"I wanna sleep next to you but that's all i wanna do right now."
TEPATNYA, Venus tak tau apa yang sebenarnya sedang terjadi. Para orang tua itu langsung pergi begitu saja meninggalkan Villa dan berpesan pada Venus dan Oriza untuk menjaga anak-anak mereka. Lalu tiba-tiba Onad, Ganis dan Bianca kembali ke Villa, mengatakan kalau Oriza dan Venus harus segera pergi ke rumah sakit. Otak Venus bahkan tidak sampai untuk memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi gadis itu malah tidak bertanya sama sekali.
Sejak pagi memang perasaannya sudah tidak enak. Entah apa itu. Dan Venus memang jadi lebih pendiam sejak pagi tadi. Di perintah ini-itupun gadis itu tak melawan ataupun bertanya, ia manggut saja dan menuruti kata-kata Bianca. Sekarang ia sudah berjalan di koridor rumah sakit bersama Oriza yang tampangnya sudah pucat. Sepertinya anak itu jauh lebih tau, ketimbang Venus. Sedangkan Ganis dan Bianca menunggu di Villa, menjaga anak-anak.
Langkah mereka terhenti, seiring gerakan Onad yang juga berhenti. Venus mendongakan kepalanya dan melihat papan berwarna biru yang menggantung di atas pintu itu. ICU.
"Biar Ori dulu ya Ve." Ujar pria itu dan Venus hanya mengangguk dengan patuh.
Orizapun langsung melangkah masuk. Menyisakan Venus dengan perasaan aneh yang bergemuruh di dadanya. Semakin lama semakin aneh. "Duduk dulu Ve." Ujar Onad yang sudah duduk di bangku panjang tepat di samping pintu ICU. Namun Venus masih mematung di sana, seolah ucapan Onad menguap begitu saja, tanpa sempat menyentuh telinganya.
Onad pun menjulukan tanggannya dan menggenggam pergelangan tangan Venus lembut, akhirnya gadis itu menoleh kearahnya, "Duduk dulu." Seru Onad sekali lagi. Kali ini gadis itu menurut, seperti robot yang di program untuk menuruti perintah Onad. Dengan pandangan kosong, ia pun mendudukan tubuhnya di samping Onad.
"Kamu tau Om Davi kan?" Mendengar nama itu di bawa kepermukaan, membuat gejolak aneh di dada Venus semakin menjadi-jadi. Venus tau, para sahabat Papanya itu selalu menghubungkan Lego dengan Davi. Dan Venus tidak suka. Lego kuat. Lego tak akan seperti Davi. Namun yang di lakukan gadis itu hanyalah menganggukan kepalanya.
"Om emang gak terlalu deket sama dia. Tapi berhubung Om Davi itu kembaran sahabat Om, jadi Om sering ketemu dia. Bantuin Om Deva, saat Om Davi sakit. Termasuk saat Om Davi kritis."
Venus masih terdiam, dalam hati ia tak tau arah pembicaraan lelaki di sampingnya ini. Dan sejujurnya, ia menolak untuk mengerti. "Saat di akhir hidupnya. Om ada di sana, nemenin Om Deva yang shock berat. Om liat semuanya, gimana hancurnya orang tua mereka, bahkan tante Bianca yang dulu itu pacarnya Om Davi—Tunangan malah."
"Dan Om juga tau gimana kacaunya mereka saat Om Davi meninggal. Bener-bener kacau sampe kita, para sahabatnya, hampir 24 jam ada si deket Om Deva. Nyemangatin dia, nenangin dia. Tante Bianca juga, apalagi dia cewek kan. Hampir tiap hari matanya sembab di sekolah. Pasti hampir tiap malem dia nangisin Om Davi. Itu wajar. Om ngerti." Onad berdeham, menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Ia bergeser sedikit untuk mencari posisi nyaman yang baru. Sedangkan Venus masih tidak bergeming.
"Karena terlalu sering sama-sama. Om Fabian sama Tante Bianca jadi deket. Mereka berdua pura-pura pacaran awalnya, supaya mantannya Om Fabian gak ngejer-ngejer dia terus. Sampe akhirnya jatuh cinta beneran. Klasik emang. Bahkan Om Fabian belajar giat banget supaya bisa keterima di luar negeri, supaya bareng sama tante Bianca yang emang dapet beasiswa."
Venus menautkan jemarinya, menggerak-gerakannya karena cemas melihat wajah Onad yang tiba-tiba berubah menjadi sangat serius. Kilatan di matanya mengisyaratkan kesedihan yang entah karena apa, namun Venus menjadi resah. "Bersama Om Fabian, Tante Bianca bisa ketawa lagi. Perlahan-lahan Tante Bianca bisa sembuh dari patah hatinya karena di tinggal Om Davi—enggak, dia emang gak bisa lupa sama Om Davi, tapi bukan berarti dia gak bisa buka hatinya buat orang lain. Dan Venus,"
KAMU SEDANG MEMBACA
M A S C H E R A
Teen Fiction•The missing piece of Alea Jacta Est• Selamat datang di pertunjukan paling spektakuler. Anda tak akan pernah tau topeng mana yang asli. Anda tak akan tau siapa yang sedang berpura-pura. Karena nyatanya, hidup ini hanya sebuah panggung. Para pemain m...