Jangan takut

6.3K 609 150
                                    

SEKETIKA mobil hitam yang tadinya tertinggal sedikit jauh dari mobil Javier itupun mengerem mendadak begitu melihat apa yang baru saja terjadi. Tabrakan beruntun sudah terjadi di jalan itu, tidak hanya jalan menuju Jakarta, namun dari arah Jakarta menuju bandung pun tersendat karena mobil Javier yang berbelok dan menerobos jalan lain, hingga truk menabraknya.

Ketiga sahabatnya itu langsung turun dari mobil tanpa peduli jika kunci mobilnya masih berada di sana dalam keadaan mesin menyala. Sirine mobil polisi sudah terdengar mendekat, namun sulit menerobos jalan itu karena memang kecelakaan beruntun itu memblokadir jalan.

Deva langsung mengecek samping kanan mobil yang tak tertutup truk. Ia melihat supir Javier yang menyembul keluar jendela yang pecah di selumuti oleh darahnya sendiri. Ia mendekatkan jarinya di leher lelaki itu tanpa risih dengan darahnya, lagi pula Deva adalah dokter. Namun nadi pria itu tidak ia temukan. Itu artinya, supir itu sudah tak lagi bernyawa. "Brengsek!"

Onad berusaha menggeser mobil itu dan mencari celah untuk melihat bagian kiri mobil, Sementara Fabian langsung mengecek bagian belakang. Ia melihat Lego yang ternyata tidak pingsan, meski ada luka di kepalanya. Tangan Javier masih setia memeluk tubuh lelaki itu, bisa Fabian simpulkan kalau Javier melindungi putranya itu. Padahal Javier berada di bagian kiri, yang otomatis langsung terkena tabrakan dari truk.

"Lego!"

Deva menoleh ke arah Fabian saat lelaki utu meneriakan nama Lego. Deva langsung ikut berpindah kebelakang mobil dan ia ikut melihat Lego dari celah belakang mobil yang sudah hancur, hampir tak berbentuk di bagian kirinya.

"Om! Tolong Ayah Om! Tolong Bunda." Ujarnya terlihat begitu ketakukan.

"Cek samping Dev." Deva langsung mencoba membuka pintu samping kanan, persis di samping Milea, namun pintu itu sepertinya terkunci dan kuncinya macet akibat kecelakaan, jadi ia tak bisa membuka pintu itu. "Gak bisa Fab."

"Sialan!" Fabian mengerang sebelum pandangannya terlempar kearah Onad, "Bisa Nad?"

Lelaki itu menggeleng setelah segala usahanya ternyata nihil, ada bagian dari truk yang menancap di mobil tersebut sehingga ia tak bisa menggesernya atau mencari cela dari arah kiri. Membuat Fabian langsung mengerang.

"Go, kamu gak apa-apa? Oksigen kamu gimana?" Mendengar pertanyaan Deva, Anak lelaki itu bahkan baru tersadar kalau selang oksigennya terlepas dari hidung, pantas saja ia merasa sesak sejak tadi. Ia langsung menoleh dan ternyata tabung oksigennya sudah bocor,

"Tabungnya bocor, Tapi aku masih bisa tahan. Yang penting Ayah sama Bunda dulu Om. Aku baik-baik aja."

Lagi-lagi Fabian mengerang. Lelaki itu langsung memutar dan menaiki mobil tersebut dari arah depan, meski sedikit kesulitan karena benda itu sudah benar-benar terlihat mengenaskan dan pecahan kaca dimana-mana. Tangan dan lutut Fabian sobek bahkan terluka saat memanjatnya.

"Lo mau ngapain?" Tanya Onad memandangi sahabatnya yang sudah berada di kap mobil.

"Gue mau pecahin kaca atas, gue harus ngeluarin mereka." Seru Fabian.

"Gue bantuin." Onad baru mengambik ancang-ancang untuk naik, namun Fabian langsung mencegahnya, "Gak perlu, ini mobil udah reot, kalo lo ikut naik yang ada ancur. Mending lo bantuin itu polisi tolol biar cepet ke sini."

Onadpun menganggukan kepalanya dan segera pergi dari sana, menghampiri arah sirine yang berbunyi. Sebenanrya polisi tersebut sedang mengefakuasi, namun belum sampai ke tempat mobil Javier berada.

"Lego." Panggil Fabian yang sudah berada di atap mobil, berpegangan pada kerangka truk yang kacanya sudah pecah itu.

Lego mendongakan kepalanya, karena memang kaca di atas kepalanya sudah pecah sedikit, sehingga ia bisa mendengar suara Fabian dengan jelas. "Kamu tutupi. Kepala kamu pake tangan. Agak geser kedepan, Om mau pecahin kaca ini."

M A S C H E R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang