Aku percaya, setelah badai datang akan ada langit cerah yang menghiasi. Namun bagaimana jadinya jika waktuku tak sampai di mana badai itu menghilang? Bagaimana jadinya jika aku sudah menghilang sebelum badai itu menghilang? Bila hal itu terjadi maka aku tak akan sempat melihat langit yang cerah. Jadi untuk apa aku berjuang?
****a n o t h e r 🍀
Alex terpaku di depan ruang rawat Alvin. Setelah mendapat kabar dari kedua kaki-tangannya tentang di mana keberadaan satu putranya, akhirnya dia memutuskan untuk pergi menemui darah dagingnya itu.
Lalu, di sinilah dia sekarang berada. Di depan ruang rawat Alvin dengan segala perasaan yang bercampur aduk saat menemuan putra keduanya yang sedang tertawa bersama putra kesayangannya. Ini adalah pemandangan yang langkah, karena sudah sangat lama dia tak melihat kedua putranya bercanda dan mengobrol seperti saat ini. Namun entah mengapa meski awalnya dia begitu mencemaskan keadan Kevin setelah pemukulan yang dia lakukan pada putra keduanya itu. Kini perasaan cemas itu menghilang dan tergantikan dangan rasa benci yang tak dapat dia musnahkan. Kesalahan itu memang sudah sangat lama terjadi. Tragedi itu sudah berlalu. Seharusnya hal itu bisa menjadi masa lalu. Namun luka hati memang sesuatu yang sangat sulit untuk di sembuhkan. Karena luka itu tak terlihat dan berada di dalam tubuh yang sulit terjangkau. Meski waktu berusaha memakan dan melenyapkannya namun rasa sakit itu tak dapat hilang. Dan itulah yang sedang Alex rasakan, sejak kejadian di mana maut mengambil satu putranya. Hatinya terus merasa sakit, lalu ego dan keterpurukan itu pun membuat dia membenci Kevin yang menjadi penyebab dari kepergian Vino. Entah mengapa meski kadang ada perasaan bersalah atas sikap dia yang tidak bisa dibilang baik pada putra keduanya itu, namun luka dan ego itu selalu membuat dia termakan oleh kebencian. Dan dia pun buta tanpa dapat melihat mana kata hatinya dan mana kata egonya.
Seperti kejadian semalam setelah dia menghajar Kevin hingga membuat Kevin tumbang. Apa Alex menyesali kejadian itu? Jawabannya adalah iya, dia sngat menyesal. Sungguh. Bahkan dia merasakan rasa sakit di hatinya atas luka yang dia berikan pada Kevin. Karena anak yang dia pukul itu adalah anaknya sendiri, darah dagingnya. Buah hatinya yang dulu selalu dia manja, namun entah mengapa anak itu saat ini terus dia benci.
Ketika dia menemukan Kevin yang sedang mengobrol begitu akrab dengan Alvin, entah mengapa kebencian itu kembali datang dan menghilangkan kata hati kecilnya. Perasaan cemas dan kawatir akan keadaan Kevin pun musnah dan tergantikan dengan rasa benci yang selalu melekat di hatinya. Entah mengapa, dia membenci tawa dan senyuman Kevin saat ini. 'Bagaimana bisa anak itu tertawa dan bahagia seperti itu setelah dia membunuh kakaknya? Bagaimana bisa anak itu tak merasa bersalah setelah dia merampas vino dari hidupnya?' Alex mengepalkan tanganya erat. Tubuhnya gemetar, rasanya dia sangat ingin menghajar Kevin lagi. Tidak, bahkan saat ini menghajar anak itu pun masih belum membuat hatinya puas.
*
*
A
N
O
T
H
E
R
*
*
*
*
Kepala itu hanya bisa tertunduk. Rasanya berat, sungguh. Untuk menatap sosok ayah yang selalu dia rindukan rasanya sangta sulit. Kejadian semalam masih membekas di hati Kevin, rasa nyeri pada luka-luka di sekujur tubuhnya pun masih terasa sakit. Namun bukan hal itu yang menjadi permasalahannya, melainkan karena sebuah kalimat menyakitkan yang di lontarkan alex yang mengatakan bahwa pria itu tak akan mau memaafkan Kevin. Sesungguhnya kata-kata itu begitu menusuk. Karena anak mana yang tidak merasa sakit saat mendengar ucapan ayahnya yang mengatakan bahwa dia sangat menyesal telah memiliki anak seperti dirinya dan mengatakan bahwa dia tak akan pernah bisa memaafkan Kevin. Lalu hal itu pun membuat Kevin berfikir, 'jadi untuk apa dia hidup kalau keberadaanya saja di sesali oleh sang ayah?' cowo itu tersenyum miris dalam kepala yang tertunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER (END)
Teen Fiction"Karena gua kakak lo! Gua yang akan ngelindungin lo! bukan lo yang melindungi gua! jadi jangan bersikap seolah-olah lo pelindung gua dan bikin gua keliatan kaya kakak yang gak berguna!" Alexandar Alvin. "Apa lo tau seberapa takutnya gua saat lo di b...