Kalau saja aku adalah bagian dari mereka, mungkin semua akan terasa lebih baik. 🍀..
Matahari belum tenggelam sepenuhnya, tapi cowo itu sudah berada di depan pintu gebang rumah. Dengan seragam sekolah yang masih melekat dan ransel yang dia gendong, cowo itu membuka pintu pagar rumah lalu memasukan motornya. Tidak seperti biasa, hari ini cowo itu pulang lebih awal, dan ini adalah hal yang sangat jarang terjadi.
Semenjak Kevin masuk SMA dia memang berubah drastis. Dari anak penurut jadi anak pembangkang. Dia jadi sering pulang malam dan nongkrong-nongkrong gak jelas dengan temanya. Dia jadi sukar berbaur dengan keluarganya. Bahkan dia sampai lupa kapan terakir kali dia makan malam bersama keluarganya.
Kevin memang sengaja melakukan hal itu. Jarang ada di rumah dan selalu keluyuran. Ketika liburan tiba, yang biasanya menjadi hari kumpul bersama keluarga kini dia habiskan bersama teman-temanya.
Mungkin bagi orang lain keluarga adalah sumber dari kebahagiaan, tapi bagi Kevin keluarga adalah sumber dari rasa sakit. Berulang kali dia berusaha mendekat dan meraih mereka, tapi hanya rasa sakit yang dia dapat. Berulang kali dia meronta dan berteriak meminta sedikit kasih dan sayang dari mereka, namun luka yang dia dapat.
Sejak kecil Kevin memang kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Tidak seperti saudara kembarnya yang selalu di manja dan di perhatikan, dia selalu di tuntut untuk menjadi anak yang mandiri. Lemahnya fisik saudara kembarnya menjadi faktor utama kenapa bunda dan ayahnya memperlakukan mereka berbeda.
Mereka selalu menuntut Kevin untuk mengerti mengapa mereka lebih perhatian pada saudara kembarnya ketimbang pada dirinya. Menuntut Kevin untuk tidak manja dan bersikap dewasa.
Mereka terlalu fokus dengan sang kakak hingga melupakan bahwa Kevin juga membutuhkan perhatian mereka.
Kevin yang ceriah, Kevin yang penurut. Anak itu selalu berusaha mengerti. Anak itu selalu berusaha tersenyum. Meski ayah dan bundanya tak pernah memandangnya, namun dia selalu berusaha untuk tegar. Berusaha menjadi anak baik untuk mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya dan mendapatkan kasih sayang dari mereka. Dia terus berjuang, hingga akhirnya... lelah.
Itulah yang dia rasa sekarang. Bertahun-tahun dia berjuang dan kini dia menyerah. Menyerah akan sesuatu yang tidak akan pernah dia dapatkan.
Jadi, hal yang dia lakukan sekarang adalah berusaha melindungi hatinya. Mencoba menjauh dari mereka dan meredam rasa sakit yang selalu muncul bila dia sedang berada bersama keluarganya. Rasa sakit saat melihat saudara kembarnya lebih di perhatikan dan dia yang tidak pernah di pedulikan. Mencoba mengiklaskan sesuatu yang sangat ingin dia miliki namun tak pernah bisa dia miliki.
Awalnya dia pikir melindungi hati akan membuatnya lebih baik. Tapi nyatanya, berusaha melindungi hati itu malah membuat luka semakin meradang. Membuat luka itu semakin dalam. Karena keinginan itu tak pernah hilang dan kecemburuan semakin mencengkeram. Membuatnya sulit bernafas. Membuatnya sulit melangkah. Namun tak ada yang dapat dia lakukan. Karena keegoisan itu telah merancu. Dan dia terlalu lelah untuk kembali berpura-pura kuat.
****🍀
Kevin berjalan memasuki rumah dengan langkah gontai, wajahnya terlihat sedikit pucat. Hari ini tidak seperti biasanya, Kevin memang sengaja pulang lebih awal. Rasa sakit di kepalanya yang tidak kunjung mereda menjadi alasan kuat dia melakukan hal itu. Pasalnya meski dia sudah minum obat dan tidur di sekolah tapi sialnya rasa sakit di kepalanya tak kunjung hilang dan itu sangat menyiksa.
Dulu dia sering merasakan sakit kepala seperti ini, sakit kepala yang disertai mual. Tapi setahun ini sakit kepalanya tak pernah kumat lagi, hingga pagi tadi, rasa sakit itu muncul kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER (END)
Teen Fiction"Karena gua kakak lo! Gua yang akan ngelindungin lo! bukan lo yang melindungi gua! jadi jangan bersikap seolah-olah lo pelindung gua dan bikin gua keliatan kaya kakak yang gak berguna!" Alexandar Alvin. "Apa lo tau seberapa takutnya gua saat lo di b...