40. Koma 2

22K 1.6K 108
                                    

Keheningan menemani langkah kedua ayah itu.

Selama berjalan ke ruangan Aldi, tak ada satupun yang berniat membuka mulut. Baik Alex maupun Aldi, mereka berdua hanya terfokus pada pikiran masing-masing. Alex dengan kegundaanya dan Aldi dengan rasa marahnya yang sejak tadi dia coba hilangkan. Karena benar saja, sejak melihat sosok Alex pertama kali tadi, tangan Aldi sudah gatal ingin menghajar Alex. Rasanya dia ingin mengambil pisau bedahnya lalu mencabik-cabik tubuh Alex atau mengambil hatinya dan menggorengnya. karena percumah juga orang itu punya hati tapi hatinya tak pernah digunakan, kan mubazir.

Setelah kedua pria itu masuk ke dalam ruangan. Aldi menutup pintu di hadapanya lalu berbalik memandang ayah dari anak angkatnya itu. memandangnya lekat tanpa bergeming, lalu...

Bug!!

Tinju itu mendarat tepat ke wajah Alex dan membuat Alex tersungkur ke lantai. Alex pun meringis kesakitan akibat pukulan Aldi. Pria itu menyentuh sudut bibiranya yang mengeluarkan darah. Kemudian menatap ayah dari sahabat anaknya dengan pandangan penuh tanya. Dia tak berniat memabalas, namun Alex benar-benar bingung maksud Aldi memukulnya. Atau mungkin Aldi memukulnya karena tempo hari dia--- Alex--- pernah memukul Bayu.

Aldi mengerang kesal, dia memejamkan matanya sesaat, menghembuskan nafas panjang mencoba menenangkan pikiranya lalu mengulurkan tanganya pada Alex.

Dia kelepasan, sungguh. Dia tak ada niat untuk memukul Alex. Tapi sialnya, emosi yang terus dia tahan membuat tanganya bergerak dengan sendirinya lalu memukul Alex. Karena benar saja, ayah mana yang tidak emosi saat bertemu dengan seseorang yang selalu melukai anaknya dan ingin membunuh anaknya. Karena Ayah yang waras pasti akan dendam dengan orang itu dan ingin membunuhnya.

Yaa Meski Kevin bukan anak kandung Aldi. Tapi bagi Aldi, Kevin sudah seperti anaknya sendiri. Karena meski tak memiliki ikatan darah namun Aldi lah yang selalu berada di samping Kevin dan menyaksikan Kevin jatuh bangun dengan seribu luka yang selalu anak itu dapatkan dari Alex. Jadi, jangan aneh bila Aldi sangat emosi saat ini dan ingin membunuh Alex.

"Maaf, aku lepas kendali." Tutur Aldi tulus sembari tersenyum ramah.

Sedangkan Alex yang melihat perubahan emosi Aldi menjadi kesal. Pria itu menepis uluran tangan Aldi dan bangkit dari posisinya. Kemudian Aldi pun mempersilahkan Alex duduk di depan meja kerjanya. Sebenarnya dulu mereka memiliki hubungan yang cukup dekat, karena dulu sebelum Vino meningga dia mengalami koma dan di rawat di rumah sakit Aldi dan juga karena Aldi adalah ayah dari sahabat Vino. Namun setelah Vino pergi, hubungan mereka pun mulai merenggang.

Satu menit, dua menit, lima menit, tak ada yang mau memulai pembicaraan baik Aldi atau pun Alex mereka hanya bungkam. Hingga Aldi memecah keheningan dengan menanyakan sesuatu yang sangat ingin dia tanyakan pada ayah kandung dari anak angkatnya itu.

"Kamu tak ingin menanyakan keadaan putramu saat ini?" jedah sesaat. Tak ada tanggapan dari Alex dan senyuman sedih pun terlukis di bibir Aldi. "Dia keritis... Dan mungkin dia tak akan bertahan lama."

Deg!

Kali ini jantung Alex serasa berhenti berdetak saat Aldi mengatakan keritis. Rasanya begitu sesak dan sakit. Alex terkejut namun pria itu masih berusaha tenang denagn ekspresi wajah datarnya. Dan tentunya hal itu membuat Aldi menghela nafas jegah.

'Benar-benar ayah yang kejam. Karena kalau ayah yang benar, pasti akan menangis saat mendengar keadaan anaknya seperti itu dan memohon pada sang dokter untuk kesembuhan anaknya. Namun apa ini? pria itu hanya diam.

Sebenarnya Alex bukanya tidak ingin tau atas kondisi Kevin. Sejak melihat Kevin terbaring tak berdaya di ruangan itu Alex sangat ingin menanyakan tentang kondisi putranya itu. Dia merasa takut, kawatir, dan cemas akan kondisi Kevin, apalagi ini baru pertama kalinya dia melihat Kevin seperti itu, namun sisi dirinya yang lain merasakan sebaliknya dan membuat Alex bingung untuk bertindak.

ANOTHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang