5. Voice

26.4K 1.9K 106
                                    

Hati itu bagaikan sumur dalam yang berisi ketulusan, dan ego itu bagaikan tanaman menjalar yang memagari sumur. Saat pintu sumur tertutup dengan ego. Maka suara hati tidak akan bisa terdengar ke permukaan. Dan luka akan muncul tanpa bisa di sembuhkan.***ANOTHER 🍀

Di taman sekolah.

Sambil melipat tangannya di dada Reina menatap sosok Alvin dengan tatapan lekat dan menerawang. Memperhatikan cowo itu dari ujung sepatu sampai atas kepala. Mengamati Alvin dengan sangat teliti tanpa ada yang terlewati.

Lesu dan pucat. Dua hal itu yang Reina dapat. Kemudian setelah puas dia mengamati dia pun kembali duduk di samping Alvin.

Alvin hanya diam melihat kelakuan gadis di hadapannya itu tanpa merasa aneh. Ini adalah hal yang akan Reina lakukan saat gadis itu merasa kahwatir terhadap keadaan Alvin. Pasalnya Alvin itu orangnya batu, jarang mau jujur dengan apa yang sedang dia rasakan. Selalu pura-pura kuat di depan orang lain padahal dia lagi kesakitan di dalam. Dia itu bodoh. Dan lagi Reina tau bahwa Alvin mengidap penyakit yang tidak bisa di bilang ringan.

"Jadi.." Reina mulai bersuara.

"Jadi?" Alvin mengulang ucapan Reina dengan wajah bingung.

"Are you okay?" Tanya Reina.

"I'm okay." Jawab Alvin.

Namun jawaban itu membuat Reina menghela nafas. Jelas-jelas sangat terlihat, hari ini Alvin sedang tidak baik-baik aja. Wajahnya pucat, tampangnya lesu, dan tadi sebelum gadis itu menghampiri Alvin dia sempat mendapati Alvin yang sedang memegangi dadanya. Tapi tuh anak masih gak mau jujur. Dan itu sangat menyebalkan.

"Gua ragu." Sangkal Reina. "Muka lo hari ini pucat banget, asli! Lo udah minum obat, kan?"

"Udah." Alvin mengangguk mantap.

"Udah makan?"

"Udah."

"Dada lo kerasa sesek?"

"Enggak." Kali ini Alvin menggeleng pelan.

Dsuguhi dengan berbagi macam pertanyaan membuat Alvin menghembuskan nafas berat. Cowo itu menatap Reina lekat. Menatap wajah kawatir Reina dengan sorot mata sendunya.

Sumpah, dia paling gak suka ngeliat wajah Reina yang seperti ini. Dia paling gak suka ngelihat Reina yang kawatir tentang dirinya.

"Gua okay, Reina Raisya Putri. gua baik-baik aja. Jadi jangan pasang muka begitu dan jangan nanya-nanya hal gak penting mulu ke gua. Karna kalau lo gini terus gua bakal ngambek nih." Ancam Alvin.

Cowo itu berlaga pura-pura ngambek dengan mengerucutkan bibirnya dan mengganti posisi duduknya membelakangi Reina, dia menghela nafas dan bergumam."Gua ngerasa lagi di interogasi di kantor polisi, padahal gua gak ngelakuin kejahatan apapun."

Reina merengut dan mendesa.

"Abis lo gak mau jujur ke gua." Keluh reina kesal. "Kan gua jadi sebel." Kali ini Alvin kembali menghadap ke Reina. Cowo itu menatap sosok Reina dengan tatapan penuh arti.

"Gak jujur gimana sih, Rei? Gua udah jujur, sejujur-jujurnya." Jawab Alvin lembut.

"Bohong!" Sangkal Reina yakin.

Entah mengapa kedua pasangan itu selalu bertengkar dengan konflik ya sama.

"Tuh, lo aja gak percaya sama gua."

"Ya karna lo gak pernah mau jujur ke gua Alvinnn." Saut Reina, dan tiba-tiba nada suaranya merendah. Panggilan 'aku kamu' yang sangat jarang dia pakai pun terucap di bibirnya.

ANOTHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang