"Legoland!"
Lego menatap pintu kaca menuju balkon kamarnya yang belum tertutup oleh horden. Ia bisa melihat Oriza sudah berada di sana dengan cengiran khasnya. Pasti anak itu memanjat pohon lagi.
Lego pun menghela napas sambil turun dari atas kasur, padahal ia sudah lelah. Setelah beberapa hari berada di rumah sakit menjaga bundanya, hari ini akhirnya Milea sudah di perbolehkan untuk pulang. Sedikit banyak, Lego membantu Javier mengurus kepulangan Milea, kini Lego lelah dan ternyata ia di ganggu lagi oleh Oriza.
Setelah pintu balkon itu Lego buka, Oriza langsung berhamburan menuju tempat tidur Lego seperti biasanya. Lego hanya terduduk di pojok kasur sambil menyelimuti tubuhnya, yang meski sudah mengenakan jaket, namun masih merasa kedingingan. tentu saja karena hujan baru saja berhenti mengguyur tempat tinggalnya.
"Ikut Studytour gak?" Tanya Oriza. Anak itu menanyakannya dengan ekspresi yang lesu, membuat Lego tau kalau Oriza pasti tidak boleh ikut.
Lego langsung mengangkat bahunya, "Gak tau, belom nanya. Paling juga gak boleh." Dari nadanya yang malas-malasan Oriza sebenarnya mengira kalau Lego tak benar-benar ingin ikut.
"Yaudah ah gak usah ikut, temenin gue aja main PS di rumah." Ujarnya sedikit memelas agar Lego tak ingin ikut.
"Ya tergantung, kalo boleh ya gue ikut." Jawab Lego santai, meluruhkan tubuhnya kedalam selimut.
"Yaelah, paling juga gak boleh."
"Lah lo siapa? Bapak gue? Sotoy banget lo ngomong."
Oriza pun langsung menarik-narik kaki Lego yang berada di dalam selimut, "Yaelah Go.. gak usah apa. Kan gue jadi iri."
Lego langsung menggerak-gerakan kakinya agar Oriza melepaskan cengkramannya. "Ih, udah sono ah, capek gue mau tidur."
"AAHHHH LEGOO MAAHH.." Rengeknya dengan suara yang lebih kencang membuat lelaki di hadapannya langsung menutup kedua telinganya.
"Berisik banget sih lo Origopoli!"
"Oligopoli kali." Ujar Oriza membenarkan dengan wajah kecutnya.
"Bodo ah, sana lu pulang." Di usir seperti itu Oriza pun langsung ngambek, ia bahkan langsung pergi keluar dari kamr Lego tanpa melewati balkon, melainkan keluar lewat pintu. Hingga ia berpapasan dengan Milea di tangga.
Meski kebingungan, Milea tak bisa bertanya dengan Oriza, anak itu sudah main nyelonong pergi dari rumah itu tanpa mengatakan apapun. Milea pun langsung mengacuhkannya dan berjalan menaiki tangga dengan segelas susu cokelat di tangannya. Mungkin ia bisa bertanya kepada anaknya.
"Yang tadi keluar Oriza kan?" Tanya bundanya begitu membuka pintu kamar Lego tanpa mengetuknya, membuat anak itu sedikit terlonjat.
Lego menganggukan kepalanya mengiyakan, "Kok Bunda gak liat dia masuk ya? tiba-tiba aja keluar dari kamar kamu."
Lego langsung mengangkat kedua bahunya acuh, ia sedang lelah dan malas jadi yang di ucapkannya hanya, "Gak tau Bun, dia idup juga gak jelas."
"Eh kok ngomongnya gitu? Nih susu kamu." Melihat susu cokelat favoritnya itu di sodorkan, Lego pun langsung menegapkan tubuhnya lagi dan meminumnya. Rasa hangat dan manis yang menjalar di tubuhnya membuat penat-penatnya sedikit meluruh. "Bercanda Bun." Jawabnya.
Tangan Milea pun langsung terjulur mengelus puncak kepala Lego, "Yaudah, abisin. Terus tidur." Legopun langsung mengangguk patuh. Meski di kepalanya berputar sebuah ide yang entah bagaimana tiba-tiba muncul, terlebih saat memandangi Milea melangkah keluar, tersenyum sebelum menutup pintu dengan rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
M A S C H E R A
Teen Fiction•The missing piece of Alea Jacta Est• Selamat datang di pertunjukan paling spektakuler. Anda tak akan pernah tau topeng mana yang asli. Anda tak akan tau siapa yang sedang berpura-pura. Karena nyatanya, hidup ini hanya sebuah panggung. Para pemain m...