a fine day

8.8K 733 30
                                    

"....Gak ada olahraga, gak ada capek-capek, gak ada lari-larian." Tutur Milea sambil memasukan potongan roti kedalam kotak bekal untuk nantinya di bawa oleh Lego. Sementara yang di nasehati memutar matanya malas, mencoba mengacuhkan omongan bundanya yang sudah di ulang 3 kali.

"Lego denger bunda gak?" Yang di tanya hanya berdeham sebelum akhirnya menenggak susunya hingga tandas. Di serangnya, Javier hanya memandangi istri serta anaknya secara bergantian, tak berniat menambahkan karena ucapan Milea sudah lebih dari cukup.

"Kalo di tanya tuh jawab."

"Iya Bundaku sayang." Jawab Lego akhirnya.

"Jangan iya-iya aja."

"Ya terus aku harus apa?" Anak lelaki itu pun menghela napas, tak tau lagi harus menjawab apa, seolah apapun yang di ucapkannya salah.

Lego pun langsung berdiri dari bangkunya, bersiap untuk berangkat. Hal yang sama juga di lakukan oleh Javier karena ia yang akan mengantar Lego kesekolah.

"Inget ya, gak ada olahraga. Gak boleh capek. Makan jangan sembarangan. Kalo sakit langsung ke UKS aja, telpon Bunda atau ayah. Gak ada lari-larian, gak ada yang namanya maksain diri kalo udah gak kuat."

"Udah ih bunda ngomomg mulu." Anak itu langsung mengambil kotak makan dari tangan bundany dan memasukannya kedalam tas.

"Kamu tuh ya, ngejawab aja kalo di kasih tau." Lagi-lagi Lego hanya bisa menghela napas.

Anak itu hanya terdiam sambil menjulurkan tangannya bermaksud salim dengan Bundanya. Mileapun membiarkan Lego mengecup punggung tangannya sambil berucap, "Inget ya ucapan bunda."

"Hmm." Gumam Lego.

"Kalo di tanya tuh jawab, jangan ham hem ham hem aja." Protes Milea lagi.

"YaAllah, astaqfirullah, allahuakbar." Hanya itu yang Lego ucapkan sambil berlalu bergitu saja dan mengelus dadanya menahan rasa kesal.

Melihat kelakuan anaknya, Javierpun tertawa. Di kecupnya kedua pipi Milea sebelum menyusul anaknya keluar dari dalam rumah.

***

Lorong kelas itu mulai ramai di isi oleh beberapa siswa siswi yang berlalulalang. Ada yang sedang kejar-kejaran, ada yang bergosip di depan kelas, ada juga yang sedang berbicara dengan guru di depan ruang guru.

Venus menghela napas, lagi-lagi ia tak menemukan sosok itu dari jangkauan matanya. Terhitung sudah 4 hari Lego menghilang tanpa kabar. Semua orang seolah menyembunyikan lelaki itu darinya. Entah apa yang salah, kenapa ia tak boleh tau?

"Jadi, mau gak?" Suara Roka yang di iringi dengan bunyi keras loker tertutup pun akhirnya mengintrupsinya dari kegiatannya memandangi beberapa orang di sekitarnya. "Hah?"

"Kan bengong aja." Roka menyandarkan punggunya pada loker besi di belakangnya sambil menyampirkan tasnya di bahu sebelah kanan.

"Sorry-sorry, aku baru inget kalo ada pr." Ucapnya tidak 100 persen berbohong. Memang ia ada pr matematika namun ia sudah mengerjakannya dari semalam.

"Iyaudah, tapi jadikan nonton entar malem?" Tanya Roka lagi memastikan. Sebenarnya yang di ucapkannya sejak tadi adalah untuk mengajak Venus menonton di bioskop.

Baru saja Venus ingin menjawab ketika sosok yang di carinya muncul dari arah gerbang sekolah berjalan dengan santai sambil menarik-narik tali tasnya. Mata Venus seolah terpaku, tak bisa berpaling sedikitpun.

Mata mereka pun bertemu ketika langkah Lego semakin mendekti dirinya. Venus mencoba tersenyum namun lelaki itu sudah memalingkan wajahnya lagi, membuat niatannya runtuh seketika. Bahkan lelaki itu berlalu begitu saja melewatinya tanpa ada minat untuk menyapanya.

M A S C H E R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang