"Di dunia ini ada sesuatu yang bisa kita dapatkan dengan mudah dan ada sesuatu yang meski kita sudah berusaha keras tapi tetap tidak bisa kita dapatkan. Seperti kasih sayang dari Ayah, itu adalah hal yang sangat sulit aku dapatkan." ****Kevin🍀
Alvin kembali mengenakan kemeja putihnya. Setelah selesai melakukan berbagai pemeriksaan pada tubuhnya. Anak itu disuruh menunggu, dan di sinilah dia berada sekarang, di sebuah ruangan bernuansa putih dengn aroma kas obat yang paling Alvin benci. Tempat yang selalu dia kunjungi saat tubuhnya tak mau mengikuti kehendaknya lagi.
Sesaat cowo itu menghirup nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan, menimbulkan sedikit rasa lega pada dadanya yang terasa sedikit sesak. Dia memejamkan matanya dan membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Suara detak jarum jam menemani keheningan di ruangan itu.
15 menit sudah berlalu sejak Ayah dan Dokter Fadil pergi untuk membicarakan perihal keadaan tubuhnya, namun hingga saat ini dua orang itu belum juga kembali.
Ini adalah pemeriksaan rutin yang selalu Alvin lakukan di setiap bulan. Dia sudah terbiasa denagn berbagai pemeriksaan yang dilakukan oleh Dokter Fadil pada tubuhnya. Seharusnya tidak ada rasa takut atau khawatir lagi pada dirinya, tapi saat ini perasaan itu terus muncul dan memenuhi hatinya. Membuat dadanya terasa sesak dan penat. Untuk sesuatu yang tak dapat dia kendalikan. Untuk sesuatu yang tak dapat dihindari. Kenyataan pahit bahwa waktu yang dia punya tak akan lama lagi. Rencana Tuhan yang tak dapat dia tolak. Sesuatu yang belum sempat dia lakukan. Semua itu yang selalu membuat dia merasa takut.
"Tidak bolehkah aku bersikap egois untuk kali ini Tuhan? tidak bolehkah aku meminta untuk bisa bersama mereka lebih lama lagi. Mungkin samapi aku menikah, atau sampai aku bisa melihat dia menikah."
Alvin menutupi matanya yang terus mengeluarkan kristal bening dengan sebelah lengannya. Isak tangis yang sempat tertahan pun keluar dari mulutnya. Memecah kesunyian yang beberapa saat lalu menemaninya. Untuk ke sekian kali cowo itu kembali terjatuh ke jurang keputusasaan. Tenggelam di dasar jurang dan mati di sana bersama rasa sakit yang tak dapat tertahankan.
Tanpa Alvin sadari sedari tadi di balik pintu, berdiri seorang cowo yang memiliki rupa yang sama dengannya. Seorang cowo yang juga merasakan rasa sakit dan luka yang sama dengannya. Seorang cowo yang pernah berbagi rahim yang sama. Siapa lagi kalau bukan Kevin.
Sedari tadi setelah melihat Ayahnya pergi dari ruang rawat Alvin cowo itu terus mematung di sana. Mendengarkan isak tangis kembarannya yang terdengar memilukan ditelinga. Ingin sekali cowo itu masuk ke dalam untuk menemani sang kakak. Tapi itu adalah hal yang tak dapat dia lakukan. Karena batasan itu tak boleh dia lewati, batasan untuk sesuatu yang disebut sebagai kebaikan.
Setelah mendapat kabar dari Iqbal bahwa kembarannya dijemput oleh sang Ayah. Tanpa berpikir panjang Kevin langsung pergi ke rumah sakit tempat biasa Alvin check-up. Dia hampir lupa kalau hari ini kakaknya ada jadwal check-up. Untung saja Iqbal memberitahukan dia informasi penting itu, kalau tidak mungkin check-up kali ini akan terlewati.
Selama ini meski tidak terlihat, Kevin selalu ada di samping Alvin. Dia tak pernah absen saat Alvin berkunjung ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Dia akan menemani sang kakak sampai pemeriksaan itu selesai. Bila sang kakak harus dirawat di rumah sakit karena kondisinya yang buruk. Kevin pun akan ikut bermalam di sana. Meski tidak dapat masuk ke dalam kamar Alvin dan menemani kakaknya di dalam sana. Meski dia harus tidur di koridor rumah sakit dan berteman dengan dinginnya malam, itu bukan masalah. Meski tak ada seorang pun --keluarganya maupun Alvin -- tau bahwa dia juga berada di sana, itu tak jadi masalah. Tak terlihat bukanlah masalah besar bagi Kevin. Karena demi menghilangkan rasa takut dan kawatir yang selalu menyerang, dia ingin menenangkan hatinya, menguatkan dan meyakini bahwa semua akan baik-baik saja. Bahwa orang itu tidak akan pergi meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER (END)
Teen Fiction"Karena gua kakak lo! Gua yang akan ngelindungin lo! bukan lo yang melindungi gua! jadi jangan bersikap seolah-olah lo pelindung gua dan bikin gua keliatan kaya kakak yang gak berguna!" Alexandar Alvin. "Apa lo tau seberapa takutnya gua saat lo di b...