Saat rasa lelah itu sudah menyiksa, mungkin mengakhiri semuanya adalah jalan termudah.***ANOTHER
Mata sayup Alvin terbuka perlahan-lahan. Denagn wajah sepucat pasir dan keringt dingin yang membanjiri sekujur tubuhnya, cowo itu terus menekan dadanya yang terasa sesak. Berharap bahwa rasa sesak itu cepat menghilang dari dadanya, namun hasilnya sia-sia. Karena, meski dia meninggikan posisi kepalanya dengan menumpuk dua bantal untuk sandaran atau memiringkan tubuhnya tapi rasa sesak itu tak juga hilang, bahkan malah menjadi semakin parah dan membuat dia semakin sulit bernafas. Cowo itu melirik ke arah meja belajarnya dan terfokus ke benda berbentuk tabung kecil yang tergeletak di sana. Samar-samar ada sorot mata sendu dan kesedihan yang tersirat di mata tajam Alvin. Sudah dua hari dia menahan diri untuk tidak minum obat dan mungkin ini adalah batasanya.
Cowo itu bersusah payah bangkit dari tidurnya. Dengan nafas yang semakin memendek dan tubuh lemasnya, dia berjalan mendekat ke arah meja belajarnya yang terletak sepuluh langkah dari tempat tidurnya. Pandangannya mulai berkunang-kunang namun dia tetap menguatkan diri. Tangannya semakin kuat mencengkeram dadanya, rasa sesak dan sakit di dadanya itu benar-benar membuat dia tak berdaya. Bibir dan ujung jari-jarinya pun sudah mulai membiru. Satu langkah lagi dan dia bisa mendapatkan benda penghilang rasa sakitnya.
Lalu saat dia sudah sampai di depan meja belajarnya tanpa ragu dia meraih botol obatnya. Namun sial, saat tangannya berhasil mendapatkan obat itu pandangannya berubah gelap dan...BRUKK!
Tubuh itu pun ambruk dengan kesadaran pemiliknya yang menghilang.
*****💕
Matahari mulai menunjukan sosoknya dan menghangatkan seluruh mahluk di muka bumi. Di dalam sebuah kamar bernuansa langit, seorang cowo menatap bayanganya di cermin. Dengan balutan seragam putih abu-abu dia sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Sesaat dia menoleh ke arah jendela dan menatap lurus ke arah langit. Pagi ini langit nampak cerah dan dia sangat suka itu. Semoga hari ini bisa menjadi hari yang lebih baik dari kemarin.
Sesaat sebuah senyum sendu terhias di bibir Kevin ketika mata tajamnya tak sengaja mendapati plastik putih kecil yang tergeletak di atas meja belajarnya. Plastik itu berisi obat-obatan yang di berikan Bayu kemarin. Obat-obatan peredam rasa sakit yang awalnya ingin dia buang namun dia urungkan setelah semalam dia harus kembali bertarung dengan rasa sakit di kepalanya.
Kevin mengambil bungkusan itu lalu memasukannya ke dalam tas. Cowo itu pun keluar dari kamar. Jam masih menunjukan pukul 05.30 wib, tapi anak itu sudah ingin berangkat ke sekolah. Hal yang selalu dia hindari, siapa lagi kalau bukan keluarganya. Kadang dia merasa sedih karena tak bisa bergabung bersama mereka-keluarganya-namun apa boleh buat, karena bila dia menjadi bagian dari mereka, dia hanya akan menjadi luka untuk mereka nantinya. Jadi menjauh adalah cara terbaik.
Kevin menghentikan langkahnya di depan pintu kamar saat mendengar kegaduhan dari kamar kakaknya yang berada di sebelah kamarnya. Dengan kening yang berkerut dalam cowo itu menatap lekat ke arah pintu kamar Alvin yang masih tertutup rapat. Ini adalah hal yang jarang terjadi dan tentunya hal tersebut membuat dia penasaran. Dia ingin tau apa yang terjadi di kamar kakaknya. Namun niatan itu langsung menghilang saat sosok Sang Bunda keluar dari kamar Alvin dengan isakkan tangis yang terdengar begitu memilukan di telinga Kevin. Dan lagi, selang beberapa detik Sang Ayah juga keluar dari sana. Keluar dari kamar Alvin sambil menggendong tubuh kurus Alvin di punggungnya yang kini sedang tak sadarkan diri.
Kevin terpaku di depan pintu kamarnya. Matanya membulat sempurna, Sekujur tubuhnya bergetar hebat dan wajahnya pun memucat. Pemandangan yang tak pernah ingin dia lihat. Sesuatu yang selalu dia pinta pada Tuhan supaya tak pernah terjadi. Ketakutan yang selama ini selalu berusaha untuk dia redam, tiba-tiba datang dan menyerang hatinya. Membuat tubuhnya lemas seketika, membuat jantungnya serasa berhenti berdetak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER (END)
Teen Fiction"Karena gua kakak lo! Gua yang akan ngelindungin lo! bukan lo yang melindungi gua! jadi jangan bersikap seolah-olah lo pelindung gua dan bikin gua keliatan kaya kakak yang gak berguna!" Alexandar Alvin. "Apa lo tau seberapa takutnya gua saat lo di b...