32. Langit dan Bintang

20.7K 1.5K 43
                                    

Kevin berjalan keluar dari kamar rawat Alvin dengan lesu dan tampang muram.

Setelah menginterogasi adiknya tadi, Alvin langsung meringkuk di kasur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Ini adalaha hal yang selalu anak itu lakukan bila sedang ngambek dan marah pada ayah serta bundanya, namun kenapa juga kakaknya itu melakukan hal yang sama pada Kevin. Memangnya Kevin salah apa?

Kevin menghempaskan nafas lelah, padahal di sini dia yang dipukul oleh ayahnya dan itu adalah hal biasa. Jadi kenapa Alvin harus marah pada Kevin saat tau bahwa Kevin kembali lagi di pukul oleh ayah dan menyembunyikanya dari Alvin? Memangnya apa urusan Alvin, toh meski anak itu tau tidak akan ada yang berubah. Dan mungkin ayahnya akan semakin benci pada Kevin, bila Alvin sampai mempermasalakan hal itu. Ahh, Kevin benar-benar tidak tau apa yang harus dia lakukan.

Langkah kaki Kevin tiba-tiba terhenti. Matanya terfokus ke sebuah pemandangan yang dengan seketika berhasil membuat dada anak itu menjadi sesak. Rasanya sakit, sungguh. Ini lebih menyakitkan dari pukulan ayah. Ini adalah sesuatu yang tak pernah ingin Kevin lihat.

Kenapa mereka bertengkar lagi? Kenapa bunda menanangis? Apa itu semua karena dirinya? Kevin membatin.

Untuk sejenak dia hanya terdiam memantung di sana, memperhatikan gerak-gerik kedua orang tuanya.

****** A N O T H E R*******

Alvin menoleh ke arah Mika yang hanya diam sejak kembali ke kamar. Ini adalah hal yang jarang terjadi, karena biasanya wanita itu akan langsung menghampiri Alvin, duduk di samping ranjang putranya itu lalu memanjakan putranya itu bagaikan seorang pangeran. Namun tadi bundanya itu langsung masuk dengan wajah muram dan duduk di sofa mengabaikan Alvin. Jadi pasti ada yang telah terjadi dengan bundanya. Terlebih lagi, mata bundanya terlihat bengkak seperti habis menangis.

Ahh, sungguh, Memikirkan hal itu membuat dada Alvin menjadi sedikit sesak. Pasti telah terjadi sesuatu, Alvin benar-benar yakin. Dan sepertinya dia tau apa yang telah terjadi.

Tanpa banyak berfikir lagi Alvin pun bangkit dari tidurnya. Berjalan mendekati sang bunda, duduk di sampingnya, lalu memeluk wanita itu dan mengecup pipinya.

Mika pun tersenyum melihat kelakuan putranya yang manja itu, lalu mengelus pucuk kepalanya penuh kasih.

"Bunda kenapa?" Tanya Alvin lembut. Untuk seperdetik Mika tak langsung menjawab pertanyaan Alvin, wanita itu melepas pelukan putranya dan menatap wajah putranya lekat.

"Bunda gak papa, kok." Jawab Mika kemudian, namun jawaban itu belum bisa memuaskan Alvin. Karena anak itu tau bahwa ibunya saat ini sedang berbohong.

"Bunda bohong, kalau gak kenapa-napa, kenapa mata bunda bengkak?" Mika tak menjawab pertanyaan putranya, wanita itu malah memalingkan pandangannya dari Alvin dan bangkit dari duduknya. Kalau sudah seperti ini menghindar dari Alvin adalah cara terbaik. Karena Mika tak mau anaknya itu mengetahui masalahnya.

"Bunda gak papa, bunda cuman kurang tidur." Jelas Mika sembari melangkah. Namun baru beberapa langkah langkahnya kembali terhenti saat Kevin kembali bersuara.

"Aku tau Bunda abis berantem sama ayah, kan?" Tebak Alvin telak membuat Mika terpaku di tempat. Anak itu memamerkan Seulas senyum seandainya. "Bunda gak bisa bohong sama aku."

"Kamu itu bicara apa? Lebih baik kamu isti...."

"kalau.." Jedah sebentar. "Kalau Misalnya Bunda mau bercerai sama ayah, aku gak masalah."

Deg!

Jantung Mika serasa berhenti saat mendengar ucapan putranya. Kali ini wanita itu berbalik dan menatap anaknya tepat di manik mata. Rasanya begitu menyakitkan, sungguh. Mendengar ucapan putranya yang mengatakan bawa dia menyetujui perceraian itu rasanya sangat menyakitkan.

ANOTHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang