1.Alvin & Kevin

38.4K 1.9K 44
                                    

Seorang remaja berjalan perlahan menaiki barisan akan tangga. Sesaat dia tersenyum samar ketika melihat keadaan rumahnya yang sepi. Entah mengapa dia merasa kecewa, karena tidak ada seorang pun yang menunggu kedatanganya. Tapi apa boleh buat. Meskipun dia pulang larut malam atau tidak pulang sekalipun, tidak ada orang di rumah ini yang peduli tentang hal itu, tidak ada yang peduli terhadap dirinya.

Dia terus berjalan menyusuri ruang keluarga, menoleh sebentar ke arah jam yang tergantung di dinding, lalu berhanti tepat di depan sebuah pintu. Pintu kayu yang menjulang tinggi, yang di permukaanya di tempel sebuah papan kecil yang bertuliskan namanya.

Samar - samar ada perasaan ragu di hatinya saat ingin membuka pintu itu. Ada perasaan takut yang menyerang. Tapi itu tak berlangsung lama karena dia langsung menepis semua perasaan itu. Kemudian dia pun membukanya, membuka pintu kayu di hadapannya itu secara perlahan - lahan dan berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikit pun.

Ahh!

Dan al hasil, ternyata apa yang dia duga benar. Orang itu berada di kamarnya. Seorang remaja yang memiliki rupa sangat mirip dengan dirinya. Seorang remaja yang pernah berbagi rahim yang sama dengannya. Seorang remaja yang akan selalu dia temukan berada di dalam kamarnya bila dia pulang begitu larut, seperti saat ini.

Kevin mendesa dengan tampang malas. Kakinya melangkah mendekati remaja yang tertidur di sofa itu. Sesaat dia termenung memandangi sosok Alvin. Awalnya dia ingin langsung membangunkan saudara kembarnya, tapi entah mengapa saat melihat wajah kakaknya yang sedang tertidur lelap dia jadi ragu. Terlebih lagi saat ini wajah kakaknya itu terlihat pucat dan tampak lelah. Kalau sudah seperti ini mana tega dia membangunkan kakaknya. Karena dia tau persis, pasti sedari tadi kakaknya itu berusaha terus terjaga untuk menunggunya, hingga akhirnya dia pun ketiduran di sini.

Ya begitulah Alvin... Kembaranya yang begitu bodoh.

Kevin mengambil selimut yang terlipat rapih di atas temat tidur. Kemudian cowo itu pun menyelimuti tubuh Alvin.

Sesaat, sebuah senyuman tipis mengembang di bibirnya. Wajah Alvin terlihat damai. Dan jujur saja dia lebih suka melihat Alvin yang seperti ini, ketimbang dia harus melihat kakaknya merintih kesakitan saat penyakitnya sedang kambuh.

Tangan itu bergerak ingin menyentuh rambut Alvin. Tapi sebelum sampai menyentuh rambut kembarannya gerakannya terhenti. Sorot mata sendu itu pun muncul. Hal yang tidak boleh dia lakukan dan sangat ingin dia lakukan. Sesuatu itu telah terpecah dan terbatas oleh dinding tinggi yang tak kesat mata. Rasanya sangat menyakitkan, tapi itu adalah jalan yang telah dia pilih. Dan dia tidak bisa mundur lagi.

Kevin berbalik, pria itu ingin pergi meninggalkan kakaknya. Dia pikir mungkin jaun lebih baik bila dia secepatnya keluar dari kamar ini dan tidur di ruang keluara seperti biasa. Karena pada dasarnya dia kurang suka bila harus berada dalam satu ruangan yang sama dengan kakaknya. Meski kakaknya tidak mengganggu dan dalam posisi tidur sekalipun, tapi rasa cangguh dan tidak nyaman itu selalu ada.

Pria itu melangkahkan kaki ingin pergi meninggalkan Alvin tapi baru beberapa langkah dia menghentikan langkahnya saat dia merasa ada seseorang yang memegang lengannya. Kevin pun berbalik dan menemukan sosok Alvin yang sudah terbangun dengan posisi duduk.

Mata Alvin menatap lekat dan menyelidik ke arah kembarannya. Sedangkan Kevin, pria itu menatap kakaknya malas sembari melepas tagan kakaknya yang memegang lenganya.

Alvin melirik kearah jam tanganya. Sekarang sudah pukul 4 pagi, Dia mendesa.

"Kenapa baru pulang?" tanya Alvin menyelidik, dia benar - benar tidak mengerti kenapa adiknya ini selalu pulang larut malam.

"Bukan urusan, Lo!" Saut Kevin ketus, dia menguap sembari menggaru-garuk kepalanya."Lagian dari pada lo ngurusin orang lain mending lo urus, tuh diri lo sendiri. Biar gak selalu ngerepotin orang lain." Lanjut Kevin pedas.

ANOTHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang