38. Pain

22.7K 1.5K 104
                                    

Saat harapan indah itu menjadi mimpi buruk, saat kasih itu menjadi sebuah luka. Mungkinkah akan ada kebahagiaan di akhir cerita itu? Mungkinkah semuanya akan baik-baik saja hingga ujung cerita itu datang?

Di dalam kegelapan aku terus mencari dan berharap kalau setitik cahaya harapan dapat aku temukan. Namun sialnya semakin aku berjalan ke bagian paling dasar hanya gelap lah yang aku temukan dan hanya keputusasaan yang aku dapat.

Lalu Tuhan, bila sudah seperti ini apa yang harus aku lakukan?

Mata itu terbuka perlahan lahan. Dengan nafas yang semakin memendek dan sekujur tubuh yang mulai mati rasa, dia berusaha keras untuk tetap menjaga kesadar. Meski matanya sudah terasa berat namun dia sekuat tenaga berusaha untuk tidak menutup matanya.

Hingga Sosok ayah dan bunda pun muncul. Sosok dua orang yang sangat dia cintai.

Dengan seulas senyum teduh yang menghiasi bibir mereka. Dengan tangan bunda yang menggenggam tanganya erat. Dengan tangan ayah yang mengelus pucuk kepala kevin penuh kasih. Kevin begitu bahagia. Untuk pertama kalinya. Meski ini hanyalah sebuah ilusi namun entah mengapa hal itu mampu membuat hati Kevin menjadi senang.

Karena sesuatu yang sangat kevin riduka bisa dia dapatkan saat ini. Meski ini untuk yang terahir kali Kevin bisa melihat mereka. Meski ini adalah perpisahan. Setidaknya untuk yang terahir kali Kevin bisa merasakan hangatnya tangan ayah yang mengelus pucuk kepalanya.

"Ayah... Buda...Adek capek, jadi boleh kan adek istirahat sekarang?"

Mata sayup itu pun terturup saat tubuh lemahnya di bawa masuk ke dalam ruang UGD.

*****

Di depan pintu ruang UGD Bayu terduduk lemas, pikiranya kacau tak karuan. Ingin sekali dia memukuli orang atau mengacak-acak rumah sakit ini guna menghilangkan perasaan sesak dan rasa takut yang sedang menyerang hatinya. Namun Bayu tau, meski dia sudah melakukan hal itu, hal itu masih belum cukup melegakan hatinya. Karena yang dia butuhkan saat ini adalah konfirmasi dari Dokter Aldi yang telah menyatakan bahwa kondisi adik angkatnya telah baik dan tak perlu di kawatirkan lagi. Namun sialnya sampai saat ini pintu ruang UGD itu belum juga terbuka.

Setelah menyakisiak Kevin kembali tumbang tadi di taman, perasaan takut dan gelisa terus menghantui Bayu dan menyiksa batin Bayu hingga membuat Bayu sulit bernafas.

Memang, ini bukanlah pertama kali Bayu menyaksikan adik angkatnya tumbang---karena kondisi Kevin yang semakin buruk membuat anak itu sering tumbang di hadapan Bayu---Namun tadi, Kevin sempat muntah darah beberapa kali sebelum anak itu tak sadarkan diri dan hal itu lah yang membuat Bayu terus ketakutan. Karena Bayu tau kalau kondisi Kevin sudah sangatlah buruk. Karean mengingat bahwa saat anak itu drop jantungnya sering melemah. Jadi kemungkinan terburuk bisa saja terjadi pada Kevin saat ini.

Mengingat hal itu membuat Bayu mendengus kesal kemudian mengacak rambutnya kasar. Padahal di dalam ada Dokter Aldi, ayah Bayu yang sedang menagani Kevin, tapi tetap saja perasaan Bayu masih tak bisa tenang. Dia sangat takut... Takut kalau Kevin akan menyerah di sana dan meninggalkan dirinya, takut kalau adik angkatnya itu lebih memilih pergi bersama Vino ketimbang tetap di sini bersama dirinya. Bayu benar-benar takut, dia tak mau hal buruk itu terjadi.

Mata Bayu tertutup sesaat lalu kembali terbuka dan menangkap sosok Alvin yang masih berdiri di depanya dengan tatapan kosong yang terus menatap lekat ke arah telapak tanganya yang berlumuran darah Kevin. Bayu hampir lupa kalau di sini juga ada Alvin.

Dengan tubuh yang masih lemas Bayu memaksakan diri bangkit dari duduknya lalu mendekat pada Alvin. Bayu tau Alvin pasti sangat terguncang saat ini. Terlihat jelas dari wajah pucat Alvin, tatapan kosong yang terus menatap darah di telapak tanganya, air mata yang terus mengalir tanpa isakan yang terdengar serta tubuh Alvin yang terus gemetar. Anak itu pasti sangat syok.

ANOTHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang