kepergiannya dengan gejolak aneh yang muncul di dalam dadanya.

Namun belum terlalu lama Venus berjalan menjauh, gadis itu langsung menepuk keningnya dan menoleh kebelakang. Di lihatnya Roka yang masih berdiri di depan loker dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Bentar ya." Venus langsung melepaskan tangannya dan berlari menuju Roka.

Tanpa permisi gadis itu langsung mengecup pipi Roka dengan cepat sebelum akhirnya berkata, "Aku ke kelas ya." Setelah mendapatkan anggukan dan juga senyuman dari Roka, gadis itupun kembali berlari menghampiri Lego dan melingkarkan tangannya lagi.

Namun senyum Roka yang sebenarnya di paksakan itupun langsung runtuh seiring kepergian kekasihnya bersama dengan lelaki lain di tangannya.

Roka cemburu.

***

Padahal baru 3 jam ia duduk di dalam kelas dan memperhatikan gurunya itu menjelaskan. Hanya itu saja yang di lakukannya namun Lego merasa begitu lelah. Entah apa karena kanker itu membuatnya cepat lelah atau karena selama beberapa hari yang lalu ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berbaring, jadi ketika di gunakan untuk duduk berjam-jam tubuhnya malah tidak terbiasa.

"Ve." Lego menyenggol lengan Venus membuat gadis itu melirik. "Kenapa?" Tanyanya berusaha membagi fokusnya, karena guru yang menerangkan di depan adalah satu dari sederet guru yang paling tegas, ralat, paling galak di sekolah. Kalau sampai mereka ketahuan mengobrol, maka hukuman berlari mengelilingi lapangan pun akan tercipta.

"Gue lemes banget nih, gue gak tau kenapa." Lego langsung meletakan kepalanya di atas meja, tak kuat lagi menahan posisinya yang duduk tegap.

"Kenapa tiba-tiba? Tadi lo baik-baik aja?" Venus masih berusaha mengontrol raut wajannya meski sebenarnya ia benar-benar panik dengan keadaan Lego.

M A S C H E R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang