47. Perpisahan

26.1K 1.5K 92
                                    

Di taman dekat padang rumput itu Kevin duduk di salah satu anyuna sembari mengayun-ngayunnya pelan. Untuk sesuatu yang dulu sangat Kevin sukai, hal tersebut begitu mengasikkan. Terlebih lagi saat ini tidak ada siapa-siapa yang membuat Kevin tak perlu malu untuk bermain ayunan, jadi dia tak perlu takut di bullying dan dikatain MKKB (masa kecil kurang bahagia)

Sesekali Kevin mengayunkan ayunanya lebih kencang dari sebelumnya. Dengan mata yang terpenjam dia menikmati kesejukan angin yang menerpa tubuhnya lembut.

Kalau bermain ayunan seperti ini Kevin jadi ingat dengan kejadian waktu kecil, saat Kevin terjatuh dari ayunan karena Kak Alvin mendorong ayunannya terlalu kencang. Saat itu kepala Kevin terbentur aspal dan berdarah. Harusnya sih, saat itu Kevin yang menangis. Namun bukannya Kevin yang menangis, Alvin malah menangis kencang. Lucu, kan? Terus Alvin pun menggendong Kevin sampai rumah. Memijat Kevin dan memberikan beberapa coklat payung yang dia simpan pada Kevin.

Alvin memang kakak yang baik bukan? Dia selalu membela Kevin dan melindungi Kevin. Dia satu-satunya orang di rumah yang peduli pada Kevin, meski bunda dan ayah mengabaikan Kevin. Dia adalah Kakak kesayangan Kevin. Jadi itulah alasan kenapa dia memberikan semuanya untuk Alvin.

Ahh.. Kevin jadi rindu pada kakaknya itu.

Kevin membuka matanya perlahan-lahan. Niat awal, sih ingin kembali memandangi langit namun tiba-tiba...

BRUKK!!

Tubuh Kevin terjatuh ke aspal ketika dia menghentikan ayunannya secara mendadak. Untuk sesaat, cowo itu merintih kesakitan akan benturan, namun sedetik kemudian dia langsung memfokuskan pandanganya pada seorang cowo yang kini berdiri di hadapannya. Seorang cowo yang sangat Kevin kenal dan sedang Kevin rindukan.

Apa mungkin saat ini Kevin sedang berdelusi? Kenapa kakaknya bisa ada di tempat ini?

Kevin mengerjap-ngerjap kan matanya meyakinkan dirinya bahwa dia tak sedang berhalusinasi. Dan nyatanya dia memang sedang tiadak berhalusinasi. Sosok kakaknya itu nyata, dia bukan bayanganya. Karena saat Kevin menggapai uluran tangan Alvin, tangan kakaknya itu bisa tersentuh.

Lalu apa yang terjadi?

"Ke.. Kenapa Kak Alvin ada di sini?" Kevin kebingungan. Dan Alvin pun bukannya menjawab malah berdecak dan balik bertannya dengan nada kesal.

"Harusnya gua yang nanya ke lo, kenapa lo gak balik-balik, anjir!!" tanpa terduga tangan Alvin mencengkram kerah baju Kevin kencang. Membuat Kevin hanya terpaku dengan perasaan bingung. "Lo tau?! Di sana gua nungguin lo bangun sampe bosen?! Semua orang pada sedih ngelit lo cuman tidur! Ayah sama bunda nangis terus gara-gara lo gak mau bangun! Lo itu emang adek kurang ajar, ya.. Gak tau diri! ngeselin! Ahh, Shit!!" cengkraman itu terlepas diiringi dengan hembusan nafas berat Alvin.

Sedangkan itu, Kevin yang diberondong omelan Alvin hanya terdiam atas keterkejutannya. Hatinya terasa nyeri mendengar lontaran kalimat yang kakaknya berikan.

Alvin bilang, kalau semua orang pada sedih karena dirinya yang hanya tidur, dan Alvin juga bilang kalau ayah dan bundanya terus menangis karena hal tersebut.

Apa Kevin boleh mempercayai ucapan kakaknya itu? Apa Kevin boleh berharap lagi?

'Bunda dan ayahnya sedih karena dia cuman tidur? Bunda dan ayah menghawatirkan Kevin.' Itu adalah sebuah hal yang sangat Kevin inginkan sejak dulu. Sesuatu yang membuat Kevin bertahan dulu. Sesuatu yang Kevin rindukan.

Seulas senyum tipis pun terukir di bibir Kevin. Ada sebuah kehangatan yang Kevin rasakan saat ini. Namun itu hanya sesaat, sebelum dia kembali mengingat bagaimana bencinya ayah pada dirinya. Mengingat semua perlakuan buruk ayahnya dan kata-kata kejam yang ayahnya lontarkan padanya disetiap kali bertemu. Kemudian, Senyuman itu pun luntur begitu saja tergantikan dengan wajah sedih yang kembali terhias.

ANOTHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang